wirausaha 1

Tak dapat dipungkiri bahwa bahwa modal utama 
dalam wirausaha adalah kepercayaan. Apapun jenis 
bisnis kita, sangat memerlukan kepercayaan. Kepercayaan 
sumbernya dari banyak pihak, dimulai dari kepercayaan 
dari dalam diri, kepercayaan dari luar diri, yakni dengan 
membangun kepercayaan dengan orang lain, konsumen, 
masyarakat, pemerintah, investor, dan lain-lain.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kunci 
sukses berwirausaha terletak pada kemampuan untuk 
membangun kepercayaan dalam diri orang lain, namun 
tentunya kesuksesan berbekal kepercayaan itu tidak datang 
secara tiba-tiba. Butuh waktu untuk menanamkan prinsip 
kepercayaan ini .
Dalam berwirausaha, kepercayaan adalah modal 
sosial. Modal kepercayaan ini  memiliki pengaruh 
yang besar terhadap perkembangan kewirausahaan, seperti 
meningkatnya kepercayaan masyarakat (konsumen), serta 
memudahkan untuk kerjasama dengan pihak ketiga. 
 menyatakan bahwa modal sosial 
dalam bentuk kepercayaan merupakan modal produktif 
yang terdiri atas rasa percaya, kemampuan dalam 
membangun jaringan kerja serta kepatuhannya terhadap 
norma yang berlaku dalam kelompok maupun masyarakat, di mana modal ini  memberi keuntungan untuk 
mengakses modal lainnya serta memfasilitasi kerjasama 
intra dan antar kelompok masyarakat. 
Kepercayaan merupakan hubungan sosial yang 
dibangun atas dasar rasa percaya dan rasa memiliki 
bersama. Rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk 
keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan 
sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain 
(orang/pihak lain) akan melakukan sesuatu seperti yang 
diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu 
pola tindakan yang saling mendukung. 
Faktor kepercayaan menjadi sangat penting dalam 
iklim bisnis saat ini. Membangun kepercayaan berarti 
memelihara hubungan baik yang telah terjalin dengan 
konsumen ataupun klien. 
Membangun kepercayaan dan kredibilitas tidak bisa 
dilakukan dalam sekejap. Untuk memperkuat kepercayaan, 
dibutuhkan risiko untuk terbuka dengan masyarakat 
dan klien. Ketika kepercayan berimbal-balik, seorang 
wirausahawan akan menemukan bahwa keyakinan dengan 
pihak lain dihargai dengan dukungan dan dorongan 
mereka atas apa yang kita lakukan untuk kelangsungan 
bisnis.
Ada beberapa definisi kepercayaan yaitu :
1. Oxford English Dictionary: Kepercayaan adalah 
suatu ketergantungan pada beberapa kualitas atau 
atribut orang atau benda, atau kebenaran dari 
pernyataan.
2. Webster New International Dictionary: Dari 
perspektif ekonomi, kepercayaan adalah 
“kepercayaan pada kemampuan dan niat pembeli 
untuk membayar pada waktu mendatang untuk 
barang diberikan tanpa pembayaran saat ini”.
Apabila dielaborasi lebih lanjut dapat dikatakan bahwa 
kepercayaan adalah pengambilan resiko kedepan yang 
didasarkan pada suatu keyakinan individu (setiap orang 
berbeda) untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan, tidak 
akan saling mengeksploitasi atau menipu dan bisa benar￾benar berharap untuk mendapatkan keuntungan dari kerja 
sama ini .
Sebagai sebuah konsep, menurut Rotter ,kepercayaan adalah suatu proses ketergantungan￾historis yang didasarkan pada sampel-sampel pengalaman 
yang relevan namun terbatas. Pengharapan itu 
membutuhkan waktu untuk membentuknya, dibangun 
sedikit demi sedikit, dan kemudian terakumulasi. 
kepercayaan sebagai suatu pengharapan positif bahwa 
pihak lain tidak akan – melalui perkataan, tindakan atau 
keputusan – mengambil kesempatan melukai pihak lain 
bahwa kepercayaan merujuk 
pada suatu pengharapan positif seseorang terhadap 
orang lain pada suatu situasi yang melibatkan risiko. 
 kepercayaan 
merupakan keadaan psikologis yang terdiri atas keinginan 
untuk menerima suatu keadaan yang tidak menyenangkan 
yang didasarkan pada pengharapan positif akan keinginan 
atau perilaku pihak lain. Kemudian menurut Mayer et 
al , kepercayaan adalah suatu 
keinginan dari suatu pihak untuk menerima tindakan yang 
tidak menyenangkan dari pihak lain berdasar pada suatu 
pengharapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan 
tertentu yang sangat penting bagi si pemberi kepercayaan, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi atau 
mengontrol pihak lain ini .  kepercayaan 
sebagai suatu keinginan untuk menggantungkan diri 
pada suatu otoritas yang didasarkan pada pengharapan 
positif akan tindakan dan perhatian otoritas. Meskipun 
menggunakan narasi atau formulasi kata dan kalimat yang 
beragam, namun dari berbagai definisi ini  dapat 
disarikan bahwa pada intinya kepercayaan merefleksikan 
keinginan atau harapan positif atas pihak lain.
Dalam perspektif sumber daya manusia (SDM), 
kepercayaan dimaknai secara agak berbeda, yakni sebagai 
suatu ukuran tentang seberapa besar keinginan karyawan 
untuk berbagi informasi, bekerja sama satu sama lain, dan 
tidak saling mengambil keuntungan , Definisi 
ini memberikan nuansa yang relatif berbeda dengan 
menekankan unsur berbagi informasi, bekerja sama, dan 
sikap tidak saling mangambil keuntungan. Namun, dalam 
definisi ini juga terkandung muatan yang sehaluan dengan 
definisi-definisi sebelumnya, yakni pada kalimat: “sikap 
tidak saling mengambil keuntungan.” Di dalam kalimat 
ini, terkandung harapan agar pihak yang satu percaya 
pada pihak yang lain. Jadi, intinya sama: keinginan positif 
atas pihak lain. bahwa kepercayaan 
merupakan suatu konsep dengan berbagai arti. Di 
dalam kepercayaan pribadi (personal trust), paling tidak 
terdapat tiga macam elemen. Pertama, teori-teori yang 
mengasumsikan adanya tingkatan saling ketergantungan 
antara pemberi kepercayaan dan yang diberi kepercayaan. 
Pengharapan tentang sikap yang dapat dipercaya dari 
pihak lain hanya akan menjadi relevan bila penyelesaian 
konsekuensi dari suatu aktivitas salah satu pihak bergantung pada ketepatan tindakan atau kerjasama dari 
orang lain. Kedua, adanya asumsi bahwa kepercayaan 
akan memberikan cara untuk menanggulangi risiko atau 
ketidakpastian dalam hubungan pertukaran. Ketiga, suatu 
keyakinan atau pengharapan bahwa hasil yang tidak 
menyenangkan dari penerimaan atas suatu risiko tidak 
diambil keuntungannya oleh pihak lain dalam proses 
hubungan.  lima dimensi 
kunci dalam konsep kepercayaan yang dapat dijadikan 
indikator untuk mengukur kepercayaan, yaitu: (1) Integritas 
(integrity), merujuk pada kejujuran dan kebenaran; (2) 
Kompetensi (competence), terkait dengan pengetahuan dan 
keterampilan teknikal dan interpersonal yang dimiliki 
individu; (3) Konsistensi (consistency), berhubungan dengan 
keandalan, kemampuan memprediksi dan penilaian 
individu jitu dalam menangani situasi; (4) Loyalitas 
(loyality), keinginan untuk melindungi dan menyelamatkan 
orang lain; dan (5) Keterbukaan (openness) mengacu pada 
tiga aspek keterbukaan dalam komunikasi interpersonal, 
yang meliputi: (a) kesediaan terhadap pengungkapan diri 
asalkan pengungkapan ini  memadai; (2) kesediaan 
untuk beraksi jujur terhadap pesan-pesan orang lain; dan 
(3) memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang 
jernih. 
Untuk mendirikan dan menjalankan usaha, diperlukan 
sejumlah modal. Ada dua modal usaha utama yakni modal dalam bentuk sejumlah uang (modal 
kapital) dan modal keahlian. Modal uang diperlukan 
untuk membiayai segala keperluan usaha, mulai dari pra-investasi, mengurus izin, sampai modal kerja. Modal 
keahlian adalah keahlian dan kemampuan seseorang untuk 
mengelola dan menjalankan usaha. Di antara kedua modal 
ini , ada juga modal yang tak kalah pentingnya, yakni 
modal kepercayaan. Modal kepercayaan bahkan dapat 
dipakai untuk mencari dua modal sekaligus, yaitu modal 
uang dan keahlian. Modal kepercayaan juga merupakan 
pembuka jalan ke arah keberlanjutan bisnis. 
Kepercayaan merupakan modal jangka panjang yang 
sering kita sebut dengan jaringan atau relasi. menyebut bahwa seorang wirausahawan tidak 
dapat hidup sendiri dalam menjalankan usahanya, namun 
ada keterkaitan dengan pihak luar sebagai pemasok, 
pelanggan, maupun perantara. Jaringan diperlukan 
agar bisnis kita berkelanjutan. Jaringan dan komunikasi 
terbukti berperan penting dalam pengembangan usaha. 
Jaringan juga berguna dalam rangka mengoptimalkan 
dan mengatasi masalah kekurangan permodalan, dan hal 
paling penting dalam mengembangkan jaringan adalah 
kepercayaan. 
Dalam bisnis, kepercayaan identik dengan kejujuran. 
Hal ini berlaku khususunya pada tingkat hubungan 
antarpribadi. Namun dalam hubungan sosial baik dengan 
karyawan, dengan kolega usaha dan masyarakat, kejujuran 
seseorang harus didukung oleh tingkat reputasi dan 
pengalaman dari yang bersangkutan; sehingga dengan 
demikian tingkat kepercayaan pribadi meningkat menjadi 
kepercayaan profesi. Kepercayaan pribadi dan kepercayaan 
sebagai profesi usaha yang kita miliki inilah yang menjadi 
modal utama dalam berbisnis, yang disebut sebagai modal 
sosial. 
Kepercayaan dan modal sosial dalam konteks usaha 
atau organisasi sebagian dikaitkan dengan penggabungan peran hubungan pribadi dalam membangun kepercayaan 
antara pihak. Dengan demikian, kepercayaan pribadi 
dan modal sosial membuat luasnya jaringan sehingga 
pertukaran informasi lebih mudah. Selain itu, modal sosial 
muncul menjadi positif terkait dengan organisasi yang 
efektivitas dan untuk memainkan peran sentral dalam 
mengurangi biaya transaksi organisasi. Namun, hal itu 
semua membutuhkan kepercayaan di antara karyawan dan 
antara karyawan dan pimpinan dalam sebuah organisasi 
bisnis. Dengan demikian, konsep kepercayaan tidak dapat 
diabaikan dalam membangun usaha karena kepercayaan 
termasuk modal yang utama.menyebutkan bahwa 
keluarga, kolega dapat dijadikan sumber modal untuk 
memulai usaha. Keluarga atau kolega ini  cenderung 
mau berinvestasi karena mereka memiliki kepercayaan dan 
hubungan baik. Agar wirausaha dapat memperoleh modal 
dari keluarga atau kolega ini , maka ia harus menyampaikan aspek 
positif dan negatifnya serta sifat dan risiko kesempatan 
investasi ini  untuk mencoba meminimalkan dampak 
negatif dari hubungan dan keluarga atau kolega yang 
berlandaskan pada asas kepercayaan.
Salah satu hal yang membantu meminimalkan kesulitan 
yang mungkin terjadi sekaligus menjaga kepercayaan, 
adalah menjaga 
bisnis tetap sebagai bisnis. Segala pinjaman atau investasi 
dari keluarga dan teman harus diperlakukan dengan cara 
berbisnis yang sama seolah-olah pembiayaan ini  
berasal dari investor lainnya. Dengan berpedoman pada 
hal ini , maka modal kepercayaan tidak saja akan 
terjaga, tetapi juga terus meningkat.Kotak 6
Himpun Dana Berbekal Kepercayaan
Buku Notes from Qatar atau NFQ laris manis bak 
kacang goreng. Penulisnya adalah wirausahawan muda, 
Muhammad Assad, yang kini giat mengembangkan usaha 
di bidang investasi. Menurut pria kelahiran Jakarta, 16 
Januari 1987, itu, bisnis investasi di bawah bendera Rayyan 
Capital modal dasarnya adalah kepercayaan.
Dalam dua bulan, sejak berdiri pada Nopember 2012 
lalu, Assad mengaku dapat mengumpulkan dana investasi 
sebesar Rp 1 miliar dari investor individual. Saat ini, 
portofolio bisnis yang tengah dikembangkan Assad dan 
seorang mitranya yang ikut mendirikan Rayyan Capital, 
Edwyn Rahmat, ialah bisnis resto.
Selain aktif menjalankan bisnis dan aktif di NFQ 
Grup ini, Assad juga kerap membuat seminar yang di 
dalamnya ia membawakan beberapa topik seperti sedekah, 
entrepreneruship, dan kepemimpinan untuk generasi muda. 
Baginya, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan 
yang sesuai nilai-nilai Avira (Adaptive, Visionary, Inovative, 
Responsible, dan Action). Dalam pandangan Assad, 
kepemimpinan yang baik adalah yang berlandaskan nilai￾nilai itu dan hal itu terus diterapkannya dalam bisnis 
maupun kehidupan keseharian lainnya.
Pada 2013 ini, Assad menargetkan dapat membuka 
lapangan kerja bagi 1.000 orang di Indonesia. Hal ini 
akan diraihnya melalui penambahan portofolio bisnis 
Rayyan Capital di bidang agribisnis, properti, dan energi 
(Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Di bidang resto, Assad 
menargetkan akan menambah 10 gerai Jakarta Coffee 
House dan lima gerai Jakarta Steak House. Sedangkan 
nilai investasi yang ditargetkan pada 2013 ini, tanpa 
mengikutsertakan proyek energi, mencapai Rp 30 miliar.Sudah menjadi rahasia umum bahwa kunci 
sukses berwirausaha terletak pada kemampuan untuk 
membangun kepercayaan dalam diri orang lain, namun 
tentunya kesuksesan berbekal kepercayaan itu tidak datang 
secara tiba-tiba. Butuh waktu untuk menanamkan prinsip 
kepercayaan ini .
Dalam berwirausaha, kepercayaan adalah modal 
sosial. Modal kepercayaan ini  memiliki pengaruh 
yang besar terhadap perkembangan kewirausahaan, seperti 
meningkatnya kepercayaan masyarakat (konsumen), serta 
memudahkan untuk kerjasama dengan pihak ketiga. 
Sebagai sebuah konsep, kepercayaan merupakan 
keadaan psikologis yang terdiri atas keinginan untuk 
menerima suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang 
didasarkan pada pengharapan positif akan keinginan 
atau perilaku pihak lain. Kepercayaan juga berarti suatu 
keinginan dari suatu pihak untuk menerima tindakan 
yang tidak menyenangkan dari pihak lain berdasar pada 
suatu pengharapan bahwa pihak lain akan melakukan 
tindakan tertentu yang sangat penting bagi si pemberi 
kepercayaan, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi 
atau mengontrol pihak lain ini 
Dalam perspektif sumber daya manusia (SDM), 
kepercayaan dimaknai secara agak berbeda, sebagaimana 
dikatakan Stone bahwa kepercayaan adalah suatu ukuran 
tentang seberapa besar keinginan karyawan untuk berbagi 
informasi, bekerja sama satu sama lain, dan tidak saling 
mengambil keuntungan.
Kepercayaan merupakan modal jangka panjang 
yang sering kita sebut dengan jaringan atau relasi. 
Seorang wirausahawan tidak dapat hidup sendiri dalam 
menjalankan usahanya, namun ada keterkaitan dengan 
pihak luar sebagai pemasok, pelanggan, maupun perantara.Keluarga, kolega dapat dijadikan sumber modal untuk 
memulai usaha. Keluarga atau kolega ini  cenderung 
mau berinvestasi karena mereka memiliki kepercayaan 
dan hubungan baik.

Wirausahawan yang berhasil adalah mereka yang 
mampu menggalang kekuatan dan potensi dalam 
dirinya. Karakter wirausahawan yang berhasil sangat 
khas, yakni pantang menyerah, tidak takut gagal, berani 
mengambil risiko, dan percaya diri. Mereka telah berhasil 
mentransformasi dirinya, dari seorang pekerja di zona 
nyaman dengan penghasilan bulanan menjadi orang yang 
justru memberi pekerjaan.
untuk menjadi wirausahawan 
sukses diperlukan beberapa langkah transformasi pola 
pikir dan paradigm agar bisa menjalankan bisnis. Terdapat 
empat tahapan proses transformasi wirausaha yaitu:
1. Transformasi pola pikir dan paradigma, yakni 
transformasi pemikiran, sikap, motif, semangat, dan 
karakter yang lama untuk berubah menjadi seorang 
yang berpikiran sama dengan wirausahawan cerdas.
2. Transformasi cara berpikir yang lama untuk berubah 
dari kebiasaan yang selalu menggunakan logika ke 
pola pikir kreatif dalam menemukan inspirasi, ide, dan 
peluang bisnis. Cara berpikir yang perlu ditransformasi 
adalah menghindari jebakan logika, berpikir berbeda 
dari orang lain, menjadikan pengetahuan sebagai perkakas dalam menemukan inspirasi melalui pola 
pikir yang kreatif dan inovatif serta berpikir visioner.
3. Transformasi entrepreneurial dari bersikap sebagai 
wirausaha (pemilik) menjadi manajer pengelola bisnis 
yang profesional (intrapreneur). Menjadi wirausahawan 
yang berpikir sebagai pemilik, pendiri, dan penggagas 
sebuah bisnis berbeda dengan intrapreneur yang 
bertindak sebagai pengelola, manajer, pemimpin, dan 
pelaksana strategi yang bertujuan untuk mewujudkan 
visi dan misi pendiri bisnis.
4. Transformasi entrepreneurial dari pola pikir owner ke 
pola pikir sebagai investor. Setelah seorang pebisnis 
sukses, pola pikirinya berkembang ingin menjadi 
seorang investor untuk mengembangkan bisnisnya 
melalui ekspansi bisnis, membeli bisnis, me-waralaba￾kan binis, dan meningkatkan nilai-nilai perisahaan 
yang mengarah pada peningkatan nilai asset riil yang 
tinggi secara tangible dan intangible sehinggasebuah 
perusahaan tidak dinilai dari asset riil tetapi telah 
berubah menjadi sebuah aset yang tak ternilai harganya. 
Untuk mencapai transformasi ini , wirausahaan 
harus menggalang sumber kekuatan, yang berasal dari 
karakter, motivasi, kepemimpinan, kreativitas dan inovasi, 
adversitas, serta kepercayaan. Seseorang dikatakan 
punya jiwa wirausaha bila jeli melihat peluang, pantang 
menyerah, kreatif dan inovatif, dan berani mengambil 
risiko. Karateristik seperti itulah yang mendorong maju 
tidaknya sebuah usaha. 
David McClelland yang pertama kali mengungkap 
karakter seorang wirausaha dalam bukunya The Achieving 
Society mengatakan, wirausaha mempunyai keinginan 
pencapaian yang lebih tinggi dibanding mereka yang 
bukan wirausahawanBersisian dengan pencapaian ini , maka untuk 
meraihnya, wirausahawan punya karakter tidak takut 
gagal dan berani mengambil risiko. Meski pada dasarnya 
kegagalan adalah fakta yang menyakitkan, tapi bukan 
berarti tanpa makna. Gagal adalah istilah yang dihindari 
oleh banyak orang. Tapi kadang kegagalan tidak dapat 
dihindari oleh siapapun, termasuk pengusaha. Biasanya 
kita lebih senang melihat orang yang sukses daripada 
orang yang gagal. Maka, pengusaha yang ingin sukses lalu 
menghindari kegagalan. Ini bukan sesuatu yang luar biasa. 
Justru supaya tidak gagal orang perlu membangun siasat, 
cara atau strategi. Salah satunya adalah mempersiapkan 
diri, bagaimana agar tidak gagal dalam berusaha.
Menjadi pengusaha atau pelaku bisnis yang sukses 
diperlukan ketetapan hati yang kuat dalam menghadapi 
risiko, tantangan, dan kendala. Jangan pesimistis atau 
berpandangan skeptis meskipun berada di tengah situasi 
paling sulit sekalipun. Karenanya, kalau kebetulan Anda 
mengalami kegagalan, jangan sedih atau murung. Sebab, 
tak ada gunanya bersedih. Ingat, kegagalan adalah kunci 
keberhasilan.
Jelasnya, bagaimana kita mencari jalan keluarnya agar 
kita bisa keluar dari kegagalan itu. Ketika mengalami 
atau menemukan kegagalan, saya kembali melakukan 
kontemplasi seraya introspeksi diri, lalu bertanya pada 
diri sendiri, mengapa saya gagal. Dari hasil kontemplasi 
ini , saya menemukan banyak pelajaran. Di antaranya 
belajar dari kegagalan, bangkit kembali, dan lalu 
menemukan kesuksesan baru.
Karena itu, sebagai wirausaha yang baik, Anda harus 
berani menghadapi kegagalan dan bersedia mengambil 
pelajaran dari kegagalan. Hanya orang yang mau berkaca 
dari kegagalannya yang bisa bangkit kembali. Kuncinya, kita harus berani menerima risiko. Sebab, seorang 
wirausaha yang ingin sukses mustahil bisa meraih sukses 
kalau mereka tidak memiliki keberanian. Jangan mencoba 
menceburkan diri ke dalam dunia bisnis kalau tidak berani 
menerima risiko.
Di sebuah institusi bisnis, kepemimpinan sangat 
penting. Hal ini yang juga menjadi faktor kekuatan 
wirausahawan yang berhasil. Leadership yang tinggi akan 
membuat arah dan kebijakan tentang bisnis menjadi 
terarah, untuk kemudian diimplementasikan oleh anak 
buah. Sebagian besar institusi bisnis yang menjadi besar 
dan terus berkembang ditopang oleh gaya kepemimpinan 
yang andal dan profesional. Keunggulan wirausaha 
yang sukses dibandingkan dengan wirausaha yang gagal 
terletak pada dinamika dan efektivitas kepemimpinan. 
Pimpinan wirausaha merupakan unsur pokok di dalam 
setiap perusahaan.
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah kemampuan, 
proses, atau fungsi yang digunakan dalam memengaruhi 
orang lain untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai 
tujuan tertentu. Pada suatu kegiatan, kepemimpinan 
merupakan upaya membantu diri sendiri atau orang lain 
mencapai suatu tujuan.
Fungsi pemimpin adalah mengarahkan, membina, 
mengatur, dan menunjukkan orang-orang yang dipimpin 
supaya mereka senang, sehaluan, terbina, serta menurut 
kehendak dan tujuan pemimpin (Suryana & Bayu, 2010). 
Kegagalan pemimpin dalam menjalankan tugasnya 
menunjukkan kegagalan pemimpin sendiri. Begitu juga 
sebaliknya, keberhasilan seorang pemimpin menunjukkan 
kesuksesan pemimpin itu sendiri.
Begitu juga dengan motivasi, yang menjadi faktor 
kekuatan lainnya dalam wirausaha. Motivasi ibarat bahan bakar. Dialah yang memberi semangat, supaya wirausaha 
menemukan tujuannya. Tanpa motivasi, wirausaha tidak 
akan melaju kencang, bahkan bisa berhenti di tengah jalan.
Pada intinya motivasi merefleksikan kekuatan atau 
dorongan kuat untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan 
tertentu. Kebutuhan atau tujuan ini merupakan aspirasi 
individual meskipun ditujukan atau atas nama kelompok 
atau organisasi. Dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan 
dengan cepat adalah aspirasi individual namun hal itu 
ditujukan untuk kepentingan organisasi.
Di dunia wirausaha, menanamkan motivasi dalam 
sebuah tim sangat penting dalam menciptakan tingkat 
produktivitas yang tinggi bagi karyawan. Motivasi selalu 
ada dalam diri seseorang dan menjadi sumber energi untuk 
mencapai sukses. Orang yang mempunyai motivasi tinggi 
dalam suatu perusahaan akan menularkannya kepada 
orang lain. Hal inilah yang membuat faktor motivasi begitu 
penting dalam menciptakan kinerja seseorang dan tim.
Sikap pekerja keras, pantang menyerah, dan ulet 
adalah khas milik wirausahawan sukses. Karakteristik 
ini  diimplementasikan dalam bentuk kejelian melihat 
peluang, gigih menembus pasar, dan rajin membuka 
jaringan (network) baru. Cita-cita wirausahawan untuk 
sukses adalah pondasi dari sikap bekerja keras ini . 
Dalam menghadapi dunia bisnis yang penuh kerikil￾kerikil tajam, wirausahawan memerlukan semangat bekerja 
keras, tidak putus asa dan ulet serta penuh ketabahan 
untuk memulai liku-liku rintangan di dalam bisnisnya, 
selalu berusaha mencari jalan yang lebih baik untuk maju 
dan mencapai sukses. Akan tetapi, tentu saja sikap kerja 
pantang menyerah dan ulet dalam mengelola kegiatan 
bisnis harus ditunjang oleh pengorbanan, semangat dan 
kepercayaan pada diri para wirausahawan sendiri.Inovasi adalah hal yang tak terelakan dalam dunia 
wirausaha. Dengan inovasi, terbuka peluang untuk 
diversifikasi produk atau jasa sekaligus memperlebar 
pangsa pasar. Apalagi, lingkungan bisnis yang kompetitif 
dan dinamis menuntut wirausaha untuk selalu adaptif 
dan mencari terobosan terbaru. Karakter cepat puas diri 
akan membawa bisnis menuju kemunduran. Maka, inovasi 
adalah jawaban untuk wirausaha yang sukses.
Dalam wirausaha, inovasi dan kreativitas adalah dua 
hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya ibarat anak 
panah, yang bisa melesat menghasilkan bisnis yang terus 
berkembang dan menguntungkan.
Menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan 
ekonomi global, kreativitas tidak hanya penting untuk 
menciptakan keunggulan kompetetif, tapi juga penting bagi 
kesinambungan perusahaan. Artinya, dalam menyiasati 
tantangan global, diperlukan sumber daya manusia 
kreatif dan inovatif sekaligus berjiwa kewirausahaan. 
Wirausahalah yang dapat menciptakan nilai tambah dan 
keunggulan. Nilai tambah itu dihasilkan melalui kreativitas 
dan inovasi.
Kunci utama seseorang yang memutuskan menjadi 
wirausahawan adalah berpikir kreatif. Tanpa kreativitas, 
mimpi seorang wirausahawan hanyalah angan-angan 
belaka.
Pada saat persaingan antarwirausahawan yang 
semakin sengit, tidak jarang ditemukan kondisi untuk 
memperebutkan pangsa pasar yang sama. Karena itu, 
wirausahawan dituntut tahan banting, pantang menyerah, 
dan terus mencari peluang baru.
Dengan alasan itulah, sebelum berkecimpung ke dunia 
bisnis, seorang wirausahawan seharusnya mengenali 
potensi diri. Apakah mereka termasuk individu yang berani mengambil risiko, tahan banting, kuat dengan tekanan, 
anti stres, atau tidak. 
Salah satu kekuatan yang wajib dimiliki setiap 
pengusaha adalah sikap ketahanmalangan/adversitas 
(adversity/ sikap tahan banting). Sikap ketahanmalangan 
merupakan faktor pembentuk sukses orang-orang besar. 
Berdasarkan penelitian Stoltz, ditemukan fakta bahwa 
orang hebat dan sukses adalah mereka yang tahan terhadap 
penderitaan, berani menghadapi tantangan dan risiko 
dalam perjalaan hidupnya. 
Di sisi lain, salah satu syarat untuk menjadi seorang 
wirausaha adalah berupaya semaksimal mungkin 
untuk mengembangkan usahanya agar lebih maju dari 
sebelumnya. Konsep ini sangat erat kaitannya dengan 
adversity quotient, khususnya yang membahas mengenai 
tiga tipe orang yang melakukan pendakian. Pendakian 
yang dilakukan oleh ketiga tipe orang ini  adalah 
upaya untuk mencapai kesuksesan dalam bidang yang 
dikerjakan. Jika konsep ini diterapkan dalam bisnis, maka 
seseorang yang ingin sukses dalam bisnisnya adalah orang 
yang selalu mendaki agar dapat terus mencapai puncak 
(kesuksesan), tetapi jika orang ini  mudah menyerah 
dengan tantangan yang dihadapi atau sudah merasa cukup 
puas dengan kondisinya maka ia tidak akan dapat terus 
meraih kesuksesan, dan tidak dapat dikatakan sebagai 
seorang wirasaha yang sukses. Setiap orang di dalam 
melakukan kegiatan bisnisnya pasti memiliki masalah 
dalam pengembanganya, namun yang berbeda untuk 
meraih kesuksesan dalam bisnis adalah daya juang yang 
dimiliki oleh orang ini .
Karakter wirausaha sukses sejalan dengan adversitas. 
Mereka yang memiliki sikap adversitas tinggi, cenderung 
memilih menjadi climber, dan meninggalkan posisi zona nyaman, zona yang membuat usaha tidak berkembang dan 
jalan di tempat. 
Faktor kekuatan terakhir yang wajib dimiliki 
wirausahawan adalah kepercayaan. Apapun jenis bisnis 
kita, sangat memerlukan kepercayaan. Kepercayaan 
sumbernya dari banyak pihak, dimulai dari kepercayaan 
dari dalam diri, kepercayaan dari luar diri, yakni dengan 
membangun kepercayaan dengan orang lain, konsumen, 
masyarakat, pemerintah, investor, dan lain-lain.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kunci 
sukses berwirausaha terletak pada kemampuan untuk 
membangun kepercayaan dalam diri orang lain, namun 
tentunya kesuksesan berbekal kepercayaan itu tidak datang 
secara tiba-tiba. Butuh waktu untuk menanamkan prinsip 
kepercayaan ini .
Dalam berwirausaha, kepercayaan adalah modal 
sosial. Modal kepercayaan ini  memiliki pengaruh 
yang besar terhadap perkembangan kewirausahaan, seperti 
meningkatnya kepercayaan masyarakat (konsumen), serta 
memudahkan untuk kerjasama dengan pihak ketiga. 
Semua faktor kekuatan ini  harus disinergikan, 
agar wirausahawan dapat bertransformasi, dari pekerja, 
menjadi entrepreneur, kemudian intrapreneur dan menjadi 
investor. 
Kotak 7
Transformasi Tukang Sapu
Tri Sumono awalnya hanya seorang tukang sapu. 
Namun, ia punya mimpi menjadi seorang pengusaha 
sukses, walaupun demi menggapai impiannya harus 
melawan panas terik sinar matahari setiap hari untuk 
mencari uang demi keluarga.Kini, ia mempunyai pendapatan per bulan hingga 
ratusan juta. Tri sekarang memimpin. CV 3 Jaya, perusahaan 
pembuat sari kelapa. Ia juga punya usaha lain, misalnya 
peternakan burung, perkebunan jahe dan usaha lainnya. 
Omzet yang diterima Tri saat ini mencapai Rp 500 juta per 
bulan.
Berbekal ijasah SMA, tahun 1993 Tri merantau ke 
Jakarta. Ia tidak mempunyai keahlian,. Karena itu, untuk 
mempertahankan hidup, ia tak pernah pilih-pilih soal 
pekerjaan, apapun dijalaninya. Mulai dari kuli bangunan, 
hingga tukang sapu di sebuah kantor. Semua pekerjaan 
dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Melihat 
kesungguhan dalam bekerja, akhirnya kantor mengangkat 
Tri menjadi office boy. Beberapa lama bekerja menjadi office 
boy, Tri kemudian diangkat menjadi tenaga pasar, hingga 
penanggung jawab masalah gudang.
Tahun 1995, Tri berkeluarga dan mempunyai 2 anak. 
Kebutuhan semakin besar, mau tidak mau ia harus mencari 
penghasilan tambahan. Mulailah ia berjualan aksesori di 
Stadion GBK. Ikat rambut, kalung, produk aksesori semua 
dijual demi menghidupi kebutuhan keluarga. Pelan￾pelan, dari situ mental dan jiwa Tri untuk membuka usaha 
semakin kuat.
Selama 2 tahun menjalankan usaha sekaligus bekerja 
di kantor, muncul pikiran Tri untuk buka usaha sendiri. 
Tahun 1997, ia akhirnya mengundurkan diri dari pekerjaan 
dan lebih memilih mengembangkan usaha jualannya.
Dari bekal usaha jualan aksesoris, Tri membeli kios 
sederhana di daerah Mall Graha Cijantung. Tak disangka, 
bisnis aksesorisnya berkembang pesat. Tahun 1999 kios 
dan usahanya ditawar oleh seseorang dengan harga yang 
cukup tinggi. Sempat berpikir, akhirnya Tri melepas kios 
ini  beserta usahanya. Kemudian ia membeli rumah di 
Bekasi Utara, hasil dari penjualan kiosnya.Setelah selesai berjualan aksesoris, Tri merintis usaha 
kontrakan dan toko sembako. Pengalaman berjualan 
aksesoris membuat naluri bisnis Tri terasah, dia melihat 
peluang toko sembako lumayan menjanjikan. Tetapi pada 
saat itu kondisi sekitar toko sembakonya masih sepi. Ide 
cemerlang muncul dalam benak Tri, agar kawasan di 
sekitar tempat tinggalnya ramai, ia lalu membuat 10 rumah 
kontrakan. Harga yang ditawarkan sangat murah, karena 
ditawarkan untuk kalangan menengah ke bawah seperti 
penjual siomai, bakso. Pada akhirnya para pedagang yang 
mengontrak rumah kontrakannya yang menjadi pelanggan 
toko sembakonya.
Sesudah mempunyai bisnis toko sembako dan 
kontrakan, tidak membuat Tri berhenti melebarkan sayap 
bisnisnya. Tahun 2006, ia mencoba merintis usaha minuman 
sari kelapa. Dimulai dari pasar lalu dijual ke perusahaan 
minuman, namun hal itu tidak bertahan lama. Karena 
banyak perusahaan yang komplain terhadap kualitas 
produk sari kelapa Tri, akhirnya sementara produksi 
minuman sari kelapa dihentikan.
Tri tidak patah semangat. Ia memutuskan mencari 
tahu bagaimana cara membuat minuman sari kelapa agar 
kualitasnya bagus. Dengan mendatangi kampus IPB, Tri 
bertanya kepada dosen yang saat itu enggan memberi 
tahu lantaran Tri tidak bisa memahami dengan cepat. 
Tetapi karena kesungguhan yang ditunjukkan Tri, si dosen 
akhirnya mau memberi privat selama 2 bulan.
Berawal dari situlah skill serta kemampuan Tri 
meningkat, hingga bulan ke-3 Tri kembali merintis usaha 
minuman sari kelapanya. Hasilnya, 10.000 nampan atau 
seharga Rp 70 juta berhasil diproduksi Tri dan banyak 
perusahaan yang menggunakan produk sari kelapanya.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berani 
adalah mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya 
diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan 
sebagainya. Berdasarkan definisi ini , maka keberanian 
berwirausaha berarti mempunyai hati yang mantap dan 
percaya diri melakukan usaha (bisnis) meskipun terbentang 
bahaya dan kesulitan. 
Menurut Hendro (2011), keberanian dan ketakutan 
adalah dua hal yang tidak berbeda; yang berbeda hanyalah 
cara memandang dan kesiapannya saja. Ketakutan selalu 
berjalan dengan terus menghadap ke belakang, sedang 
keberanian menghadap ke depan. Itulah mengapa ketika 
kita melihat kelemahan dan cerita mengenai sajarah lama, 
sesuksesan lama, kesulitan dan peristiwa sedih, maka kita 
tidak akan pernah mencapai garis impian.
Kita membutuhkan keberanian untuk meruntuhkan 
penghalang yang membuat rasa takut. Beberapa tip berikut 
dapat kita lakukan untuk mengalahkan ketakutan (Hendro, 
2011):
1. Kendalikan ketakutan kita.
2. Jangan berpikiran negatif dan jangan membatasi diri.
3. Berpikir “Be the best for yourself”.
4. Gunakan “power of dream”.
5. Berpikir “setiap orang mempunyai bakat untuk menjadi 
entrepreneur asal mengetahui keberaniannya terlebih 
dahulu” dan memberdayakannya.
6. Melihat ke depan bukan ke belakang.
Wirausahawan yang cerdas akan mendahulukan yang 
penting dalam memulai usaha. Pertanyaannya, apakah 
keberanian dulu atau skill dulu? Menurut Hendro (2011), 
bisnis selalu dihadapi oleh hal yang tidak pasti dan untuk 
memulai usaha, tidak cukup hanya bermodal intuisi. Jangan hanya bermodal nekat atau keberanian saja, atau hanya 
menganalisis risiko tanpa melihat situasi dan kondisi riil 
yang terjadi.
Dengan demikian, menurut Hendro (2011), yang 
dibutuhkan terlebih dahulu dalam wirausaha adalah 
keberanian, baru kemudian modal keterampilan yang 
diasah dan dilatih secara kontinyu sampai kita mantap dan 
siap terjun ke bisnis ini  secara total. 
Ada beberapa aspek dalam menilai keberanian untuk 
berwirausaha. Aspek ini  adalah :
1. Berani memulai
Orang dilanda rasa takut untuk memulai usaha karena 
yang terbayang di hadapannya adalah “bagaimana 
kalau gagal”. Rasa takut bercampur khawatir yang 
diderita oleh setiap calon wirausaha adalah wajar. 
Karena mereka sekarang sedang memasuki “dunia 
lain”. Tapi bukan berarti ketakutan itu harus dipelihara 
menjadi semak belukar. Malah seharusnya dipangkas 
sehingga bisa memantapkan langkah untuk menapak. 
Berani di sini adalah berani yang penuh perhitungan, 
memperhatikan rambu-rambu dan peraturan. Bukan 
berani “nekat” atau membabi- buta, yang pada dasarnya 
adalah bergerak tanpa perhitungan.
2. Berani bertahan dan bersaing
Setelah langkah pertama dimulai, kini dituntut 
keberanian lain, yaitu keberanian bertahan dalam 
persaingan bisnis. Persaingan dalam dagang atau 
dunia usaha adalah hal lumrah. Akan banyak orang 
yang berjualan atau memproduksi benda seperti punya 
kita, maka beranilah dalam menghadapi persingan ini. 
Anggaplah persaingan adalah pemicu adrenalin untuk 
menambah semangat kita dalam berusaha.
3. Berani tampil beda
Tampil beda adalah kebutuhan paling urgen dalam menghadapi persaingan. Mungkin produk atau jasa 
yang kita jual adalah barang umum di pasaran. Oleh 
karena itu, jalan menggaet pelanggan adalah dengan 
berani tampil beda dalam berbagai hal, baik dalam 
iklan, pelayanan, tampilan, dan lain sebagainya. Pada 
intinya, keberanian merupakan modal utama dan 
terpenting untuk menjadi wirausaha. Hal itu karena 
menjadi wirausaha memiliki risiko tinggi untuk sukses 
maupun untuk gagal sehingga harus menyiapkan diri 
sejak awal 
Setiap orang punya definisi tersendiri tentang 
kesuksesan. Ada yang mengartikannya sebagai pencapaian 
akhir, ada pula yang memaknainya sebagai keberhasilan 
meraih tujuan. Banyak pula yang memandang sukses 
sebagai keberhasilan memperoleh kekayaan, berhasil 
meraih prestasi tertentu, berhasil mewujudkan impian, 
menggapai posisi puncak dalam suatu jabatan, dan makna 
lainnya.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang sukses. 
Pelatih kepemimpinan dari Amerika Serikat, John C. 
Maxwell mendefinisikan sukses dengan unik, yakni “first 
of all, success is knowing our purpose in life”. Dengan begitu, 
kata Maxwell, sukses adalah mengetahui apa yang menjadi 
tujuan hidup kita. Belajar dari kegagalan adalah kunci 
sukses, kata Winston Churchill yang menjadi kutipan 
pembuka bab ini. Menurut Churchill, orang sukses adalah 
orang yang belajar dari kegagalan. Mereka terus mengambil 
hikmah dari kegagalan ini  dengan penuh semangat. 
Tak ada kata terlambat dalam kamus mereka. Kegagalan, 
pada hakikatnya adalah sukses yang tertundaMeski sukses dalam bisnis tidak semudah membalikkan 
telapak tangan, namun sesungguhnya hal itu dapat diraih. 
Kuncinya adalah menggalang potensi diri dan kekuatan 
dalam berwirausaha. Sukses dalam berbisnis tidak terjadi 
secara kebetulan, melainkan sesuai dengan rencana dan 
pelaksanaan yang mantap. 
Sukses juga harus diimbangi dengan kerja keras. 
Kerja keras ini  adalah mengimplementasikan 
program wirausaha. Kalau kita memiliki program dan 
program itu disebarluaskan sebelum dilaksanakan, maka 
hal itu akan menimbulkan banyak rintangan, terutama dari 
lawan bisnis. Sebab, jika rencana kita diketahui pihak lain, 
mereka akan mengetahui ke mana kita hendak melangkah 
dan mereka pun berusaha agar kita tidak sampai ke tangga 
tujuan. Tujuan mereka sederhana saja: ingin mendahului 
kita. Kalau hal itu terjadi, berarti kita kalah langkah, seolah￾olah rencana itu milik mereka ,
Karena itu, ada pepatah mengatakan, apa yang bisa 
dilakukan hari ini jangan ditunda hari esok, karena hari 
esok ada urusan lain. Kalau kita suka menunda-nunda 
pekerjaan, akan menimbulkan sikap malas dan tak mampu 
berpikir secara jelas dan akurat, yang membuat kehilangan 
kontrol diri. Padahal, self control sangat diperlukan dalam 
membuat bisnis stabil. Bisnis yang eksis melibatkan banyak 
pihak, yaitu pelaku bisnis, karyawan, pemerintah, dan 
masyarakat selaku konsumen. Ini perlu kestabilan. Karena 
itu, kita mesti melakukan aktivitas secara terkontrol untuk 
mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan hati. Selain 
itu, kita harus bergerak dan bekerja agar semua tujuan bisa 
tercapai. Kuncinya, jangan sampai kita kalah langkah dari 
orang lain.
Sikap malas tidak boleh bersarang dan menjadi penyakit 
dalam tubuh kita. Sebab, hal itu adalah penghalang sukses. 
Kemalasan dapat membawa kita kepada ”kematian” dan melanggar hukum alam. Kita harus melaksanakan segala 
potensi pada diri kita, tanpa malas. 
Perlu diingat, bisnis yang sukses berasal dari usaha 
keras dan ketekunan. Contohnya, para petani akan menuai 
panen yang baik jika mereka menanam benih yang unggul. 
Demikian halnya dengan bisnis yang sukses. Semua 
orang yang bercita-cita agar bisnisnya sukses atau ingin 
menikmati panen berlimpah harus membayarnya dengan 
harga yang tinggi. Jika kita bercita-cita meraih sukses 
yang lebih besar, kita harus menanam bibit bermutu dan 
unggul. Kalau kita bercita-cita menjadi pengusaha sukses, 
kita pun harus banyak belajar dan membayar mahal untuk 
memperkaya diri dengan berbagai keterampilan, kerja 
keras, tahan banting, dan berani mengambil risiko.

Etika (ethics) adalah keyakinan pribadi seseorang 
mengenai apakah suatu perilaku, tindakan, atau keputusan 
benar atau salah (Griffin, 2003). Dalam pengertian etika ini, 
dalam konteks individu, manusialah yang memiliki etika; 
sedangkan organisasi tidak memiliki etika. Hal-hal yang 
yang menentukan perilaku etis antara satu orang dengan 
orang lain berbeda-beda. Adapun yang dimaksud dengan 
perilaku etis (ethical behavior) adalah perilaku yang sesuai 
dengan norma sosial yang diterima secara umum. Menurut 
Daff (2007), etika adalah kode yang berisi prinsip-prinsip 
moral yang mengatur perilaku orang atau kelompok terkait 
dengan apa yang benar atau salah. 
Etika menentukan sejauh mana sesuatu dalam tingkah 
laku dan pengambilan keputusan dianggap baik atau 
buruk. Etika berhubungan dengan nilai-nilai internal 
yang merupakan sebagian dari budaya perusahaan dan 
membentuk keputusan mengenai tanggung jawab sosial 
yang berkaitan dengan lingkungan eksternal. Isu etika 
hadir dalam sebuah situasi ketika tindakan yang dilakukan 
oleh seseorang atau sebuah organisasi dapat menimbulkan 
manfaat atau kerugian bagi yang lain. ,etika atau moral terkait dengan pertimbangan untuk 
menyetujui atau tidak menyetujui sikap dan tindakan manusia berdasarkan benar-salah atau baik-buruknya 
sikap atau tindakan itu. 
Dari beberapa pengertian etika ini  dapat 
dikemukakan makna etika sebagai berikut:
1. Etika adalah perbuatan standar yang memimpin 
individu dalam membuat keputusan.
2. Etika adalah sebuah studi mengenai yang benar dan 
salah serta pilihan moral yang dilakukan seseorang.
3. Keputusan etis adalah suatu hal yang benar mengenai 
prilaku standar.
etika bisnis adalah suatu 
kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai 
moral dan norma yang djadikan turunan dan pedoman 
berperilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaan atau 
berusaha. Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian 
terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu 
pada kebenaran atau kejujuran berusaha. Perubahan￾perubahan besar dalam praktik pengelolaan bisnis dewasa 
ini menyebabkan perhatian terhadap etika bisnis semakin 
penting. Oleh karena itu tidak ada bisnis yang dapat 
mengabaikan permintaan etika masyarakat dan dapat terus 
bertahan  Etika bisnis sangat penting untuk 
mempertahankan loyalitas stake-holder dalam membuat 
keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan 
persoalan perusahaan.
ada beberapa kelompok 
stakeholder yang dapat mempengaruhi keputusan bisnis 
demi kelansungan hidup perusahaan, antara lain:
a. Konsumen. Konsumen berkepentingan terhadap 
perilaku etis perusahaan berhubungan dengan produk 
yang dikonsumsi seperti: harga produk yang wajar, 
jaminan pemakaian produk dan kejujuran. Perusahaan 
yang memiliki etika tinggi akan mendapatkan rasa 
hormat serta kepercayaan dari pelanggan.b. Karyawan. Karyawan merupakan sumber ekonomi 
perusahaan yang penting, oleh karena karyawan 
berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan 
untuk menjaga kelancaran bekerja, kehidupan dan 
kesejahteraan karyawan.
c. Investor. Investor berkepentingan terhadap jaminan 
pengembalian dana yang diinvestasikan dalam kegiatan 
usaha (return on investment), baik dalam bentuk deviden, 
tambahan kekayanaan maupun tambhan kepemilikan.
d. Pemilik dan manajemen. Pemilik dan manajemen 
berkepentigan untuk menjalankan operasional 
perusahaan secara lancar, mampu mendatangkan 
manfaat kepada pemilik, manajemen serta stakeholder
lainnya.
e. Pemasok bahan baku. Pemasok bahan berkepentingan 
terhadap perilaku etis berhubungan dengan kemampuan 
perusahaan untuk memberikan jaminan kelancaran 
hubungan dengan pemasok, seperti: kewajaran harga 
bahan, ketepatan pembayaran, berlaku adil terhadap 
sesama pemasok.
Selain beberapa stakeholder ini , beberapa unsur 
stakeholder yang juga memiliki kepentingan terhadap 
perilaku etis adalah organisasi pekerja, pemerintah, 
kalangan perbankan, investor, masyarakat dan kelompok 
mitra usaha. 
bahwa setidaknya ada lima prinsip yang dijadikan titik 
tolak pedoman perilaku dalam menjalankan praktik bisnis, 
yaitu:
1. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, 
kebebasan, dan tanggungjawab. Orang yang mandiri 
berarti orang yang dapat mengambil suatu keputusan 
dan melaksanakan tindakan berdasarkan kemampuan 
sendiri sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas dari 
tekanan, hasutan, dan ketergantungan kepada pihak 
lain. Orang yang otonom sadar sepenuhnya akan apa 
yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. Sadar 
bukan berarti mengikuti saja norma dan nilai moral 
yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu 
dengan sadar bahwa hal itu baik berdasarkan pikiran 
dan pertimbangan yang masak-masak. Dalam kaitan 
ini, salah satu contohnya dalah perusahaan memiliki 
kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya:
a. Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang 
terbaik dan sesuai dengan tuntutan mereka;
b. Memperlakukan pelanggan secara adil dalam 
semua transaksi, termasuk pelayanan yang tinggi 
dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
c. Membuat setiap usaha menjamin mengenai 
kesehatan dan keselamatan pelanggan, demikian 
juga kualitas lingkungan dijaga kelangsungannya, 
serta ditingkatkan kualitas produk dan jasa 
perusahaan;
d. Perusahaan harus menghormati martabat manusia 
dalam menawarkan, memasarkan dan mengiklankan 
produk.
Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan 
untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan 
keputusan yang menurutnya terbaik, karena kebebasan 
adalah unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam 
etika,kebebasan adalah prasyarat utama untuk bertindak secara etis, walaupun kebebasan belum menjamin 
bahwa seseorang bertindak secara otonom dan etis. 
Unsur lainnya dari prinsip otonomi adalah tanggung 
jawab, karena selain sadar akan kewajibannya dan bebas 
dalam mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan 
apa yang dianggap baik, otonom juga harus bisa 
mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya 
(di sinilah dimungkinkan adanya pertimbangan moral). 
Kesediaan bertanggungjawab merupakan ciri khas dari 
makhluk bermoral, dan tanggung jawab disini adalah 
tanggung jawab pada diri kita sendiri dan juga tentunya 
pada stakeholder.
2. Prinsip kejujuran
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa 
yang dipikirkan adalah apa yang dikatakan, dan apa 
yang dikatakan adalah yang dikerjakan. Prinsip ini 
juga menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan 
berbagai komitmen, kontrak, dan perjanjian yang telah 
disepakati. 
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada 
kejujuran, karena kejujuran merupakan modal utama 
untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnisnya, 
baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun 
moral. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan 
kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang 
berkaitan dengan kejujuran, yaitu:
a. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat 
perjanjian dan kontrak. Pelaku bisnis di sini secara a 
priori saling percaya satu sama lain bahwa masing￾masing pihak jujur melaksanakan janjinya; karena 
jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin 
lagi pihak yang dicurangi mau bekerjasama lagi, dan 
pihak pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak 
curang ini .
b. Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan 
jasa dengan mutu dan harga yang baik. Kepercayaan 
konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. 
Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, 
tentunya hal ini  akan rnenyebar yang 
menyebabkan konsumen ini  beralih ke produk 
lain.
c. Kejujuran relevan dalam hubungan 
kerja intern dalam suatu perusahaan, 
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan 
berkait dengan kepercayaan. Perusahaan akan 
hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya 
tidak terjaga.
3. Prinsip keadilan
Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk 
memperlakukan semua pihak secara adil, yaitu suatu 
sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai 
aspek, baik dari aspek ekonomi, hukum, maupun 
aspek lainnya. Keadilan berarti tidak ada pihak yang 
dirugikan hak dan kepentingannya. Salah satu teori 
mengenai keadilan yang dikemukakan oleh Aristoteles 
adalah:
a. Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara 
individu atau kelompok masyarakat dengan negara. 
Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan 
yangsama sesuai dengan hukum yang berlaku. 
Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal 
menuntut agar Negara bersikap netral dalam 
memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara 
menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik 
dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
b. Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur 
hubungan yang adil antara orang yang satu dan 
yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan 
vertikal antara negara dan warga negara, dan 
hubungan horizontal antarwarga negara. Dalam 
bisnis, keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar, 
yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara 
pihak-pihak yang terlibat.
c. Keadilan distributif atau disebut juga keadilan 
ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang merata 
atau dianggap adil bagi semua warga negara. 
Dalam dunia bisnis, keadilan ini berkaitan dengan 
prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan 
dan ketentuan dalam perusahaan yang juga adil 
dan baik.
4. Prinsip saling menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha 
untuk saling menguntungkan satu sama lain. Dalam 
dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis 
haruslah bisa melahirkan suatu kondisi win-win 
situation.
5. prinsip integritas moral
Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya 
dijalankan dengan tetap menjaga nama baiknya dan 
nama baik perusahaan. 
Selain prinsip-prinsip dalam etika bisnis ini , 
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam 
etika bisnis, antara lain:
a) Etika bisnis produksi
Produksi merupakan kegiatan untuk meningkatkan 
nilai guna suatu barang atau jasa. Dalam etika 
menentukan produk dalam rangka mempertemukan apa dan bagaimana keinginan dan kebutuhan 
konsumen, berkaitan erat dengan hal-hal sebagai 
berikut:
1. produk yang berguna dan dibutuhkan
2. produk yang berpotensi menghasilkan 
keuntungan
3. nilai tambah yang tinggi
4. jumlah yang dibutuhkan dan mendapatkan 
keuntungan
5. dapat memuaskan konsumen secara positif 
b) Etika bisnis promosi dan pemasaran
Kegiatan promosi dan pemasaran merupakan 
ujung tombak dari kegiatan bisnis yang dijadikan 
pendukung utama dalam mengembangkan bisnis. 
Menurut Muslich (2004), hal yang penting dalam 
promosi menurut etikanya adalah kebenaran 
dan kejujuran obyektivitas pesan faktual yang 
disampaikan dengan tujuan untuk membangun 
kepercayaan dan loyalitas masyarakat terhadap 
perusahaan.
c) Etika bisnis distribusi
Prinsip distribusi produk dimaksudkan untuk 
mencapai ketepatan dan kecepatan waktu datangnya 
barang ke tangan konsumen, keamanan yang 
terjaga dari kerusakan, dan sarana kompetisi dalam 
ketepatan memenuhi kebutuhan masyarakat. Etika 
bisnis dalam kegiatan distribusi yaitu kecepatan 
dan ketepatan produk di tangan konsumen dengan 
mudah pada saat dibutuhkan. Jika bisnis melakukan 
penimbunan atas produk maka akibatnya tidak 
terdapat ketersediaan produk yang cukup di 
masyarakat dan dapat menyebabkan kelangkaan. Penimbunan barang dengan tujuan mendapatkan 
keuntungan yang maksimal tidak sesuai dengan 
etika bisnis.
d) Etika bisnis dalam kompetisi
Sebuah kegiatan bisnis tidak bisa terlepas dari 
kompetisi antar pelaku bisnis.  prinsip etika yang dapat dikembangkan 
dalam kompetisi berdasarkan landasan-landasan 
antara lain:
1) memberikan yang terbaik untuk konsumen, 
dapat berupa memberikan kualitas produk yang 
terbaik, memberikan harga yang kompetitif 
dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk 
konsumen;
2) tidak berlaku curang;
3) kerja sama positif.
C. Etika dan Tanggungjawab Sosial
Etika berhubungan dengan individu-individu serta 
keputusan dan perilaku manusia. Organisasi tidak 
memiliki etika, akan tetapi organisasi berhubungan dengan 
lingkungannya dalam situasi yang seringkali mengandung 
dilema dan keputusan etis. Situasi ini  biasanya 
berhubungan dengan konteks tanggung jawab sosial 
organisasi. Tanggung jawab sosial (social responsibility) 
adalah serangkaian kewajiban yang dimiliki suatu 
organisasi untuk melindungi dan memajukan masyarakat 
tempatnya berfungsi. 
Organisasi mungkin melakukan tanggung jawab sosial 
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder)
pada lingkungan alam dan kesejahteraan sosial umum. 
Beberapa organisasi mengakui tanggung jawab mereka 
dalam ketiga bidang ini  dan berusaha keras untuk memenuhi setiap tanggung jawab ini , sementara 
organisasi lain hanya menekankan pada satu atau dua 
bidang tanggung jawab sosial saja. Bahkan beberapa 
organisasi lainnya tidak mengakui adanya tanggung jawab 
sosial sama sekali.
 Saat ini terdapat ketidaksepakatan mengenai perlunya 
organisasi yang betanggung jawab secara sosial. Bahkan, 
banyak yang menentang interpretasi tanggung jawab sosial 
secara luas menggunakan beberapa argumentasi yang 
meyakinkan. Adapun perbedaan antara argumentasi yang 
mendukung dan argumentasi yang menentang tanggung 
jawab sosial, dapat dilihat dari gambar di bawah ini:Ada empat posisi yang dapat diadopsi organisasi 
berkaitan dengan kewajibannya terhadap masyarakat 
berada di antara suatu kontinum yang berkisar dari tingkat 
terendah hingga tingkat tertinggi dari praktik sosial yang 
bertanggung jawab. 
1. Posisi Penghalang
Sejumlah organisasi yang mengambil posisi 
sebagai penghalang (obstructionist stance) terhadap 
tanggung jawab sosial biasanya melakukan sesedikit 
mungkin usaha untuk memecahkan masalah sosial 
atau lingkungan. Ketika mereka menyeberangi garis 
etika atau legal yang memisahkan praktik yang dapat 
diterima dan tidak dapat diterima, respons mereka 
adalah menyangkal atau menghindar untuk menerima 
tanggung jawab atas tindakan mereka. 
Adapun yang dimaksud dengan posisi penghalang 
(obstructionist stance) adalah suatu pendekatan terhadap 
tanggung jawab sosial di mana perusahaan melakukan 
sesedikit mungkin usaha untuk memecahkan masalah 
sosial atau lingkungan. Organisasi dapat mengambil 
sejumlah pendekatan yang berbeda untuk menjawab 
masalah tanggung jawab sosial. 
2. Posisi Defensif
Satu langkah dari posisi penghalang adalah posisi 
defensif (defensive stance) adalah suatu posisi tanggung 
jawab sosial di mana organisasi melakukan semua 
yang perlu dilakukannya menurut hukum tetapi 
tidak lebih dari itu. Pendekatan ini paling konsisten 
dengan argumentasi-argumentasi yang digunakan 
untuk menentang tanggung jawab sosial yang telah 
disebutkan sebelumnya. Manajer di organisasi yang 
mengambil posisi defensif bersikeras bahwa pekerjaan 
mereka adalah untuk menghasilkan laba. 3. Posisi Akomodatif
Posisi Akomodatif (accomodative stance) adalah 
suatu posisi tanggung jawab sosial di mana organisasi 
memenuhi kewajiban etika dan legalnya dan juga 
melangkah jauh dari persyaratan ini  dalam 
beberapa kasus tertentu. Perusahaan semacam ini 
secara sukarela setuju untuk berpartisipasi dalam 
program-program sosial akan tetapi para pengumpul 
dana harus meyakinkan organisasi bahwa program￾program mereka memerlukan dukungan organisasi. 
4. Posisi Proaktif
Tingkat tertinggi dari tanggung jawab sosial yang 
dapat dilakukan suatu perusahaan adalah posisi 
proaktif. Adapun yang dimaksud dengan posisi 
proaktif (proactive stance) adalah suatu posisi tanggung 
jawab sosial di mana perusahaan memandang dirinya 
sebagai anggota dalam masyarakat dan secara proaktif 
mencari kesempatan untuk berkontribusi kepada 
masyarakat ini .

Di dunia wirausaha, motivasi ibarat bahan bakar. 
Dialah yang memberi semangat, supaya wirausaha 
menemukan tujuannya. Tanpa motivasi, wirausaha tidak 
akan melaju kencang, bahkan bisa berhenti di tengah 
jalan. Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa motivasi 
penting dalam wirausaha? Sebelum menjawab pertanyaan 
ini , ada terminologi yang perlu diperjelas terkait 
motivasi, yakni motif dan motivasi itu sendiri. 
Motif didefinisikan sebagai kondisi 
seseorang yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan 
atau mencapai suatu tujuan. Dengan kata lain, motif adalah 
daya gerak yang mendorong seseorang berbuat sesuatu. 
Untuk motivasi, merupakan istilah yang berasal dari kata 
latin, movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. 
Motivasi berarti kegiatan memberikan dorongan kepada 
seseorang atau diri sendiri untuk mengambil tindakan yang 
dikehendaki. Jadi, motivasi bermakna membangkitkan 
motif, mebangkitkan daya gerak, atau menggerakkan 
seseorang atau diri sendiri berbuat sesuatu untuk mencapai 
kepuasan atau tujuan.vmendefinisikan motivasi sebagai keadaan 
di mana usaha dan kemauan keras seseorang di arahkan 
kepada pencapaian hasil-hasil atau tujuan tertentu. Hasil yang dimaksud bisa berupa produktivitas, kehadiran, atau 
perilaku kerja kreatif lainnya.
Terdapat tiga karakteristik pokok motivasi yaitu:
1. Usaha
Ciri ini merujuk pada kekuatan perilaku kerja seseorang 
atau jumlah yang ditunjukkan oleh seseorang dalam 
pekerjaannya.
2. Kemauan keras
Ciri ini merujuk pada kemauan keras yang 
didemonstrasikan oleh seseorang dalam menerapkan 
usahanya kepada tugas-tugas pekerjaannya.
3. Arah/tujuan
Ciri ini merujuk pada arah yang dituju oleh usaha dan 
kemauan keras yang dimiliki seseorang, yang pada 
dasarnya berupa hal-hal yang menguntungkan.
Motivasi merupakan proses psikologis yang mendasar, 
dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan 
perilaku seseorang. Motivasi merupakan salah satu faktor 
penentu dalam pencapaian tujuan. Motivasi timbul karena 
kebutuhan. Kebutuhan dipandang sebagai kekurangan 
sesuatu, yang menuntut pemenuhan. Situasi kekurangan 
ini  berfungsi sebagai kekuatan atau dorongan yang 
menyebabkan seseorang bertindak untuk memenuhinya 
Motivasi pada dasarnya adalah proses dimana aktivitas 
pengarahan tujuan didorong dan berkelanjutan , Motivasi lebih mengarah pada 
proses jika dibandingkan dengan sebuah produk. Sebagai 
sebuah proses, motivasi tidak dapat diamati secara langsung, 
tetapi dapat dilihat dari tindakan dan ucapan. Motivasi 
melibatkan tujuan yang memberikan dorongan dan arahan 
terhadap tindakan. Motivasi juga membutuhkan aktivitas fisik atau mental. Aktivitas mental memerlukan usaha, 
kegigihan dan aktivitas-aktivitas nyata lainnya. Aktivitas 
mental mencakup tindakan-tindakan kognitif seperti 
perencanaan, pengorganisasian, monitoring, pengambilan 
keputusan, penyelesaian masalah, dan menilai kemajuan. 
Terakhir, aktivitas motivasi adalah dorongan dan 
berkelanjutan. Proses motivasional sangat penting untuk 
tindakan yang berkelanjutan  motivasi 
adalah an individual’s direction, intencity, and persistence of 
effort in attaining a goal. Pengertian ini menjelaskan bahwa 
motivasi adalah dorongan, intensitas dan kegigihan upaya 
individu dalam mencapai sebuah tujuan. Oleh karena 
itu, menurut Andre, untuk memotivasi seseorang harus 
mampu untuk memengaruhi: (1) perilaku apa yang orang 
pilih, (2) seberapa besar upaya yang telah dilakukan, dan 
(3) seberapa lama seseorang menjaga upayanya terhadap 
tujuan organisasi.
Khususnya terkait dengan motivasi kerja, Kanfer 
(dalam George & Jones, 2008) menjelaskan bahwa motivasi 
kerja didefinisikan sebagai: the psychological forces within 
a person that determine the direction of the person’s behavior 
in an organization, effort level, and persistence in the face of 
obstacle. Hal ini berarti bahwa motivasi adalah kekuatan 
psikologis di dalam diri seseorang yang menentukan arah 
perilaku seseorang di dalam organisasi, tingkat upaya dan 
ketekunan dalam menghadapi rintangan.
Dari definisi ini , menurut George dan Jones 
(2008), motivasi kerja memiliki tiga elemen, yaitu arah 
perilaku (direction of behavior), tingkat usaha (level of effort), 
dan tingkat kegigihan (level of persistence). Arah perilaku 
berkenaan dengan perilaku yang mana yang dipilih untuk dilakukan dari banyak perilaku potensial yang 
dapat dilakukan. Tingkat usaha berarti seberapa keras 
seseorang bekerja untuk melakukan sebuah perilaku 
yang telah dipilih. Tidak cukup bagi organisasi hanya 
memotivasi karyawan untuk melakukan fungsi-fungsi 
perilaku yang dikehendaki, tetapi organisasi juga harus 
memotivasinya untuk bekerja keras pada perilakunya. 
Tingkat kegigihan berarti ketika karyawan menghadapi 
rintangan, jalan buntu, dan menghadapi perlawanan yang 
keras, tetap berusaha untuk mencoba melakukan perilaku 
yang diperoleh dengan sukses. Kemudian Davis (1987) 
menjelaskan bahwa motivasi kerja adalah kehendak untuk 
mengatasi tantangan, kemajuan dan pertumbuhan. Dengan 
demikian motivasi kerja akan sangat menentukan tingkah 
laku dalam bekerja. 
Pada intinya motivasi merefleksikan kekuatan atau 
dorongan kuat untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan 
tertentu. Kebutuhan atau tujuan ini merupakan aspirasi 
individual meskipun ditujukan atau atas nama kelompok 
atau organisasi. Dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan 
dengan cepat adalah aspirasi individual namun hal itu 
ditujukan untuk kepentingan organisasi.
Kassin (2004) mengelompokkan motivasi menjadi dua 
kategori, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Mitivasi intrinsik 
adalah pengaruh dari dalam yang menyebabkan seseorang 
bertindak. Dalam kategori ini termasuk kepribadian, emosi, 
kebutuhan, motif, tujuan, dan harapan. Sementara motivasi 
ekstrinsik adalah pengaruh dari luar yang menyebabkan 
seseorang bertindak, termasuk penghargaan dan hukuman.
Sebagai dorongan kuat untuk memenuhi kebutuhan, 
motivasi menjanjikan suatu perilaku yang menghasilkan 
prestasi unggul. Dorongan yang kuat akan linear dengan 
tingkat prestasi. Semakin kuat dorongan, maka semakin tinggi prestasi. Hal ini selaras dengan teori motivasi 
McClelland, khususnya teori motivasi berprestasi. 
Menurutnya, kebutuhan akan prestasi dapat menstimulasi 
seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan 
mengaktualkan semua kemampuan serta energi yang 
dimilikinya, sehingga mencapai prestasi yang maksimal 
Dalam pandangan McClelland, motivasi berprestasi 
merupakan usaha untuk memperoleh hasil dengan 
membandingkan ukuran keunggulan, yaitu perbandingan 
antara prestasi yang dicapai sekarang dengan prestasi yang 
pernah dicapai sebelumnya. Ukuran keunggulan dalam 
hal ini adalah: keunggulan tugas, keunggulan diri dan 
keunggulan orang lain yang pernah dicapai sebelumnya, 
perbandingan prestasi dari tugas-tugas yang pernah 
dikerjakan pernah dicapai sebelumnya, perbandingan 
prestasi dari tugas-tugas yang pernah dikerjakan. Menurut 
McClelland, ada enam aspek penting yang terkandung 
dalam motivasi berprestasi, yakni:
Pertama, tanggung jawab. Individu yang memiliki 
motivasi tinggi akan bertanggung jawab terhadap tugas 
yang dikerjakan dan berusaha sampai tugas ini  
berhasil diselesaikan. 
Kedua, mempertimbangkan risiko. Individu yang 
mempunyai motivasi tinggi akan mempertimbangkan 
terlebih dahulu resiko yang akan dihadapinya sebelum 
memulai suatu kesukaran yang sedang atau menantang 
namun memungkinkan untuk diselesaikannya. 
Ketiga, umpan balik. Individu yang mempunyai 
motivasi tinggi sangat menyukai umpan balik karena 
menurut mereka umpan balik sangat berguna sebagai 
perbaikan bagi hasil kerja di masa yang akan datang. 
Keempat, kreatif-inovatif. Individu yang mempunyai 
motivasi yang tinggi akan kreatif mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefektif dan seefisien mungkin dan 
juga tidak menyukai pekerjaan rutin yang sama dari waktu 
ke waktu. 
Kelima, waktu penyelesaian tugas. Individu dengan 
kebutuhan berprestasi yang tinggi akan berusaha 
menyelesaikan setiap tugas dalam waktu yang cepat.
Keenam, keinginan menjadi yang terbaik. Individu 
dengan kebutuhan berprestasi tinggi senantiasa 
menunjukkan hasil kerja yang sebaik-baiknya dengan 
tujuan agar meraih predikat yang terbaik 
B. Aspek-aspek Motivasi
Dalam konteks wirausaha, motivasi berfungsi 
membentuk minat. Sejauh mana minat seseorang melakoni 
wirausaha, motivasi menjadi penentunya. Ketiadaan 
motivasi membuat seseorang malas bertindak, bahkan 
untuk hal kecil sekalipun. Apalagi dalam urusan wirausaha, 
membutuhkan motivasi yang tinggi. 
Mc Clelland (1976) membagi aspek motivasi menjadi 
dua bagian. Pertama, usaha melakukan cara-cara barudan 
kreatif. Kedua, mengambil tanggung jawab pribadi 
atas perbuatannya. Aspek yang penting pada motivasi 
berprestasi adalah motivasi ini  membuat orang 
cenderung untuk menuntut dirinya sendiri berusaha lebih 
keras dan motivasi ini  membuat prestasi sebagai 
sasaran utamanya. Orang yang mempunyai motivasi 
berprestasi—dalam hal ini wirausaha-- yang tinggi akan 
berusaha lebih dari orang laindan menjadikan prestasi 
sebagai tujuan utamanya. 
Ditambahkan oleh McClelland, aspek lain dari motivasi 
adalah kemampuan dan keuletan, di mana kemampuan 
merupakan keinginan untuk bekerja lebih keras dan keinginan keterlibatan diri seseorang dalam suatu tugas 
untuk mencapai kesuksesan dalam bekerja dan mengatasi 
rintangan atau perjuangan untuk melakukan pekerjaan 
yang sulit secara cepat dan tepat. 
Salah satu penggagas teori motivasi John William 
Atkinson  menyebut bahwa motivasi 
berprestasi seseorang didasarkan pada dua aspek, yaitu 
tendensi untuk sukses dan tendensi untuk menghindari 
kegagalan. Interaksi antara motivasi untuk menghindari 
kegagalan akan membentuk motivasi berprestasi yang 
menuntut ke perilaku yang berorientasi untuk berhasil. 
Dari uraian ini , benang merah yang didapat adalah 
bahwa aspek yang paling berpengaruh dalam motivasi 
berprestasi seorang wirausahawan adalah:
1. Dorongan atau keinginan yang kuat untuk maju dan 
sukses 
2. Usaha kuat untuk menghindari kegagalan
Berlandaskan konsep bahwa motivasi merupakan 
sesuatu yang membuat individu bergerak, maka dalam 
terminologi wirausaha, aspek motivasi memunculkan 
tingkah laku untuk berbuat sesuatu dalam rangka 
mencapai tujuan yang diharapkan. Pada dasarnya motivasi 
itu terjadi karena adanya keinginan untuk memenuhi 
faktor-faktor yang belum terpenuhi. Dalam kaitannya 
dengan wirausaha, keinginan yang belum terpenuhi 
ini  adalah ingin bebas mengatur waktu sendiri, ingin 
memperoleh penghasilan lebih, serta keinginan memberi 
kepada orang lain melalui penciptaan lapangan kerja.
Motivasi adalah salah satu fasilitas atau kecenderungan 
individu untuk mencapai tujuan. Individu yang memiliki 
motivasi akan memiliki kegigihan dan semangat dalam 
melakukan aktivitasnya. Mereka akan selalu mencoba, meskipun sudah berkali-kali start-up wirausaha yang 
mereka lakukan gagal. Tidak pernah ada istilah menyerah 
dalam kamus mereka. Satu start-up wirausaha gagal, coba 
lagi dengan start-up yang lain. Begitu seterusnya sampai 
berhasil. Keberhasilan itu, tentu saja mendapat sokongan 
penuh dari motivasi. 
Dengan kata lain, individu yang memiliki motivasi 
merupakan individu yang selain memiliki dorongan kuat 
serta usaha keras, juga memiliki komitmen, memiliki 
inisiatif, dan memiliki sikap optimis terhadap aktivitas 
yang dilakukan. Maka, seseorang dikatakan memiliki 
motivasi berwirausaha, apabila individu memiliki adanya 
suatu tujuan yang diharapkan dalam kegiatan bisnainya, 
selain itu adanya sikap ulet, gigih, tidak putus asa dalam 
menyelesaikan tugas bisnis dan memecahkan masalah. 

Para ahli telah banyak meneliti tentang motivasi, 
sehingga ditemukan banyak teori motivasi. Setidaknya ada 
lima teori motivasi yang telah dikenal luas, yaitu:

Dalam hubungannya dengan motivasi kerja, Maslow 
menyusun hirarki tentang kebutuhan manusia. Hirarki 
ini  meliputi kebutuhan dasar (basic needs), kebutuhan 
keamanan (security needs), kebutuhan sosial (social needs), 
kebutuhan kehormatan (esteem needs) dan kebutuhan 
aktualisasi diri (self actualization). Tingkat-tingkat 
kebutuhan ini dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini:motivasi 
yang tumbuh dalam diri seseorang tergantung pada 
keberadaan seseorang dalam sebuah hierarki kebutuhan 
yang menyerupai anak tangga. Semakin tinggi keberadaan 
seseorang dalam hirarki ini , maka semakin tinggi pula 
motivasinya untuk melakukan hal besar demi mencapai 
sebuah sukses dan prestasi. Contohnya, karyawan yang 
masih berada pada tingkatan pemenuhan kebutuhan fisik, 
pola motivasinya tentu saja berbeda dengan karyawan 
yang sudah sampai pada tahap aktualisasi diri. Bagi 
mereka yang memiliki tingkat kebutuhan aktualisasi 
diri sangat besar, bekerja telah berubah menjadi sebuah 
kesenangan, dan bekerja bukan lagi dirasakan sebagai 
sebuah beban. Pentingnya teori Maslow ini terletak pada 
formulasinya tentang motivasi yang sangat didasarkan 
pada perspektif humaniter, yaitu bagaimana para 
pemimpin menyejahterakan anak buahnya dan dengan 
sungguh-sungguh meniadakan eksploitasi dalam proses 
kerja. Teori harapan dikemukakan oleh Victor Vroom, ahli 
psikologi dari Universaitas Yale. Teori harapan mencoba 
untuk mengatasi kritik-kritik yang diarahkan pada 
anggapan tertentu dari teori-teori motivasi lainnya, yakni 
bahwa semua karyawan dianggap serupa, bahwa semua 
situasi itu sama dan bahwa hanya ada satu cara terbaik 
untuk memotivasi karyawan. 
bahwa pendekatan dari teori harapan adalah mencoba 
memperhatikan perbedaan antara individu dan situasi, 
yang mempunyai tiga komponen utama, yakni: 
Pertama, harapan hasil prestasi. Individu mengharapkan 
konsekuensi tertentu dari perilaku mereka. Harapan ini 
pada gilirannya memengaruhi kepuasan mereka tentang 
bagaimana bertingkah laku. Misalnya seorang karyawan 
yang tengah berpikir tentang peningkatan kuota penjualan 
mungkin mengharapkan hadiah, bonus dan sejenisnya.
Kedua, valensi. Hasil dari suatu perilaku tertentu 
mempunyai suatu valensi khusus, atau kekuatan untuk 
memotivasi yang bervariasi pada setiap individu. Sebagai 
contoh bagi seorang manajer yang menghargai uang dan 
prestasi, peralihan ke jabatan yang gajinya lebih tinggi 
di tempat lain mungkin mempunyai valensi yang tinggi, 
bagi manajer yang menghargai afiliasi dengan rekan-rekan 
kerja dan kawan-kawannya, pemindahan yang sama akan 
mendapat valensi yang rendah.
Ketiga, harapan kinerja usaha. Harapan orang 
mengenai seberapa sulitnya bekerja secara berhasil juga 
akan memengaruhi keputusan orang tentang perilaku.
menjelaskan cara kerja teoretis dari 
model teori harapan yang dapat dilihat pada Gambar 2.2. 
Nilai dari imbalan yang diharapkan individu tertentu (1) 
dipadukan dengan persepsi individu mengenai upaya 
yang dilibatkan untuk memperoleh imbalan ini  dan kemungkinan mencapainya (2) untuk menghasilkan 
suatu tingkat upaya tertentu (3). Upaya ini dipadukan 
dengan kemampuan dan sifat individu yang bersangkutan 
(4) dan cara dia melaksanakan tugas ini  (5) untuk 
menghasilkan suatu tingkat kinerja tertentu (6), tingkat 
prestasi yang dihasilkan ini menyebabkan imbalan intrinsik 
(7a), dan barangkali menyebabkan imbalan ekstrinsik (7b). 
Garis bergelombang dalam model ini  yang mengarah 
ke imbalan ekstrinsik menunjukkan bahwa imbalan 
ini  tidak dijamin, karena tergantung pada bagaimana 
penyelia atau orang lain menilai kinerja individu dan pada 
kesediaan organisasi untuk memberikan imbalan pada 
prestasi ini . Individu mempunyai gagasan tersendiri 
mengenai kepantasan seluruh perangkat imbalan yang 
diterima (8), yang apabila diukur dengan imbalan yang 
sesungguhnya diterima, menghasilkan tingkat kepuasan 
yang dialami oleh individu yang bersangkutan (9). Maka 
pengalaman individu ini  akan diterapkan pada 
penilaiannya dimasa yang akan datang terhadap nilai 
imbalan untuk pelaksanaan tugas selanjutnya.Menurut Sculler dan Susan (1997), model teori harapan 
mempunyai sejumlah implikasi nyata bagi manajer 
mengenai bagaimana memotivasi bawahan, antara lain:
Pertama, menentukan imbalan yang dinilai oleh setiap 
bawahan. Jikalau imbalan menjadi motivator, maka pasti 
cocok untuk individu yang bersangkutan. Manajer dapat 
menentukan imbalan apa yang diinginkan oleh bawahannya 
dengan mengamati reaksinya dalam berbagai situasi dan 
menanyakan imbalan apa yang mereka inginkan.
Kedua, menentukan kinerja yang diinginkan. Manajer 
harus mengidentifikasi tingkat kinerja atau perilaku apa 
yang ia inginkan sehingga ia dapat memberitahukan 
bawahannya apa yang harus mereka lakukan agar diberi 
imbalan.
Ketiga, mengupayakan agar tingkat kinerja dapat 
dicapai. Jikalau bawahan merasa bahwa tujuan yang harus 
mereka capai terlalu sulit atau mustahil, motivasinya akan 
rendah.
Keempat, mengaitkan imbalan dengan kinerja. Untuk 
mempertahankan motivasi, imbalan yang layak harus jelas 
dikaitkan dengan suatu kinerja dalam jangka waktu yang 
singkat.
Kelima, menganalisis faktor apakah yang mungkin 
meniadakan efektivitas imbalan. Konflik diantara sistem 
imbalan dan pengaruh lain dalam situasi kerja mungkin 
mengharuskan manajer mengharuskan manajer melakukan 
beberapa penyesuaian dalam sistem imbalan.

Merupakan hal yang normal dan manusiawi apabila 
dalam kehidupannya, termasuk kekaryaannya, seseorang 
mengharapkan perlakuan yang adil. Akan tetapi wajar dan normal pula jika seseorang melihat keadilan dengan 
‘kaca mata’ yang subyektif. Persepsi yang subjektif itulah 
yang memengaruhi tindakan dan perilaku seseorang. 
Masalahnya berkisar pada upaya yang diberikan demi 
kepentingan organisasi dan imbalan yang diperoleh 
karena kontribusi yang diberikan. Para karyawan biasanya 
melakukan pembandingan antara dirinya sendiri dan 
orang lain di dalam dan di luar organisasi. 
Simamora (1997) menuliskan bahwa teori keadilan 
memasukkan dimensi social comparisons dari rasio antara 
input-outcomes. Orang cenderung membandingkan input￾inputnya dan outcomes yang diterimanya dengan input 
dan output dari pekerja lainnya, yaitu orang yang sering 
disebut sebagai referent persons. Jika apa yang diterimanya 
dinilainya sama dengan apa yang dimiliki dan diterima 
oleh referent persons, maka pekerja yang bersangkutan 
akan merasa bahwa sistem reward yang ada telah adil, dan 
dengan sendirinya ia akan merasa puas. Sebaliknya jika 
outcomes yang diterima lebih kecil dibandingkan dengan 
referent persons, maka hal itu akan menimbulkan ketidak￾puasan (Schuller & Susan, 1997).
Teori keadilan membantu untuk memahami bagaimana 
seorang pekerja mencapai kesimpulan bahwa dia sedang 
diperlakukan secara adil atau tidak adil. Perasaan 
bahwa seseorang sedang diperlakukan adil merupakan 
keadaan jiwa yang berasal dari dalam, sebagai hasil dari 
pertimbangan subyektif tentang apa yang diharapkan dari 
sebuah pekerjaan dan apa yang diperoleh seseorang secara 
nyata dari pekerjaan ini  dibandingkan dengan orang 
lain yang relevanAnggapan-anggapan mengenai pilih kasih, tidak 
wajar, serta perlakuan tidak adil merupakan persoalan 
utama dalam supervisi (peranan manajer), dan karena 
itu memainkan peranan yang sangat berarti di dalam 
menentukan kepuasan kerja seorang pekerja terhadap 
pekerjaan. Ada ungkapan umum, bahwa“ an honest day’s 
work deserves an honest day’s pay“, atau “an honest dau’s 
contribution or input of employee work deserves an equitable 
return of organizational rewards“. Dengan kata lain, input￾input (I) dan outcome-outcome (O) harus sama (I = O). 
Dalam teori keadilan, masukan dan keluaran ditunjukkan 
oleh rasio I/O. Karena keadilan dikalkulasikan secara 
subyektif, masukan-masukannya dapat berupa segala 
sesuatu yang dibawa oleh pekerja kedalam organisasi yang 
bagi the thinking worker perlu diberi pengakuan tertentu 
jika dibandingkan dengan orang lain. Oleh karena itu masukan-masukan bisa meliputi kecakapan, kedudukan, 
pendidikan, jenis kerja, kesulitan kerja, kuantitas/jumlah 
kerja, dan senioritas. Masukan bisa juga berupa hal-hal 
yang kurang diakui secara formal tetapi walaupun begitu 
sering dipakai, seperti jenis kelamin, ras, atau umur. Nilai 
keluaran mempunyai range yang sama dengan penggajian, 
peluang dimasa depan, promosi, pengakuan, suasana kerja, 
jadual kerja yang fleksibel, otonomi, tempat parkir yang 
pantas, suatu kantor dengan ukuran dan lokasi tertentu.

Tricahyono (1999) mengemukakan bahwa teori 
penetapan tujuan merupakan suatu teori kognitif tentang 
motivasi kerja, yakni mempertahankan bahwa para 
karyawan adalah sebagai manusia yang berakal budi 
yang berusaha mengejar tujuan. Teori penetapan tujuan 
memusatkan perhatian pada proses penetapan tujuan 
itu sendiri. Bila tujuan itu spesifik dan menantang, maka 
fungsinya sebagai faktor motivasi lebih efektif dalam kinerja 
baik individu maupun kelompok. Motivasi dan komitmen 
itu lebih tinggi bila bawahan berperan serta dalam proses 
penetapan tujuan, akan tetapi karyawan membutuhkan 
umpan balik yang akurat mengenai kinerjanya, serta 
membantu mereka menyesuaikan metode kerja mereka 
bila perlu dan mendorongnya untuk tetap bekerja guna 
mencapai tujuan.Armstrong (Tricahyono, 1999) menyatakan bahwa 
hubungan antara motivasi dan prestasi kerja adalah sesuatu 
yang positif, dalam arti meningkatnya motivasi akan 
menghasilkan prestasi kerja yang lebih baik dan sebaliknya 
perbaikan prestasi kerja akan meningkatkan motivasi 
karena menimbulkan perasaan berprestasi. Bagaimanapun 
tertariknya seseorang untuk mengerjakan sesuatu, tidak 
akan mampu melakukannya jika tidak memiliki kecakapan 
yang dibutuhkan.
Dari Gambar 2.5 terlihat bahwa terjadi kesetaraan 
yang sama pentingnya dalam mengambil langkah-langkah 
untuk memperbaiki kemampuan melalui penerimaan 
karyawan yang baik dan pelatihan serta memperhatikan 
motivasi dengan menggunakan faktor-faktor buatan dan 
hakiki yang memengaruhinya. Namun demikian perlu 
diingat bahwa motivasi menyiratkan tekanan untuk maju 
kedepan dan untuk berbuat lebih banyak, tetapi tekanan dapat mendatangkan perasaan tertekan (stres), sehingga 
bila terlalu banyak motivasi maka sama dengan terlalu 
banyak perasaan tertekan, dan hal ini tentunya justru 
akan memengaruhi prestasi kerja. Batasan sejauh mana 
orang dapat dimotivasi tergantung kepada kekuatan 
kebutuhannya dan kemampuan mereka untuk mengatasi 
tekanan.

Pada akhir tahun 1950-an Frederick Herzberg dan 
kawan-kawannya pada Osychological Service of Pattsburgh
melakukan suatu penelitian dimana mereka memberi 
pertanyaan kepada sekitar 200 orang insinyur dan akuntan 
dari 11 perusahaan berbeda, untuk mengingat-ingat kembali 
kejadian dalam pengalaman lalu yang membuat mereka 
merasa sangat bangga atau merisaukan pekerjaan mereka. 
Hasil dari penelitian ini  menjadi rumusan penting 
dari teori dua faktor Hersberg dalam mengembangkan 
teori tentang motivasi. 
Menurut Timpe (1985), inti dari teori dua faktor 
ini adalah menegaskan bahwa kepuasan kerja dan 
ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda 
namun tidak saling berlawanan, dalam arti bahwa lawan dari 
kepuasan bekerja bukanlah ketidak puasan bekerja tetapi 
lebih cenderung karena tidak adanya kepuasan bekerja, dan 
lawan dari ketidakpuasan bekerja bukan kepuasan bekerja 
tetapi karena tidak adanya ketidak puasan bekerja. Dengan 
mengikuti pendekatan ini Herzberg mengidentifikasikan 
sekelompok faktor “higienis“ seperti kebijakan dan 
administrasi perusahaan, pengawasan, hubungan antar 
pribadi, kehidupan pribadi, kondisi kerja, penggajian dan 
jaminan, dimana faktor-faktor ini dianggap mendasar dan 
bilamana terjadi kekurangan maka dapat menciptakan
ketidakpuasan bekerja, tetapi dalam keadaan normal tidak 
mampu memotivasi pegawai untuk bekerja lebih keras. 
Kemudian diidentifikasi pula sekelompok faktor sebagai 
“motivator“ dimana tercakup pencapaian, pengakuan atas 
pencapaian, pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab dan 
pertumbuhan atau kemajuan, faktor-faktor ini mampu 
menciptakan kepuasan bekerja hanya saja harus ada faktor 
higienis pada tingkat yang dapat diterima. Akan lebih 
bermanfaat jika memandang faktor higienis dan motivator 
itu terdapat dalam diri manajemen maupun pegawai yang 
terdapat dalam semacam hubungan bayangan dalam 
kaca. Dengan kata lain terdapat faktor yang menyebabkan 
manajer tidak puas dengan pegawai tetapi tidak akan 
mengarah ke imbalan bagi manajer dalam bentuk kenaikan 
jasa atau kedudukan dengan tanggung jawab yang lebih 
besar. Begitu juga terdapat faktor serupa seperti faktor 
motivator Herzberg yang dapat menyebabkan manajer 
memperoleh imbalan tetapi dengan prasyarat bahwa faktor 
higienis berada pada tingkat yang dapat diterima. 
Dari uraian ini  tampak bahwa faktor yang 
mendorong motivasi kerja dalam teori Herzberg adalah 
faktor pemotivasi (motivation factors). Faktor ini sering 
juga disebut sebagai faktor intrinsik, yakni faktor-faktor 
motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologis yang 
berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang 
secara langsung berkaitan dengan pekerjaan (harapan 
untuk berkarir), misalnya perasaan berprestasi, pengakuan, 
tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri (jenis pekerjaan) 
dan kemungkinan untuk maju atau kesempatan berkarir. 
Keberadaan faktor ini akan menggerakkan tingkat motivasi 
yang kuat bagi seorang pekerja (karyawan). Di dunia wirausaha, menanamkan motivasi dalam 
sebuah tim sangat penting dalam menciptakan tingkat 
produktivitas yang tinggi bagi karyawan. Motivasi selalu 
ada dalam diri seseorang dan menjadi sumber energi untuk 
mencapai sukses. Orang yang mempunyai motivasi tinggi 
dalam suatu perusahaan akan menularkannya kepada 
orang lain. Hal inilah yang membuat faktor motivasi begitu 
penting dalam menciptakan kinerja seseorang dan tim.
Alasan serta manfaat motivasi bagi seseorang dan tim 
atau organisasi adalah sebagai berikut (Hendro, 2011):
1. Menularkan energi bagi yang lainnya.
2. Membawa kesuksesan tim.
3. Meningkatkan produktivitas.
4. Menjadikan contoh bagi yang lain.
5. Meringankan pekerjaan bagi tim bila banyak yang 
termotivasi.
Adapun ciri orang yang termotivasi adalah sebagai 
berikut:
1. Keinginan kuat memberikan yang terbaik bagi 
perusahaan.
2. Semangan kerja yang tinggi.
3. Konsisten dalam bekerja, baik saat semangat kerja 
sedang tinggi ataupun saat semangat sedang rendah.
4. Tidak suka dipengaruhi oleh semangat kerja temannya 
yang memperlemah atau memengaruhinya.
5. Keinginan yang tinggi untuk maju dan berkembang.
6. Senang menerima tantangan dan pekerjaan baru serta 
menantang.
7. Mempunyai gairah kerja yang tinggi.
8. Bersedia mengembangkan pengetahuan, keterampilan, 
dan keahlian tanpa harus diperintah.Wirausahawan yang berhasil adalah mereka yang 
mempunyai motif berprestasi tinggi. Sifat khas motif 
berprestasi tinggi yakni (Suryana & Bayu, 2010):
1. Mempunyai komitmen dan tanggung jawab terhadap 
pekerjaan.
2. Cenderung memilih tantangan.
3. Selalu jeli melihat dan memanfaatkan peluang.
4. Objektif dalam setiap penilaian.
5. Selalu memerlukan umpan balik.
6. Selalu optimis dalam situasi yang kurang 
menguntungkan.
7. Berorientasi laba.
8. Mempunyai kemampuan mengelola (manajemen) 
secara proaktif.
Sikap dan motivasi merupakan bagian yang saling 
berkaitan dalam keseluruhan kepribadian individu. 
Sikap dan motivasi memiliki hubungan timbal balik, dan 
akan menunjukkan kecenderungan berperilaku untuk 
memenuhi tercepainya pemuas kebutuhan. 
Setidaknya terdapat empat karakter motivasi yang 
harus dimiliki oleh seorang wirausahawan (Suryana & 
Bayu, 2010), yaitu:
1. Pekerja keras
2. Tidak pernah menyerah
3. Memiliki semangat
4. Memiliki komitmen yang tinggi
Sikap pekerja keras, pantang menyerah, dan ulet 
adalah khas milik wirausahawan sukses. Karakteristik 
ini  diimplementasikan dalam bentuk kejelian melihat 
peluang, gigih menembus pasar, dan rajin membuka 
jaringan (network) baru. Cita-cita wirausahawan untuk 
sukses adalah pondasi dari sikap bekerja keras ini . Dalam menghadapi dunia bisnis yang penuh kerikil￾kerikil tajam, wirausahawan memerlukan semangat bekerja 
keras, tidak putus asa dan ulet serta penuh ketabahan 
untuk memulai liku-liku rintangan di dalam bisnisnya, 
selalu berusaha mencari jalan yang lebih baik untuk maju 
dan mencapai sukses. Akan tetapi, tentu saja sikap kerja 
pantang menyerah dan ulet dalam mengelola kegiatan 
bisnis harus ditunjang oleh pengorbanan, semangat dan 
kepercayaan pada diri para wirausahawan sendiri.
Kerja keras dan pantang menyerah dalam berwirausaha 
merupakan langkah awal keberhasilan dalam menjalankan 
kehidupan usahanya baik untuk diri wirausaha, keluarganya 
maupun untuk masyarakat. Faktor pendukung sikap kerja 
keras wirausahawan antara lain: 
1. Bekerja dengan penuh keyakinan, penuh semangat, 
pantang menyerah dan ulet dalam berwirausaha.
2. Bekerja dengan penuh ketekunan dan memiliki tekad 
yang terarah dalam berwirausaha
3. Bekerja berdasarkan kemampuan, bakat, minat, 
pengalaman, pendidikan dan kesanggupan dalam 
berwirausaha
4. Bekerja penuh semangat, penuh kegairahan dan penuh 
ketabahan dalam berwirausaha. 
Kerja keras para wirausahawan adalah perjuangan 
yang menunjukan sikap kerja pantang menyerah dan ulet, 
kera keras, percaya diri, dan optimis. Menurut Murphy dan 
Peck (dalam Alma, 2000), guna mencapai sukses aku karier, 
seseorang harus memulai dengan keras pantang menyerah 
dan ulet, selain itu harus diikuti dengan tekad yang kuat 
dalam mencapai tujuan pengelolaan kegiatan usahanya. 
Wirausahawan harus dapat bekerja sama dengan orang 
lain, berpenampilan baik, tepat dalam membuat keputusan, 
memiliki dorongan ambisi dan pintar berkomunikasi.Selain kerja keras, pantang menyerah, dan semangat, 
karakter motivasi lainnya adalah komitmen yang tinggi. 
Mowday (dalam Suryana & Bayu, 2010) mendefinisikan 
komitmen sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari 
individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya. 
Ciri khasnya adalah tiga hal berikut, yaitu:
1. Menerima nilai dan tujuan organisasi.
2. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan 
sungguh-sungguh atas nama organisasi.
3. Keinginan untuk mempertahankan usaha.
Intinya, menurut Suryana & Bayu (2010), komitmen 
adalah proses pada individu (wirausaha) dalam 
mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan, dan 
tujuan perusahaan. Di samping itu, komitmen mengandung 
pengertian sebagai suatu hal yang lebih dari sekadar 
kesetiaan yang pasif terhadap perusahaan. Dengan kata 
lain, komitmen menyiratkan hubungan wirausaha dengan 
perusahaan atau organisasi secara aktif.
Kotak 3
Memotivasi Karyawan
Sebuah usaha memerlukan karyawan yang penuh 
dengan ide dan solusi, kreatif, memiliki pemikiran segar 
sehingga menularkan manfaat di lingkungan kerja.
Agar lebih banyak orang dalam perusahaan menjadi 
lebih kreatif dan bersemangat menghasilkan inovasi, 
cobalah memotivasi mereka dengan empat cara berikut ini:
1. Berikan masukan atas ide baru: Menghasilkan ide 
dan solusi baru selalu membutuhkan tenaga, pikiran 
dan waktu. Karenanya pastikan bahwa jerih payah 
karyawan Anda hargai. Berikan masukan positif dan 
saran yang membangun. 2. Kenali dan berikan imbalan atas kolaborasi: Kreativitas 
mengharuskan adanya proses kerjasama. Biasanya 
ada pencetus ide dan yang lain sepakat kemudian 
mereka bahu membahu mewujudkannya. Anda 
bisa memberikan pengakuan untuk ide terbaik dari 
kelompok-kelompok kerja . Ini akan meningkatkan 
semangat untuk berkolaborasi.
3. Gunakan konteks: Sebelumnya satukan pemikiran dan 
mindset antara Anda sebagai entrepreneur dan para 
pegawai Anda. Ini agar kelak ide-ide mereka tidak 
keluar dari harapan Anda. Sampaikan ekspektasi 
dengan jelas dan berikan kesempatan untuk berkreasi. 
Anda perlu berikan sudut pandang yang mudah 
dipahami pegawai.
4. ‘Rayakan’ kegagalan yang tidak sia-sia: Tidak ada 
ide kreatif yang kebal terhadap kegagalan. Untuk 
mendorong kreativitas, berikan imbalan bahkan saat 
mereka gagal setelah berupaya maksimal.
Sumber: Ciputraentrepreneurship.com

Motivasi ibarat bahan bakar. Dialah yang memberi 
semangat, supaya wirausaha menemukan tujuannya. Tanpa 
motivasi, wirausaha tidak akan melaju kencang, bahkan 
bisa berhenti di tengah jalan. Motivasi didefinisikan sebagai 
keadaan di mana usaha dan kemauan keras seseorang 
diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil atau tujuan 
tertentu. Hasil yang dimaksud bisa berupa produktivitas, 
kehadiran, atau perilaku kerja kreatif lainnya.
Motivasi merefleksikan kekuatan atau dorongan 
kuat untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan tertentu. 
Kebutuhan atau tujuan ini merupakan aspirasi individual
meskipun ditujukan atau atas nama kelompok atau 
organisasi. Dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan 
dengan cepat adalah aspirasi individual namun hal itu 
ditujukan untuk kepentingan organisasi.
Para ahli telah banyak meneliti tentang motivasi, 
sehingga ditemukan banyak teori motivasi. Setidaknya ada 
lima teori motivasi yang telah dikenal luas, yakni:
1. Teori Motivasi Maslow
2. Teori Pengharapan.
3. Teori Keadilan
4. Teori Penentuan Tujuan
5. Teori Dua Faktor
Di dunia wirausaha, menanamkan motivasi dalam 
sebuah tim sangat penting dalam menciptakan tingkat 
produktivitas yang tinggi bagi karyawan. Motivasi selalu 
ada dalam diri seseorang dan menjadi sumber energi untuk 
mencapai sukses. Orang yang mempunyai motivasi tinggi 
dalam suatu perusahaan akan menularkannya kepada 
orang lain. Hal inilah yang membuat faktor motivasi begitu 
penting dalam menciptakan kinerja seseorang dan tim.
Setidaknya terdapat empat karakter motivasi yang 
harus dimiliki oleh seorang wirausahawan, yaitu:
1. Pekerja keras
2. Tidak pernah menyerah
3. Memiliki semangat
4. Memiliki komitmen yang tinggi
Sikap pekerja keras, pantang menyerah, dan ulet 
adalah khas milik wirausahawan sukses. Karakteristik 
ini  diimplementasikan dalam bentuk kejelian 
melihat peluang, gigih menembus pasar, dan 
rajin membuka jaringan (network) baru. Cita-cita 
wirausahawan untuk sukses adalah pondasi dari sikap 
bekerja keras ini






Kita sering mendengar kata wirausaha. Pemerintah 
menggalakkan wirausaha melalui Gerakan Kewirausahaan 
Nasional (GKN). Namun, sejauh mana pengetahuan kita 
mengenai wirausaha? Hal ini penting. Sebab, bagaimana 
kita akan menggeluti dunia wirausaha kalau tidak 
mengetahui pengertian mendasar tentang wirausaha.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 
dijelaskan tentang pengertian wirausaha, yaitu: 
“Orang yang pandai atau berbakat mengenali produk 
baru, menentukan cara produk baru, menyusun operasi 
untuk pengadaan produksi baru, memasarkannya, serta 
mengatur permodalan operasinya”.
Ekonom Perancis, J.B. Say, sekitar tahun 1800 yang 
mempopulerkan istilah wirausaha/entrepreneur (Drucker, 
1986). Menurut Say, wirausaha didefinisikan sebagai 
‘pergeseran sumber daya ekonomi dari daerah rendah 
ke wilayah dengan produktivitas dan keuntungan yang 
lebih tinggi’. Sayangnya, kata Drucker, pengertian ini  
tidak secara gamblang menyebut siapa wirausaha itu. Di 
samping itu, karena dicetuskan Say lebih dari 200 tahun 
lalu, terdapat keraguan tentang definisi ‘wirausaha’ dan 
‘wirausahawan’ (Drucker, 1986).Di Amerika Serikat, menurut Drucker, wirausaha 
kerap didefinisikan sebagai seseorang yang memulai 
bisnis baru dalam skala kecil dan dimiliki sendiri. 
Kenyataannya, kata Drucker, tidak semua usaha kecil 
baru mewakili kewirausahaan. Dalam bahasa Drucker, 
seseorag mempunyai jiwa wirausaha bila ia selalu 
mencari perubahan, merespons perubahan ini , dan 
mengubahnya menjadi kesempatan. 
Sejalan dengan perputaran zaman, pengertian 
wirausaha mengalami perkembangan. Frederick (2006) 
merangkumnya sebagai berikut:
Kewirausahaan…melakukan sesuatu yang tidak secara 
umum diperoleh melalui kursus biasa atau bisnis 
rutin; merupakan fenomena yang berasal dari aspek 
kepemimpinan yang lebih besar (Schumpeter, 1951).
Kewirausahaan, setidaknya pada masyarakat non￾otoriter, merupakan jembatan antara masyarakat 
secara keseluruhan dari aspek non ekonomi dengan 
lembaga berorientasi laba untuk memuaskan keinginan 
ekonomi (Cole, 1959).
Dalam…kewirausahaan terdapat permufakatan 
tentang beberapa perilaku, di antaranya (1) inisiatif, (2)
organisasi mekanisme sosial ekonomi untuk mengubah 
sumber daya menjadi keuangan, dan (3) menerima 
risiko kegagalan (Shapero,1975).
Pengertian yang lebih komprehensif diberikan oleh 
Ronstandt (dalam Frederick, 2006). Menurutnya:
Kewirausahaan merupakan proses yang dinamis 
untuk menciptakan kesejahteraan. Kesejahteraan 
ini  dibentuk oleh individu yang memandang 
risiko sebagai keadilan, waktu, atau komitmen dengan 
memberikan nilai pada produk atau jasa. Produk 
atau jasa itu sendiri bisa saja baru atau bukan atau unik, namun nilainya diresapi oleh wirausaha dengan 
mengalokasikan keterampilan serta sumber daya.
Berdasarkan pengertian-pengertian ini , Frederick, 
Kuratko & Hodgetts (2006) menyempurnakannya menjadi:
Kewirausahaan merupakan proses dinamis yang 
melibatkan visi, perubahan, dan penciptaan. 
Kewirausahaan memerlukan energi dan gairah menuju 
pembentukan ide baru serta solusi kreatif. Hal ini  
mensyaratkan keinginan mengambil risiko—berupa 
waktu, modal, dan karir; kemampuan merumuskan tim 
yang efektif, kreativitas menggunakan sumber daya; 
kemampuan dasar membangun perencanaan bisnis 
yang solid; serta visi untuk mengenali kesempatan 
pada saat orang lain melihatnya sebagai kekacauan, 
kontradiksi, dan kebimbangan.
Pengertian ini  menyiratkan bahwa seorang 
wirausaha haruslah individu yang memiliki kemauan 
keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia 
usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan 
tangguh.
Di sisi lain, menurut Yuyun Wirasamita (dalam Suryana 
& Bayu, 2010), kewirausahaan dan wirausaha merupakan 
faktor produksi aktif yang dapat menggerakkan dan 
memanfaatkan sumber daya lainnya seperti sumber daya 
alam, modal, dan teknologi, sehingga dapat menciptakan 
kekayaaan dan kemakmuran melalui penciptaan 
lapangan kerja, penghasilan, dan produk yang diperlukan 
masyarakat.
Kewirausahaan, menurut Hisrich, Peters & Shepherd 
(2008), merupakan proses yang dinamis untuk memperoleh 
tambahan kekayaan. Hanya idividu yang berani mengambil 
risiko utama dalam hal modal, waktu, dan atau komitmen karir atau dapat menyediakan nilai bagi beberapa produk 
dan jasa saja yang bisa menambah kekayaan. 
Dalam pandangan Hisrich, Peters & Shepherd 
(2008), wirausaha dapat ditemukan pada setiap profesi—
pendidikan, kesehatan, riset, kedokteran, hukum, teknik, 
dan mahasiswa. Karena itulah, ia membuat definisi yang 
lebih komprehensif, yakni:
Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu 
nilai yang baru, menggunakan waktu dan upaya, 
menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial 
yang mengiringi, namun menerima imbalan moneter 
serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
Definisi ini  menekankan empat aspek dasar 
seorang wirausahawan. Pertama, melibatkan proses 
penciptaan—menciptakan suatu nilai baru. Penciptaan 
haruslah mempunyai nilai bagi pengusaha dan pelanggan. 
Kedua, kewirausahaan menuntut waktu dan upaya. Ketiga, 
melibatkan penghargaan, berupa kebebasan dan kepuasan 
pribadi. Keempat, respons dalam memciptakan dilakukan 
melalui tindakan kewirausahaan/entrepreneurial action
(Hisrich, Peters & Shepherd, 2008).
Ketika diejawantahkan dalam bahasa sederhana, 
maka wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani 
mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai 
kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya 
bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa 
diliputi rasa takut atau cemas, sekalipun dalam kondisi 
tidak pasti (Kasmir, 2011). Kegiatan wirausaha ini  
dapat dilakukan seorang diri atau berkelompok. Pikiran 
seorang wirausahawan selalu berisi usaha untuk mencari 
memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang 
dapat memberikan keuntungan. Kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka memegang prinsip selalu ada 
faktor rugi.
Kemampuan mendobrak sistem ekonomi adalah ciri 
khas seorang wirausaha. Hal ini  dilakukan dengan 
memperkenalkan barang dan jasa baru, menciptakan 
bentuk organisasi baru, atau mengolah bahan baku 
baru. Namun, hal ini  bisa terlaksana, jika orang 
mempunyai kecerdasan wirausaha, yakni kemampuan 
seseorang dalam mengenali dan mengelola diri serta 
berbagai peluang maupun sumber daya sekitarnya secara 
kreatif untuk menciptakan nilai tambah bagi dirinya secara 
berkelanjutan. Sebab, menjadi wirausaha tidak hanya 
membangun bisnis semata, namun juga mengubah pola 
pikir dan pola tindak yang menghasilkan kreativitas dan 
inovasi (Suryana & Bayu, 2010).
Pada akhirnya, seperti dikemukakan Drucker (1986), 
seorang wirausahawan adalah orang penuh semangat, 
berani mengambil risiko, kreatif dan inovatif, serta punya 
kemampuan manajemen untuk mengubah tantangan 
menjadi peluang.
Kotak 2
Tip Bisnis Pemula Ala Ciputra
Berbisnis harus dimulai sejak dini. Hal itu pula 
yang diajarkan pegiat wirausaha Indonesia, Ir. Ciputra. 
Menurutnya, orang tua harus mengajarkan anak untuk 
memulai usaha, meskipun anak masih duduk di bangku 
TK. 
Berikut ini tip lengkap dari peraih Luminary Award 
2013 dari ChannelNewsAsia untuk kategori Lifetime 
Achievement:
1. Saat membawa anak ke pusat perbelanjaan 
misalnya, anak jangan hanya diajak untuk membeli 
barang, tapi juga menjelaskan cara membuat barang 
ini . Misalnya saat anak minta kue, anak harus 
dijelaskan tentang membuat kue. Secara pelan￾pelan, anak bisa dijelaskan tentang manajemen 
keuangan hingga urusan menabung. Bila anak 
merengek meminta sesuatu, jangan langsung 
dituruti. Buatlah anak menjadi kreatif. 
2. Beranjak besar, si anak bisa diajarkan berjualan. 
Usahakan barang-barang ini  gampang dibawa 
si anak ataupun diminati si anak. Bahkan bila ada 
fasilitas, si anak bisa diperkenalkan dengan bisnis 
online.
3. Bila sudah lebih dewasa lagi, anjurkan untuk 
membuat 100 daftar tentang bisnis apa saja yang 
akan dilakukan. Kemudian setelah dianalisis, 
maka bisa diseleksi hingga mengerucut menjadi 
10 hingga 3 bisnis utama yang sesuai. Selain itu, 
bisa mencari mentor bisnis sesuai dengan bisnis 
yang akan dijalankan. Dengan mentor itu, maka 
calon wirausaha bisa dengan secara jelas menerima 
arahan bahkan kritikan.
4. Bila sudah mulai terlihat usahanya, hal yang 
terpenting adalah modal usaha. Namun bagi 
Ciputra, modal usaha bukanlah hal yang penting. 
Sebab, belaiu dulu memulai usaha dengan modal 
dengkul, alias tanpa modal, yang penting bisa baca 
peluang dan inovasi.
5. Setelah bisnis mulai berjalan, biasanya calon pebisnis 
takut bisnisnya gagal. Tapi menurut Ciputra, justru 
di situlah mental seorang calon wirausaha dilatih. 
Menjadi seorang wirausaha, harus siap rugi. 
Namun bisnis ini  jangan dipersiapkan untuk 
merugi
Seseorang dikatakan punya jiwa wirausaha bila jeli 
melihat peluang, pantang menyerah, kreatif dan inovatif, 
dan berani mengambil risiko. Karateristik seperti itulah 
yang mendorong maju tidaknya sebuah usaha. 
David McClelland adalah yang pertama kali 
mengungkap karakter seorang wirausaha. Dalam bukunya, 
The Achieving Society, McClelland mengatakan, wirausaha 
mempunyai keinginan pencapaian yang lebih tinggi 
dibanding mereka yang bukan wirausahawan (Bygrave, 
1994). Di samping itu, wirausahawan juga memiliki kontrol 
internal yang lebih tinggi ketimbang non-wirausahawan.
McClelland (dalam Suryana & Bayu, 2010) membagi 
karakterisik wirausahawan berdasarkan keinginan 
pencapaian menjadi enam hal, yakni:
1. Menyukai pekerjaan dengan risiko yang realistis.
2. Bekerja lebih giat dalam tugas-tugas yang memerlukan 
kemampuan mental.
3. Tidak bekerja lebih giat karena imbalan uang.
4. Ingin bekerja pada situasi di mana dapat diperoleh 
pencapaian pribadi.
5. Menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam kondisi 
yang memberikan umpan balik yang jelas positif.
6. Berpikir ke masa depan serta jangka panjang.
Bersisian dengan karakteristik di atas, Bygrave (1994) 
mengatakan bahwa wirausahawan sukses bukanlah 
orang yang biasa-biasa saja, melainkan mereka yang 
mempunyai karakter khas. Bygrave membaginya menjadi 
10 karakteristik, populer dengan sebutan 10 Ds, yaitu:
1. Dream
Dapat diartikan sebagai impian. Seorang wirausahawan 
pastilah mempunyai mimpi, mempunyai visi atas masa 
depan. Bukan sekadar mimpi, seorang wirausahwan
juga punya kemampuan untuk mewujudkan mimpinya. 
2. Decisiveness
Artinya perencanaan. Sebelum melakukan sesuatu, 
wirausahawan memiliki perencanan yang matang, agar 
segala sesuatunya dapat berjalan sesuai prosedur yang 
diinginkan. Kecepatan dan perencanaan yang matang 
adalah kunci sukses wirausaha.
3. Doers
Tidak bertindak lambat. Wirausahawan tidak perlu 
menunggu waktu untuk segera melakukan usaha. 
Mengulur-ngulur waktu artinya menunda kesuksessan 
anda. Jadi, ketika ada rencana aksi, maka wirausahawan 
langsung mengimplementasikannya. 
4. Determination
Dalam menjalankan bisnis, wirausahawan harus benar￾benar memperhatikan usaha di jalankan. Mereka 
berkomitmen penuh atas usaha ini , bertanggung 
jawab terhadap segala kendala yang menghadang usaha 
serta pantang menyerah.
5. Dedication
Wirausahawan sangat berdedikasi atas bisnisnya. 
Mereka bekerja

Related Posts:

  • wirausaha 1 Tak dapat dipungkiri bahwa bahwa modal utama dalam wirausaha adalah kepercayaan. Apapun jenis&nbs… Read More