Tampilkan postingan dengan label merger akusisi e. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label merger akusisi e. Tampilkan semua postingan

merger akusisi e

Mengenai PT Indosat, Tbk
PT Indosat Tbk bernama PT negara kita n Satellite Corporation Tbk . 
Indosat berdiri pada tahun 1967 sebagai perusahaan investasi luar negeri 
yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional di negara kita . 
Indosat didirikan berdasarkan Akta Pendirian tanggal 10 November 1967 
No 55. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1969 bersamaan dengan 
diresmikannya Stasiun Bumi Jatiluhur. Kehadiran Indosat bersamaan dengan 
masuknya teknologi satelit di negara kita . Indosat yaitu  perusahaan 
penanaman modal asing (PMA) yang dimiliki International Telephone dan 
Telegraph Coorporation (ITT).
Bisnis utama Indosat dari tahun 1969–1990 yaitu  menyediakan jasa 
switched dan non-switched telekomunikasi internasional. Indosat ditunjuk oleh 
pemerintah untuk membangun, mengalihkan, dan mengoperasikan stasiun 
bumi Intelsat selama jangka waktu 20 tahun. Indosat mulai mengoperasikan 
antena pertama Stasiun Bumi Jatiluhur tanggal 29 September 1969. Proses 
pengembangan infrastruktur terus dilakukan, tahun 1979 dibangun antena 
yang kedua sehingga cakupan Intelsat lebih luas.
Pada tahun 1980, Pemerintah mengambil alih penuh kepemilikan 
Indosat, dan sejak saat itu, Indosat beroperasi sebagai perusahaan milik 
negara. Perusahaan memutuskan untuk go public pada tahun 1994, dengan 
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (JSX: ISAT), Bursa Efek 
Surabaya dan American Depositary Receipts di Bursa Efek New York(NYSE: 
IIT).
 PT Satelit Palapa negara kita  (Satelindo)
PT Satelit Palapa negara kita  (Satelindo) didirikan pada tanggal 29 Januari 
1993, berkedudukan di Jakarta Barat. Perusahaan ini pada mulanya 
yaitu  gabungan dua perusahaan telekomunikasi dalam negeri, yaitu 
PT Indosat dan PT Telekomunikasi (Telkom) serta perusahaan swasta nasional, yaitu PT Bimagraha Satelindo mulai beroperasi pada tahun 1994 
sebagai operator GSM. Tanggal 3 April 1995 Satelindo menjadi perusahaan 
PMA sebab  Deutsche Telekom Mobilfunk GmbH (DeTeMobil) menjadi 
pemegang saham baru Satelindo dengan membeli 25% sahamnya, akibatnya 
kepemilikan saham Indosat atas Satelindo turun dari 10% menjadi 7.5%. 
Struktur kepemilikan saham Satelindo menjadi 7.5% milik Indosat, 25% 
milik DeTeMobil, 22.5% milik PT Telkom, dan 45% milik PT Bimagraha. 
Pada tahun 1999, DeTeMobil memindahkan kepemilikannya atas saham 
Satelindo ke cabang Asia DeTeAsia. Pada 16 Mei 2001, Indosat mengakuisisi 
22.5% kepemilikan Telkom di Satelindo. 
Satelindo yaitu  perusahaan penyedia jasa jaringan telekomunikasi termasuk telekomunikasi bergerak dan multimedia. Satelindo berperan 
sebagai operator GSM pertama di negara kita  yang menyediakan layanan komunikasi bergerak melalui kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix. 
Satelindo menyediakan jaringan telekomunikasi internasional, telekomunikasi selular dan komunikasi satelit. 
 PT Indosat Multimedia Mobile (IM3)
PT IM3 yaitu  anak perusahaan Indosat dan sahamnya sebesar 99.94% 
dimiliki oleh Indosat. Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile 
(IM3) pada bulan Juli 2001, berkedudukan di Jakarta. IM3 bergerak dalam 
penyediaan jasa telekomunikasi selular dan memiliki license GSM/DCS 
1800. Perusahaan ini menjadi pelopor GPRS dan multimedia di negara kita .
 PT Bimagraha Telekomindo (Bimagraha)
PT Bimagraha yaitu  salah satu pemegang saham Satelindo dan 
yaitu  perusahaan yang sahamnya 100% dimiliki oleh Indosat. Tepatnya 
pada tanggal 31 Mei 2001, Indosat mengakuisisi Bimagraha dari pemegang 
sahamnya. Perusahaan yang berkedudukan di Jakarta ini memiliki kegiatan 
utama perdagangan besar, ekspor dan impor yang menyediakan peralatan 
dan fasilitas telekomunikasi. Bimagraha memiliki penyertaan modal di 
Satelindo.K5.5 Latar Belakang Akusisi
Pada 1995 pemerintah memberikan izin pengelolaan secara nasional bagi 
tiga operator GSM 900 tanpa melalui tender yaitu Satelindo (yang lalu 
merger kedalam Indosat), Telkomsel dan XL Axiata (sebelumnya PT. 
ExcelcomindoPratama).
Lalu, pada tanggal 8 September 2000 PT Indosat Tbk siap berubah 
menjadi penyelenggara telekomunikasi lengkap dan terintegrasi 9 jaringan, 
akses lokal, seluler, dan multimedia atau internet. Memasuki abad ke 21 
pemerintah negara kita  memutuskan untuk mengatur sektor telekomunikasi 
nasional, hal ini  dilakukan dalam rangka mengikuti tren global dan 
untuk meyambut kompetisi pasar bebas.
Pada tahun 1999, pemerintah menetapkan Undang-Undang 
Telekomunikasi No. 36 Tahun 1999 yang mengubah sistem penyelenggaraan 
jaringan dan jasa telekomunikasi nasional dari monopoli ke persaingan 
sempurna
Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat maka Indosat 
mengambil langkah untuk memperkuat pasarnya dengan cara mengakusisi 
anak perusahaannya. Menurut Direktur Pengembangan Perusahaan 
Indosat Wityasmoro Sih Handayanto, Penguasaan Satelindo yaitu  
sebuah usaha Indosat untuk meningkatan nilai fundamental perusahaan, 
terbentuknya struktur fi nansial yang kuat, peningkatan daya saing di bisnis 
seluler, dan efi siensi dalam belanja modal (CAPEX/capital expenditure)
 Hambatan dalam Proses Merger
Tantangan yang semakin tinggi dalam persaingan usaha telekomunikasi 
negara kita  membuat Indosat berencana untuk melakukan vertical merger 
dengan anak perusahaannya yang lain yaitu IM3 dan Satelindo. Namun, 
untuk merealisasikan merger ini , Indosat perlu mengakusisi PT 
Bimagraha yang memiliki saham Satelindo. Akusisi penuh PT Bimagraha 
membuat kepemilikan Indosat pada Satelindo naik hingga 75% 
Walaupun begitu, tantangan terbesar justru muncul saat  merger 
sudah dilakukan dimana pihak manajemen dari ketiga perusahaan ini  
harus beradaptasi dengan kultur organisasi yang berbeda termasuk resiko 
perampingan yang mungkin terjadi. K5.7 Kinerja Perusahaan Sebelum Akusisi
Berdasarkan kinerja keuangan PT Indosat sebelum merger (3 tahun terakhir 
sebelum merger), pendapatan bersih Indosat terus mengalami penurunan. 
Penurunan dari pendapatan bersih ini  memicu pengembalian 
atas aset (ROA) dan pengembalian atas modal (ROE) juga terus mengalami 
penurunan. 
Persaingan yang ketat ditambah dengan menurunnya profi t Indosat 
membuat Indosat berpikir untuk memperbaiki kinerja melalui akusisi 
vertical dengan harapan mengoptimalkan efi siensi dan efektivitas biaya
Hasil perhitungan atas profi tability ratio yaitu  sebagai berikut.
Tabel K5.1 kinerja indosat 2000 2001 2002
Net Income 1,624,500 1,543,100 883,500
Total Asset 7,314,500 22,348,700 22,002,500
Total Equity 3,451,300 10,978,700 10,740,900
 (angka dalam jutaan rupiah)
Return On Assets (ROA) 22.21 % 6.90 % 4.02 %
Return On Equity (ROE) 47.07 % 14.06 % 8.23 %
 Proses Merger
Pada bulan Agustus 2002, Indosat sudah mulai membuat perencanaan 
proses merger vertikal dengan anak-anak perusahaannya. Menurut rencana 
yang telah dibuat, proses merger akan memasuki tahap legal merger di 
tahun 2003. Ada beberapa tahapan dalam proses merger vertikal ini . 
Yaitu transformasi pada triwulan I 2003, implementasi pada triwulan II 2003, 
closing legal merger pada triwulan III 2003, terakhir penerapan operasional 
dan merger pada triwulan IV 2003. 
Pada akhir bulan Oktober 2003, rencana merger Indosat dengan PT 
Satelit Palapa negara kita , PT Indosat Multimedia Mobile, dan PT Bimagraha 
Telekomindo ini sudah mendapatkan persetujuan efektif dari Badan 
Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Proses merger harus dilaporkan kepada 
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai pemberitahuan sesuai dengan Pasal 29 Ayat 1 Undang-Undang Antimonopoli. Badan regulator 
dalam proses merger ini yaitu  Dirjen Postel. Dirjen Postel juga sudah 
memberikan izin atas permintaan perusahaan untuk melakukan merger. 
Proses merger antara perusahaan telekomunikasi dapat dilakukan bila 
mendapatkan ijin dari Menteri Perhubungan juga. 
Pada 11 November 2003, para pemegang saham Indosat melalui rapat 
umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), memberikan persetujuan 
untuk dilaksanakannya proses merger ini . Persetujuan ini  
yaitu  hasil dari RUPSLB Indosat yang berlangsung di Plaza Bappindo, 
Jakarta. Jumlah pemegang saham yang hadir sebanyak 82.96% dari total 
pemegang saham, sehingga dinyatakan sudah melebihi kuorum (75%). 
Dari para pemegang saham yang hadir, 98.69% menyetujui usulan merger 
ini . 
sedang penyelesaian aspek hukum yang diperlukan dalam proses 
merger dilakukan pada November 2003. Proses merger resmi dilakukan 
pada tanggal 20 November 2003. Proses merger direncanakan akan 
sepenuhnya tuntas pada tahun 2005. Proses operasional terintegrasi akan 
dapat dilakukan sesudah 2005. Hal ini  dilakukan untuk menghindari 
kemungkinan gangguan pelayanan bagi pelanggan. 
Diharapkan dalam waktu lima tahun proses merger dapat menghemat 
biaya perusahaan, biaya vertikal sebesar 20% dan biaya operasional 15%-
20%.
 Kinerja Perusahaan Sesudah Akusisi
Pada tahun 2003, Indosat melakukan usaha untuk memperoleh pendanaan 
yang dipakai  untuk melancarkan usaha merger vertical Indosat IM3 
dan Satelindo serta untuk membayar utang anak perusahaan. usaha 
pendanaan ini dilakukan melalui penerbitan obligasi rupiah sebesar Rp 
2,5 triliun, obligasi valuta asing US$ 300 juta dan pinjaman sindikasi Rp 
2,5 triliun, semuanya berjangka waktu lima tahun. Nichols Tang yang 
yaitu  Direktur dari Indosat mengatakan bahwa utang Indosat yang 
berjangka waktu sampai 2010 optimis bisa dibayar tanpa perlu berutang 
lagi. Hal ini  dapat dilakukan dengan memperhatikan risiko utangutang perseroan misalnya, dalam dolar diharapkan interest rate-nya tidak
terlalu tinggi, hingga tidak menjadi beban bagi perseroan. Modal perseroan 
dapat diperkuat dengan pendapatan operasional apabila merger vertical 
terlaksana dengan baik. Dengan demikian maka perseroan dapat membayar 
utang tanpa perlu berutang lagi.
Selain itu, Indosat juga mengalami kenaikan ROA dan ROE sesudah 
merger, yaitu tahun 2003 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2004-
2006 terus mengalami penurunan. Hal ini  disebabkan sebab  adanya 
penurunan laba bersih. Penurunan laba bersih disebabkan sebab  adanya 
fl uktuasi yang besar dari perkiraan-perkiraan non-kas seperti fl uktuasi 
pajak penghasilan yang ditangguhkan disebabkan oleh pendapatan sebelum 
pajak yang lebih rendah terkait dengan selisih kurs dan beban pendanaan 
yang lebih tinggi
Tabel  kinerja keuangan indosat. 
(angka dalam jutaan 
rupiah)
2003
(As restated) 2004 2005 2006 2007
Operating revenues 8,235,267 10,549,070 11,589,791 12,239,407 16,488,495
Net Income 6,081,971 1,633,208 1,623,481 1,410,093 2,042,043
Total Asset 26,059,192 27,872,467 32,787,133 34,228,658 45,305,086
Total Equity 12,039,882 13,184,592 14,315,328 15,201,745 16,544,730
Return On Assets 
(ROA) 23.34 % 5.86 % 4.95 % 4.12 % 4.51 %
Return On Equity 
(ROE) 50.52 % 12.39 % 11.34 % 9.28 % 12.34 %
K5.10 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Merger
PT Indosat Tbk akhirnya mendapatkan banyak manfaat positif dari proses 
merger ini . Namun, untuk mendapatkan manfaat ini  tidaklah 
instan. Jika kita analisa lebih dalam, ada beberapa faktor yang mempengaruhi 
keberhasilan akusisi ini :
1. Keberhasilan mengakusisi PT Bimagraha sebelum melakukan vertical 
merger sebab  jika Indosat tidak mengambil alih Bimagraha secara total 
maka akan ada kemungkinan resistensi dari perusahaan ini  saat  
terjadi usaha untuk pengambil alihan Satelindo
2. PT Indosat tidak membubarkan anak perusahaan yang ada termasuk 
produk-produk andalan mereka3. Indosat melakukan re-branding produknya melalui iklan yang inovatif 
dan sesuai dengan perkembangan life style anak muda saat ini seperti 
memakai selebritis / artis terkenal untuk dijadikan icon dalam 
setiap produknya.

Sebuah vertical merger yaitu  pilihan yang tepat di tengah kerasnya 
persaingan dalam dunia usaha. Hanya saja, proses merger tidak berhenti 
hingga kesepakatan transaksi namun yang terpenting yaitu  proses 
selanjutnya yaitu adaptasi kultur, budaya organisasi termasuk aspek 
keuangan. Maka tidak salah jika Benjamin Franklin mengatakan bahwa “By 
failing to prepare, you are preparing to fail”.

 Martin Marietta Materials Company
yaitu  sebuah perusahaan produsen bahan konstruksi terbesar 
kedua di Amerika yang berdiri sejak tahun 1939 dengan nama Superior 
Stone sebelum melakukan merger dengan American-Marietta. Perusahaan 
ini  melakukan proses merger kedua dengan perusahaan Glenn L. 
Martin di tahun 1961. 
Perusahaan ini menjual bahan produksi yang banyak dipakai  
untuk proyek membangun jalan raya, proyek infrastruktur lainnya, dan 
konstruksi perumahan. Perusahaan ini memiliki jaringan bisnis pada 300 
pertambangan, jangkauan distribusi pada 28 negara bagian, Kanada, the 
Bahamas, dan Kepulauan Caribbean. Martin Marietta juga memiliki produk 
khusus yaitu magnesia based chemicals dan dolomitic lime.
Kekuatan dari perusahaan yaitu  lokasi yang strategis, yaitu jaringan 
bisnis pada 300 pertambangan dan 28 negara bagian, dan juga harga yang 
kompetitif dan karyawan yang berkomitmen untuk menciptakan produk 
yang berkualitas dan memberikan pelayanan terbaik pada konsumen. 
 Vulcan Materials Company
Vulcan yaitu  perusahaan yang bergerak sebagai produsen kumpulan 
bahan konstruksi (construction aggregates) terutama batu yang dihancurkan, 
pasir, dan kerikil dan juga produsen utama aspal dan beton yang dicampur 
(ready-mixed concrete). Vulcan memiliki jaringan jalur distribusi yang 
strategis dan berpusat di Birmingham, Alabama. Perusahaan ini didirikan di 
tahun 1909 dengan nama Birmingham Slag. Birmingham Slag ini akhirnya 
dibeli oleh seorang banker dari Ohio bernama Charles Lincoln Ireland.Pada 
tahun 1956, perusahaan ini melakukan merger dengan Vulcan Detinning 
Company of Sewaren lalu dilanjutkan dengan melakukan merger dengan 9 
perusahaan pada tahun 1957.Perusahaan ini memiliki 342 tempat untuk memproduksi bahan 
konstruksi (batu yang dihancurkan, pasir, dan kerikil) dan memiliki 
100 fasilitas yang memproduksi aspal dan beton.Semuanya berlokasi di 
Amerika. Dalam skala yang besar, bahan-bahan konstruksi dipakai  
untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur seperti jalan, jembatan, 
pengairan dan pelabuhan, dan untuk membangun bangunan perumahan 
dan non perumahan seperti fasilitas pabrik, gedung kantor, sekolah, rumah 
sakit, dan gereja.
 Latar Belakang Akusisi
Pada awalnya, perusahaan Martin Marietta melakukan pendekatan pada 
perusahaan Vulcan pada bulan Mei 2010 untuk melakukan merger bahkan 
kedua kubu sudah melakukan pertemuan di New York, Atlanta, San Diego 
untuk melakukan diskusi lebih lanjut.Saat pengajuan rencana merger, posisi 
nilai saham Martin Marietta lebih tinggi dibandingkan  Vulcan. Pada pertemuan 
ini Vulcan mengharapkan akan terjadi kerja sama namun ternyata Martin 
Marietta mengharapkan sebaliknya yaitu keinginan untuk mengakusisi 
Vulcan melalui hostile takeover.
Martin Marietta dan Vulcan yaitu  dua perusahaan produsen 
konstruksi terbesar di Amerika Serikat. Vulcan memiliki market capitalization
(harga saham x jumlah saham yang beredar) sebesar $6 milliar sedang 
Martin Marietta memiliki market capitalization sebesar $4 milliar
 Hambatan dalam Proses Merger
Diskusi mengenai merger yang dimulai pada April 2010 ternyata tidak 
menghasilkan sebuah kesepakatan sehingga pada tanggal 12 Desember 
2011, Martin Marietta Materials membuat tawaran hostile takeover kepada 
pesaingnya yaitu Vulcan Materials dengan nominal sebesar $4,8 milliar. 
Martin Marietta Material akan membayar satu saham dari Vulcan dengan 
setengah dari sahamnya. Berdasarkan pada closing price tanggal 12 
Desember 2011, penawaran itu bernilai $37,38 atau premium 11% dari 
closing price Vulcan
Namun Vulcan menolak hostile takeover Martin Marietta disebab kan 
tawaran yang terlalu rendah. Hal itu ditenggarai bahwa Vulcan merasa 
manfaat dari merger ini  tidak terlalu menguntungkan khususnyabagi Vulcan dimana Martin Marietta menjaminkan bahwa Vulcan akan 
mendapat penghematan hanya sebesar $50 juta berdasarkan peraturan yang 
dibuat Martin Marietta (bandingkan dengan Martin Marietta yang dapat 
menghemat sebesar $200 juta)
K6.5 Kinerja Perusahaan Sebelum Akusisi
Sebelum mengakusisi, posisi keuangan Martin Marietta lebih baik dibandingkan  
Vulcan Material dimana pangsa terbesar Vulcan sedang dilanda krisis 
(daerah Florida dan California). Bagi Ward Nye, CEO dari Martin Marietta 
yang baru saja dilantik, kondisi ini  yaitu  kondisi ideal untuk 
melakukan merger dengan Vulcan apalagi CEO dari Vulcan yaitu Don 
James mendekati masa pensiun dan belum menemukan seorang suksesor. 
Tidak mengherankan jika Martin optimis dapat melakukan merger dengan 
Vulcan.Posisi nilai saham Martin juga melampaui Vulcan walaupun Vulcan 
yaitu  perusahaan yang lebih besar dibandingkan  MartinK6.6 Proses Merger
sesudah berbagai diskusi pada tahun 2010 mengenai merger, kedua 
perusahaan setuju untuk melanjutkannya ke tahap selanjutnya. lalu kedua belah pihak bernegosiasi dan masuk ke dalam tahap non-disclosure 
agreement (NDA) dan joint defense agreement (JDA) sebagai bentuk untuk 
mendiskusikan merger lebih jauh lagi diantara kedua perusahaan. Melalui 
NDA, kedua perusahaan setuju untuk melakukan due diligence tetapi 
dengan syarat bahwa informasi dan hasil diskusi diantara mereka yang 
didapatkan selama proses due diligence tidak disebarkan ke publik. Tetapi 
diantara kedua perjanjian (NDA dan JDA) ini  tidak mengandung 
istilah “standstill provision”. Standstill provision yaitu  sebuah kontrak yang 
dapat menghentikan hostile takeover dengan cara membatasi kepemilikan 
perusahaan bidder.
Tetapi pada akhirnya, Vulcan membatalkan perjanjian merger dengan 
Martin Marietta secara sepihak. Sehingga Martin Marietta merumuskan 
rencana untuk melakukan akuisisi Vulcan dengan cara hostile takeover dan 
mengirimkan bear hug letter kepada Vulcan yang berisi penawaran untuk 
membeli saham dari perusahaan Vulcan dengan harga per lembar saham 
yang lebih tinggi dari harga pasar. Selain itu Martin Marietta Material akan 
membayar satu saham dari Vulcan dengan setengah dari sahamnya
Pada saat pengajuan hostile takeover diumumkan, harga saham Vulcan 
naik sebesar 15,6% yaitu $38,78 (diatas penawaran yaitu sebesar $37,22) 
yang mana investor berpikir bahwa penawaran masih bisa dinaikkan. Selain 
itu, harga saham dari Martin Marietta juga meningkat sebesar 1,7% menjadi 
$74,61
 Kinerja Perusahaan Sesudah Akusisi
Proses merger yang dilakukan ternyata tidak menghasilkan keputusan yang 
berarti dimana Vulcan akhirnya menolak tawaran dari Martin Marietta 
sebab  dianggap tidak memberikan keuntungan bagi Vulcan meskipun 
sudah mencapai tahap NDA dan JDA. Kondisi ini  akhirnya membawa 
Martin Marietta untuk melakukan tindakan hostile takeover kepada Vulcan 
dengan menggunakkan data yang didapat selama melakukan proses due 
diligence.
Perkara ini dibawa kepada pengadilan dan pengadilan memutuskan 
bahwa Martin Marietta tidak diperbolehkan untuk melakukan takeover 
terhadap Vulcan selama 4 bulan sehingga masalah ini berakhir dengan Martin tidak lagi berusaha untuk mengakusisi Vulcan. Lalu bagaimana dengan 
kinerja Vulcan sesudah keberhasilannya menolak takeover yang dilakukan 
Martin Marietta?
Berdasarkan analisa terhadap laporan keuangan Vulcan, ditemukan 
bahwa kinerja keuangan Vulcan semakin membaik meskipun EPS, ROI, 
ROE, Market to book value ratio masih bernilai negatif. Nilai ini ditenggarai 
sebab  Vulcan sebelumnya terlalu agresif dalam melakukan akusisi 
terhadap perusahaan lain. Mulai tahun 2011, Vulcan mulai melakukan 
divestasi asset sehingga total asset nya semakin menurun. Didukung dengan 
operating earning yang terus meningkat sehingga ratio operating ROI nya terus 
meningkat hingga tahun 2012.
Hostile Takeover yang dilakukan Martin Marietta juga membantu 
menaikkan nilai saham dari Vulcan Material. Hal itu terjadi sebab  investor 
melihat bahwa nilai Vulcan bisa lebih tinggi lagi dibandingkan  tawaran yang 
dilakukan oleh Martin Marietta.Bila melihat dari segi harga saham Vulcan, 
saat  Martin Marietta dan Vulcan menandatangani NDA dan JDA pada 
musim semi 2011 (musim semi tahun 2011 yaitu  sekitar pada 20 Maret 
2011), harga saham Vulcan pada saat itu berada pada kisaran 43,63 
lalu 5 hari sesudah penandatanganan ini , harga saham Vulcan 
naik banyak hingga mencapai 45,29 hal ini disebabkan oleh semakin banyak 
investor yang tertarik pada kedua perusahaan ini  sebab  asumsi 
mereka, bahwa kedua perusahaan produsen konstruksi terbesar di Amerika 
Serikat itu bergabung menjadi satu, maka kedua perusahaan ini  akan 
menguasai sebagian besar pasar yang ada. Berdasarkan The New York 
Times, lalu saham di Vulcan Materials telah meningkat 15,6 persen 
sejak tawaran itu diumumkan pada 12 Desember, saham Vulcan berada 
pada tingkat $ 38,78 dimana tingkat ini berada di atas $ 37,22 harga yang 
ditetapkan oleh tawaran Martin Marietta, dan hal menunjukkan bahwa 
investor berpikir dan berharap bawha Martin Marietta akan meningkatkan 
tawaran mereka lebih lagi.
sedang Martin Marietta sendiri justru mengalami goncangan 
akibat komentar dari David Einhorn, pendiri dari Greenlight Capital yaitu 
tuduhan bahwa CEO Martin Marietta, Howard Nye yaitu  seorang 
megalomaniak.Komentar ini  keluar sesudah usaha untuk mengakusisi Vulcan gagal dan Martin Marietta tidak diperbolehkan untuk melakukan 
tindakan akusisi terhadap perusahaan Vulcan dalam jangka waktu 4 bulan. 
Hal ini mempengaruhi penurunan saham Martin Marietta sebesar 8,2%.
 Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Akusisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan Martin Marietta dalam 
mengakusisi Vulcan:
1. Keengganan CEO Vulcan untuk kehilangan posisi sebagai CEO saat  
merger dilakukan
2. Nilai tawaran awal yang dijanjikan oleh Martin Marietta dianggap 
terlalu kecil bagi Vulcan
3. Pelanggaran etika yang dilakukan Martin Marietta yaitu memakai 
informasi yang didapat selama due diligence terhadap Vulcan
Berdasarkan faktor-faktor ini  terlihat bahwa masalah 
sesungguhnya bukanlah pada keuntungan yang didapat dari kedua pihak 
sebab  public dapat melihat bahwa jika kedua perusahaan ini  merger 
maka perusahaan hasil merger ini  secara otomatis menjadi perusahaan 
terbesar di Amerika, namun isu kedudukan CEO menjadi penghalang bagi 
mimpi ini .

Melalui masalah ini kita dapat belajar bahwa sekalipun transaksi merger terlihat 
begitu menjanjikan namun transaksi ini  dapat menjadi bumerang bagi 
perusahaan jikalau terjadi adanya pemaksaan kepentingan. Seharusnya 
hal yang berbeda terjadi jika Nye selaku CEO dari Martin Marietta tidak 
berusaha untuk me-Martin-kan Vulcan dan tetap menjalankan friendly merger 
seperti rencana sebelumnya. Selain itu, isu terbesar yang dilakukan oleh 
Martin Marietta yaitu  melanggar etika bisnis dimana seharusnya sebuah 
perusahaan tidak memakai informasi ini  untuk keuntungan 
pribadinya sehingga memaksa perusahaan yang akan diakusisi merasa 
terancam. Di sisi lain kita juga dapat melihat bahwa setiap motivasi merger 
maupun akusisi dari dua perusahaan dapat menaikkan nilai perusahaan itu 
sendiri.
 Sekilas tentang PT KALBE FARMA 
Kalbe Farma yaitu  sebuah perusahaan besar di negara kita  yang 
bergerak dalam bidang Farmasi dan produk-produk yang berkaitan 
dengan perusahaan, yang dalam jangka panjang memiliki  visi menjadi 
perusahaan farmasi dan produsen produk-produk kesehatan yang bertaraf 
internasional
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan pada tanggal 10 September 
1966 dengan tujuan ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kesehatan 
masyarakat negara kita  secara luas. Seiring berjalannya waktu Kalbe 
Farma mengakuisisi perusahaan – perusahaan yang dianggapnya dapat 
memberikan nilai pada perusahaan Kalbe Farma, seperti mengakuisisi PT. 
Bintang Toedjoe, PT. Hexpharm Jaya, PT Sanghiang Perkarsa, dan masih 
banyak lagi perusahaan – perusahaan lainnya yang diakuisisi. Pada tahun 
1991, Kalbe Farma melakukan penawaran umum perdana. Kalbe Farma 
terdaftar di Bursa Efek negara kita  sebagai perusahaan publik.
Kalbe Farma yaitu  perusahaan yang terkemuka di negara kita  
di bidang produsen farmasi dengan sekitar 400 merek produk farmasi, 
yang terdiri dari lebih dari 50 produk OTC, 20 makanan kesehatan dan 300 
produk ethical yang ada di 26 provinsi. Kalbe Farma telah merambah 28 
pasar internasional, memberikan kontribusi 10% dari omset tahunan
 PT DANKOS LABORATORIES
PT. Dankos Laboratories didirikan pada tanggal 25 Maret 1974 di Pulomas, 
Jakarta Timur dan memulai kegiatan operasinya dibidang obat-obatan pada 
tahun 1978. Pada tahun 1986 Dankos mendapatkan lisensi produk dari 
Fujisawa (Jepang). Sejalan dengan perkembangan perekonomian negara kita , 
pada tanggal 13 November 1989 Dankos memutuskan untuk go public
dengan mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1990 Dankos melakukan ekspor obat bebas (OTC) ke 10 negara (Asia 
dan Afrika).
 PT ENSEVAL 
PT Enseval didirikan pada Oktober 1973, dimana bergerak dalam bidang 
distribusi dan memasok produk obat-obatan, bahan baku, peralatan medis 
serta produk konsumen dalam perkembangannya
Enseval tumbuh menjadi distributor umum, tidak hanya dalam 
produk farmasi, tetapi juga dengan berbagai macam produk konsumen 
dan peralatan medis, bahkan melayani sebagai agen dan distributor untuk 
bahan baku kimia untuk industri farmasi, kosmetik dan makanan industri. 
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara kita , Enseval juga melakukan 
diversifi kasi ke sejumlah jenis usaha diluar bidang perdagangan dan 
distribusi.
saat  manajemen membuat keputusan untuk kembali ke bisnis 
inti pada tahun 1993, semua kegiatan usaha perdagangan dan distribusi 
dipindahkan ke PT Arya Gupta Cempaka, sebuah perusahaan yang didirikan 
pada tahun 1988, yang kemudian, pada tanggal 6 Agustus 1993, berubah 
nama menjadi PT Enseval. Pada tanggal 1 Agustus 1994, Perusahaan ini 
terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebagai PT Enseval Tbk.
Kegiatan Perusahaan difokuskan pada jasa distribusi dan perdagangan, 
dan terdiri dari empat divisi:
i) Produk farmasi penjualan dan divisi distribusi
ii) Produk konsumen, di balik produk dan penjualan nutrisi dan divisi 
distribusi
iii) Pemasaran perangkat medis dan divisi distribusi
iv) Divisi pemasaran dan penjualan produk kimia bahan baku untuk 
industri farmasi, kosmetik dan makanan dan kesehatan hewan
Pada akhir tahun 2008, Perseroan memiliki 5 anak:
i) PT Tri Sapta Jaya
ii) PT Millenia Dharma Insani
iii) PT Enseval Medika Prima
iv) PT Global Chemindo Megatrading
v) PT Renalmed Tiara Utama
K7.4 Latar Belakang Merger
PT Kalbe Farma pernah mengalami krisis pada tahun 1998 namun berhasil 
kembali dari keterpurukan yang ada melalui restrukturisasi hutang. Hasil 
penaatan ulang segmen usaha ini  telah menimbulkan pertumbuhan 
penjualan konsolidasi Kalbe Farma dan Dankos diatas pertumbuhan farmasi 
nasional secara terus menerus sejak tahun 1998.sesudah kondisi perusahaan 
dinilai cukup stabil, direksi Kalbe Farma dan Dankos mempertimbangkan 
penggabungan usaha sebagai langkah strategis untuk meningkatkan 
daya saing dalam industri Farmasi dan produk-produk yang berkaitan. 
Pada 16 Desember 2005, manajemen Kalbe Farma resmi mengumumkan 
penggabungan Dankos dan Enseval dengan melakukan merger. Proses 
merger yang dilakukan Kalbe Farma dalam masalah ini hampir tidak 
mengalami tantangan dari luar perusahaan sebab  Kalbe Farma melakukan 
merger internal. Hanya saja, hal yang perlu diperhatikan justru tantangan 
internal sesudah merger ini  berlangsung sebab  karyawan yang ada 
harus kembali beradaptasi dengan lingkungan kerja yang berbeda (termasuk 
adanya perubahan struktur dalam perusahaan)
 Kinerja Perusahaan Sebelum Akusisi
Sebelum merger ini  terjadi, ketiga perusahaan ini  sedang 
berusaha memulihkan diri dari krisis moneter yang melanda di negara kita . 
Walaupun akhirnya terjadi perbaikan akan kinerja keuangan namun rasio 
hutang pada ekuitas (debt to equity ratio) milik Kalbe Farma masih sangat 
tinggi (lebih dari 100%). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sekalipun 
memiliki laba terhadap ekuitas yang baik namun masih berada dalam posisi 
beresiko dimana modal perusahaan lebih banyak dibiayai oleh hutang. 
Selain itu, PT Enseval juga masih memiliki hutang dalam bentuk mata uang 
asing. Diharapkan melalui merger ini mampu meningkatkan efi siensi dan 
efektivitas kinerja perusahaan. 
 Proses Merger
Proses merger Kalbe Farma dimulai dengan Rencana Penjajakan Merger yang 
diumumkan di media massa pada 13 Juni 2005, dimana Bursa Efek Jakarta 
(BEJ) mulai sesi I perdagangan melakukan suspensi atau menghentikan 
sementara perdagangan saham tiga emiten, yakni PT Dankos Laboratories Tbk, PT Enseval Tbk, dan PT Kalbe Farma Tbk. Suspensi itu terkait dengan 
rencana penjajakan penggabungan Dankos dan Enseval ke dalam Kalbe 
Farma
Proses merger selanjutnya yaitu pengumuman Rancangan 
Penggabung an pada 30 September 2005. Dengan adanya rancangan penggabungan, para karyawan, pemegang saham, manajemen dan pemangku 
kepentingan dapat mengetahui informasi – informasi yang dibutuhkan dan 
bertujuan untuk menghindari insider trading.
Pada tanggal 29 November 2005, Rapat Umum Pemegang Saham 
(RUPS) menyetujui penggabungan (merger) Kalbe Farma, Dankos, dan 
Enseval, menjadi perusahaan yang eksis. Dengan penggabungan ini, 
seluruh kegiatan usaha, aset, tagihan, dan karyawan beralih kepada Kalbe 
Farma. Rapat dihadiri lebih dari 80 persen pemegang saham dan disetujui 
sedikitnya 60 persen pemegang saham independen
 Kinerja Perusahaan Sesudah Akusisi
Penggabungan usaha atau merger di antara ketiga perusahaan yaitu Kalbe 
Farma, Dankos, dan Enseval telah memberikan Kalbe Farma suatu pondasi 
yang kokoh untuk memperkuat posisi kepemimpinan Kalbe Farma di pasar 
domestik serta bertumbuh secara global. Hal itu dapat dilihat perkembangan 
pasar yang dijangkau oleh Kalbe dimana pada tahun 2005, Kalbe berhasil 
memasuki pasar Nigeria melalui Orange Drugs Co. Ltd
sedang untuk biaya produksi, Kalbe mampu melakukan efi siensi 
pembelian bahan baku dimana Kalbe menyatukan pembelian bahan baku 
keseluruhan perusahaan (sebelumnya dilakukan sendiri-sendiri) agar 
mendapatkan harga yang lebih murah serta relasi dengan pemasok akan 
jauh lebih baik dan luas.
Ditinjau dari sisi keuangannya, Kalbe Farma mampu meningkatkan 
kinerja rasio pinjaman terhadap hutang. Hal itu terlihat dari penurunan 
total pinjaman hutang yang cukup signifi kan pada tahun 2006. Maka 
dapat disimpulkan bahwa merger ini juga berdampak pada kemampuan 
permodalan Kalbe Farma.K7.8 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Merger
Merger yang dilakukan Kalbe Farma memang sesuai dengan apa yang 
diharapkan oleh perusahaan. Namun, tidak ada sebuah rencana merger 
yang terjadi sebab  keberuntungan. Tetap ada faktor-faktor penentu yang 
mempengaruhi keberhasilan kebijakan Kalbe Farma ini:
1. Kejelian dalam melihat peluang. Kalbe Farma melihat bahwa kondisi 
perusahaannya sudah mulai stabil sehingga perusahaan akhirnya berani 
memutuskan untuk menggabungkan semua usahanya sekaligus untuk 
meningkatkan efektivitas dan efi siensi
2. Merger ini yaitu  batu loncatan dari Kalbe untuk meluaskan 
pangsanya ke luar negeri. Kalbe melihat bahwa jika internal kurang baik 
maka Kalbe akan terancam kebangkrutan oleh sebab  nilai hutang dalam 
mata uang asing (untuk meluaskan jaringan, Kalbe tentu memakai 
mata uang asing sedang kondisi mata uang Rupiah belum benarbenar stabil)
3. Keuntungan dalam kekayaan Research and Development, dibandingkan  saling 
berkompetisi yang saling menjatuhkan, maka tindakan merger dengan 
anak perusahaan yang sekaligus competitor akan menguatkan posisi 
Kalbe Farma di pasar obat-obatan

Sekilas merger yang terjadi pada Kalbe Farma bukanlah sebuah peristiwa 
yang besar. Bahkan secara nilai tidaklah setinggi akusisi yang dilakukan 
oleh perusahaan lainnya. Namun disini, kita dapat belajar bahwa merger 
tidak harus bernilai besar namun kembali pada tujuan semula yaitu 
meningkatkan shareholder value maupun corporate profi tability. Bukan berarti 
juga, merger semacam ini tidaklah mengalami hambatan sebab  setiap 
perusahaan yang melakukan merger tentu harus beradaptasi khususnya 
dari kedua perusahaan yang memiliki budaya yang berbeda termasuk 
ancaman perampingan karyawan sehingga perusahaan harus menyiapkan 
biaya lebih untuk pesangon jika memang hal itu terjadi.





Sejarah PT HM Sampoerna dimulai pada tahun 1913, saat  seorang 
imigran asal Tiongkok yang bernama Liem Seeng Tee memulai usahanya 
dengan memproduksi dan menjual rokok kretek dengan merek Dji Sam 
Soe di rumahnya yang berada di Kota Surabaya. Usaha kecilnya teersebut 
yaitu  salah satu usaha pertama di negara kita  dalam bidang produksi 
rokok. lalu pada tahun 1930, Liem Seeng Tee mendirikan perusahaan 
dengan nama Sampoerna dan memindahkan tempat tinggal keluarganya 
serta pabriknya ke sebuah kompleks bangunan di Surabaya yang diberi 
nama “Taman Sampoerna”. Pada tahun 1959 bisnis ini dilanjutkan oleh 
generasi kedua dari keluarga Sampoerna yaitu Aga Sampoerna., yang 
memfokuskan usaha pada produksi Sigaret Kretek Tangan. lalu pada 
tahun 1978 kepemimpinan Sampoerna diambil alih oleh generasi ketiga dari 
keluarga Sampoerna yaitu Putera Sampoerna. Di bawah kepemimpinannya 
ini, perusahaan Sampoerna mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. 
Di tahun 1989 Sampoerna meluncurkan produk barunya yang yaitu  
produk Sigaret Kretek Mesin yang diberi merek Sampoerna A. Pada tahun 
1990, PT HM Sampoerna Tbk memperoleh pernyataan efektif dari BapepamLK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham HMSP (IPO) 
kepada masyarakat.
Di tahun 2001, kepemimpinan Putera Sampoerna digantikan oleh 
generasi keempat dari keluarga Sampoena, yaitu Michael Sampoerna. 
Michael Sampoerna berhasil melanjutkan kesuksesan perusahaan ini . 
Di tahun 2005, sebab  keberhasilan usahanya ini, Sampoerna berhasil 
menarik perhatian Philip Morris International. Melalui anak perusahaan 
Philip Morris International yaitu PT Philip Morris negara kita , mereka 
mengakuisisi mayoritas saham Sampoerna pada bulan Mei 2005. Transaksi 
akuisisi ini mencapai senilai US$5,2 miliar atau Rp 48 triliun. Di tahun 2006, 
Sampoerna berhasil menduduki posisi nomor 1 dalam pangsa pasar rokok di negara kita . Sampoerna juga memutuskan untuk melakukan ekspansi dengan 
meresmikan pengoperasian pabrik Sigaret Kretek Mesin di Karawang 
dengan nilai investasi sebesar US$250 juta pada tahun 2008. Di tahun 2012 
Sampoerna berhasil untuk melewati volume penjualan rokok sebesar 100 
miliar batang rokok. 
. Sejarah Phillip Morris International
Philip Morris International Inc yaitu  sebuah perusahaan publik asal 
Amerika Serikat yang bergerak dibidang rokok dan tembakau. Awal mula 
didirikan nya PMI berasal dari tahun 1847, Philip Morris membuka usaha 
toko tembakau dan rokok di London. Pada tahun 1881 usaha yang dibangun 
oleh Philip Morris menjadi perusahaan publik. Salah satu tujuan utama dari 
PMI yaitu  menjadi perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial. 
Pada tahun 1954, Philip Morris International membangun hubungan afi liasi 
pertamanya dengan Philip Morris Australia.
Seiring berjalannya waktu, PMI menjadi sebuah perusahaan 
incorporated pada tahun 1987 dan menjadi perusahaan tembakau terkemuka 
didunia. Produk dari PMI telah tersebar di lebih dari 180 pasar di dunia. 
Portfolio brand lokal dan internasional PMI dipegang oleh Marlboro yang 
yaitu  produk penjualan rokok terbaik di dunia. sesudah mengakuisis 
PT HM Sampoerna, kini PMI memiliki lokal brand yang terkenal yang 
tersebar di beberapa negara, yaitu Dji Sam Soe, Sampoerna dan U Mild di 
negara kita , Champion, Fortune dan Hope di Filipina, Apollo-Soyuz dan Optima 
di Russia, Morven Gold di Pakistan serta Boston di Colombia.
K3.3 Jenis Merger & Akuisisi yang dilakukan
Jenis merger yang dilakukan oleh Philip Morris International yaitu  secara 
horizontal yaitu dimana Philip Morris mengambil alih HM Sampoerna 
yang juga memiliki produk dan wilayah pemasaran yang sama. Kondisi ini 
juga termasuk salah satu motivasi merger yaitu operating synergy yang akan 
saling menguntungkan bagi PMI maupun HM Sampoerna. Pengetahuan, 
pengalaman, dan sumber daya yang dibawa oleh PMI, digabung dengan 
pemahaman Sampoerna yang mendalam tentang bisnis rokok kretek di 
negara kita  serta memberikan keunggulan kompetitif yang tak tertandingi bagi perusahaan. Perusahaan juga berhasil menyatukan sumber daya dan 
perspektif global dari PMI, dengan pengetahuan lokal, kekayaan tradisi, 
dan cara berpikir yang inovatif dari Sampoerna.
 Proses M&A
Dibawah ini yaitu  proses tahapan merger yang terjadi antara PMI 
dengan PT HM Sampoerna:
 Untuk transaksi ini, Philip Morris menunjuk Credit Suisse First Boston 
dan penasehat hukum Clifford Chance LLP dan Mohtar Karuwin Komar.
 Proses akuisisi HM Sampoerna oleh Philip Morris dimulai dengan 
adanya pembelian saham 40% dari Putera Sampoerna dan pemegang 
saham utama lainnya pada 18 Maret 2005. lalu dibarengi dengan 
penawaran tender umum untuk membeli saham yang tersisa
 sesudah penawaran tender ditutup, Kustodian Sentral Efek negara kita  
mengesahkan bahwa PMI telah menambah kepemilikannya atas HM 
Sampoerna sebesar 58%. Dan digabung dengan kepemilikan sebelumnya 
sehingga menjadi sebesar 98%. 
 lalu sesudah akuisisi tesebut, dilakukannya Rapat Umum Luar 
Biasa Pemegang Saham untuk menentukan pucuk pimpinan PT HM 
Sampoerna yang baru. 
 Jajaran Komisaris dan Direksi yang baru terbentuk yaitu  
perpaduan dari para eksekutif PMI yang memiliki pengalaman bertaraf 
internasional dari seluruh dunia dengan pimpinan HM Sampoerna 
yang telah teruji.
 Kombinasi yang kuat ini menghasilkan tim manajemen yang mampu 
menjadikan HM Sampoerna sebagai pemain kuat dan tangguh di 
industri rokok negara kita .
 Mempertahankan Yang Sudah Baik 
Mempertahankan yang sudah baik yaitu  cara tepat PMI dalam 
berinvestasi di negara kita  atas PT HM Sampoerna. Hal ini dilakukan dengan 
tetap menjaga perasaan dan kebanggaan lokal, melibatkan masyarakat 
sekitar dalam pengembangan industrinya, dan padat karya.
 Citra dan nama besar Sampoerna. Hal yang biasanya terjadi yaitu  
perusahaan multinasional praktis langsung meleburkan nama atau mencantumkan nama besar mereka pada logo atau produk perusahaan 
yang diakuisisinya. Dalam dalam kondisi ini PMI malah melakukan 
malah sebaliknya. Martin King, presiden direktur PMI Asia menegaskan 
bahwa logo Sampoerna tetap dipertahankan, sebab  citra dan nama 
Sampoerna sudah besar. Hal ini tidaklah mengherankan. sebab  saat 
PMI mengakuisisi 98% saham HMS, PMI membayar Rp 48T, padahal 
aset HMS hanya Rp 12T. Hal ini menunjukkan bahwa PMI sebenarnya 
membeli Brand Equity Sampoerna yang well known brand. Selain itu, 
nama besar Sampoerna tetap dipertahankan, sebab  citra rokok kretek 
yaitu  milik Sampoerna, bukan milik PMI.
 Padat Karya. Citra rokok kretek identik dengan padat karya. Lazimnya, 
bagi perusahaan multinasional, mesin yaitu  pilihan cepat, efektif 
dan efi sien ketimbang sebuah industri padat karya. Tapi PMI tidak 
berpikir untuk menggantikan tangan pelinting kretek dengan mesin. 
Apalagi diakui PMI bahwa sistem padat karya dan pola kemitraan 
memberikan banyak benefi t, salah satunya yaitu  pertumbuhan 
penjualan hingga 44 persen pada tahun 2005 beberapa saat sesudah 
akuisisi. Selain itu, Martin King juga tetap mempertahankan manajemen 
yang sudah ada di HMS. Martin King hanya membawa 14 anggota staf, 
termasuk dirinya. Semua anggota staf PMI melebur, larut ke dalam pola 
kerja dan sistem yang sudah tercipta di Sampoerna. 
“Yang terpenting bagi PMI, yaitu  mengintegrasikan kelebihan 
sehingga mampu menghasilkan sinergi yang meningkatkan kinerja secara 
keseluruhan. Citra dan kebanggaan akan merek dari satu cita rasa lokal 
tidak perlu diganggu, sebab  justru itulah yang dibeli. Kami datang untuk 
membeli harta karun ini. Jadi, jangan sampai kami merusaknya. Sebisa 
mungkin kami justru meningkatkan nilainya.” 
 Kinerja Keuangan dari sisi tren profi tabiltas 
Berikut ini yaitu  analisa komponen rasio profi tabilitas sesudah akuisisi 
tahun 2000-2010.Trend penjualan dari Sampoerna sesudah akuisisi (2005) mengalami 
peningkatan sesudah akuisisi, Hal ini terjadi sebab  perusahaan semakin 
gencar dalam melakukan promosi produknya melalui iklan di media. Selain 
itu jumlah masyarakat yang mengkonsumsi rokok semakin lama semakin 
meningkatSelain itu trend gross profi t dari Sampoerna juga mengalami 
peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk 
menghasilkan laba sesudah dikurangi dengan harga pokok penjualan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum dilakukan akuisisi. Hal ini disebabkan 
oleh kegiatan produksi perusahaan yang dilakukan dengan cukup efi sien. Trend operating income Sampoerna juga mengalami peningkatan. Hal 
ini disebabkan sebab  kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba 
lebih baik sesudah akuisisi. Selain itu, perusahaan juga semakin gencar 
mempromosikan produknya melalui iklan-iklan yang unik. Promosi yang 
dilakukan perusahaan ini cukup berhasil, dapat dilihat dari laba perusahaan 
yang terus meningkat.Sama halnya dengan trend lainnya, net income Sampoerna juga 
mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan 
sesudah akuisisi semakin baik. Kinerja perusahaan yang baik tampak dari 
penjualan yang dihasilkan oleh Sampoerna yang mampu mengimbangi 
peningkatan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk berbagai macam kegiatan 
bisnisnyaTotal asset Sampoerna juga terus mengalami peningkatan sesudah 
akuisisi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan melakukan investasi 
untuk menambah asetnya. Salah satu alasan perusahaan melakukan 
penambahan asset yaitu  untuk menambah kapasitas produksi, contohnya 
yaitu  pembangunan pabrik baru di Karawang International Industrial 
City pada tahun 2006 yang mulai dioperasikan pada tahun 2008. Pabrik ini 
dibangun untuk mengolah cengkeh dan tembakau serta untuk menyimpan 
bahan baku dan produk jadi.
Trend total equity Sampoerna sesudah akuisisi juga mengalami 
peningkatan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan selisih kurs sebab  
penjabaran laporan keuangan dan peningkatan trend retained earning 
perusahaan. Peningkatan trend equity perusahaan dapat dilihat pada grafi k .
Profi tabilitas yaitu  salah satu alat ukur yang paling sering dipakai  
untuk menentukan tingkat kesuksesan sebuah bisnis, yakni kemampuan 
perusahaan untuk menghasilkan laba Ukuran ini yaitu  salah satu 
ukuran yang paling tradisional dan mendasar untuk mengukur kinerja 
sebuah organisasi bisnis. Berikut ini yaitu  kinerja rasio profi tabiltas 
yang tercatat dalam PT HM Sampoerna sebelum (t-10) dan sesudah (t+10) 
diakuisisi. Rasio profi tabilitas diukur dengan memakai rasio Gross 
Profi t Margin, Operating Profi t margin, Net Profi t Margin, Return on Equity 
dan Return on Assest. Hasilnya dapat dilihat secara bersama-sama dalam 
dapat dilihat bahwa Return on Asset (ROA), Return 
on Equity (ROE) dan Net Profi t Margin (NPM) mengalami perbedaan yang 
cukup signifi kan sebelum dan sesudah akuisisi. Trend ROA yang mengalami 
kenaikan menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola assetnya 
dengan efi sien untuk menghasilkan laba. Trend ROE juga mengalami 
kenaikan menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk menghasilkan laba 
dari modal yang ditanamkan oleh pemegang saham. Salam halnya dengan 
trend NPM yang mengalami kenaikan menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk menghasilkan laba yang sesungguhnya atas penjualan yang 
dilakukan. Untuk memastikan apakah benar-benar ada perbedaan yang 
signifi kan antara sebelum dan sesudah akuisisi, dilakukan analisa dengan 
memakai Signed Rank Test Wilcoxon. Uji ini dilakukan memakai 
software SPSS versi 20.00. Hasil dari pengujian ini dikatakan signifi kan 
apabila nilai Asymp. Sig. lebih kecil dari nilai Alpha (0.05). Pilihan untuk menjadi perusahaan yang besar, kuat dan bertumbuh 
dapat berupa organic growth ataupun M&A. PT HM Sampoerna memilih 
keduanya, dengan melakukan organic growth terlebih dahulu dan akhirnya 
di tahun 2005 hal yang paling bersejarah dalam PT HM Sampoerna menjadi 
bagian dari perusahaan internasional dengan melakukan strategi M&A. 
Proses M&A Sampoerna dan Philip Morris yaitu  bentuk strategi 
perusahaan yang bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan yang 
berkelanjutan. Dengan adanya strategi ini memberikan keuntungan 
baik bagi Sampoerna maupun Philip Morris seperti memadukan kedua 
perusahaan yang sama-sama kuat. Dapat dikatakan salah satu tujuan utama 
dari akuisisi yang dilakukan PMI terhadap Sampoerna ini yaitu  PMI ingin 
melakukan ekspansi dan menjadi salah satu pemain tembakau terbesar serta 
perusahaan paling kompetitif di negara kita .
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa 
akuisisi yang dilakukan oleh Phillip Morris terhadap PT. Hanjaya Mandala 
Sampoerna memang membawa dampak positif terhadap kinerja keuangan 
organisasi, secara khusus yang dikaji secara mendalam dalam masalah ini 
yaitu  kinerja profi tabilitas.

Anheuser – Busch yaitu  perusahaan pembuat bir terkemuka dan 
menjadi leader dalam industri pembuatan bir yang berpusat di St. Louis, 
Amerika. Anheuser – Busch memegang pangsa pasar sebesar 48% dari 
penjualan bir di Amerika. Anheuser-Busch menghasilkan berbagai macam 
merk bir, ketiga di antaranya yaitu Budweiser, Stella Artois dan Beck’s. Selain 
itu, perusahaan ini memiliki 50% saham dari salah satu anak perusahaan 
dari Grupo Modelo, perusahaan bir terkemuka dari Mexico dan pemilik 
merk bir Corona. 
Anheuser – Busch memiliki 12 pabrik yang tersebar di seluruh 
Amerika, sebagian besar yaitu  produsen utama dari kaleng 
aluminium dan pendaur ulang dari kaleng aluminium serta pabrik yang 
khusus untuk memproduksi bir. Selain itu Anheuser – Busch juga memiliki 
15 pabrik di China, 1 pabrik di UK dan 1 pabrik di India. Anheuser – Busch 
memiliki kewajiban yang berfokus pada tiga hal utama: mempromosikan 
tanggung jawab penggunaan alkohol kepada peminum bir, melestarikan 
dan melindungi lingkungan serta mendukung komunitas lokal.
Meskipun Anheuser-Busch yaitu  perusahaan bir, mereka 
tidak melupakan tugas untuk menjalankan corporate social responsibility. 
Mereka memfokuskan pada 3 area kunci yaitu: mempromosikan alcohol 
responsibility, melindungi lingkungan dan mendukung komunitas lokal. Hal 
ini dibuktikan dengan:
1. Bersama dengan wholesalers, perusahaan telah melakukan kampanye 
berupa iklan masyarakat sebesar USD 930 juta untuk minum bir secara 
bertanggungjawab dan mencegah anak di bawah umur untuk minum 
bir.
2. Perusahaan telah mengurangi penggunaan air dalam operasional pabrik 
sebanyak 37% dalam empat tahun terakhir (sebelum di takeover oleh 
InBev) dan menjadi leader dalam daur ulang aluminium.3. Dari tahun 1997, Anheuser – Busch telah berinvestasi melalui organisasi 
amal sebesar USD 490 juta kepada komunitas lokal. Perusahaan juga 
menyediakan 71 juta air minum kepada masyarakat yang terkena 
bencana alam sejak tahun 1988
Fokus perusahaan yang memperhatikan keseimbangan dengan lingkungan 
itulah yang membuat perusahaan ini menjadi perusahaan yang maju. 
 Mengenai InBEV
InBev yaitu  pembuat bir internasional yang didirikan pada tahun 2004 
dan yaitu  bentuk merger dari Brazillian Companhia de Bebidas das 
Américas (AmBev) atau biasa disebut Brazil – based AmBev dan Belgium’s 
Interbrew. Sejarah Interbrew berawal dari abad ke-14 dimana Den Hoorn 
Brewery dibentuk di Leuven. Pada tahun 1717, Den Hoorn Brewery diakusisi 
oleh Sebastiaan Artois yang mengganti nama perusahaan ini  menjadi 
Artois. Lalu di tahun 1987, Artois melakukan merger dengan perusahaan bir 
asal Belgia, Piedboeuf, dan berubah nama menjadi Interbrew. Perusahaan 
baru ini terus melakukan akusisi perusahaan bir lainnya di abad 18 termasuk 
mengakusisi perusahaan bir Kanada Labatt di tahun 1995 dan menjadi 
perusahaan bir terbesar ketiga di dunia pada awal abad ke 21.
sedang AmBev, perusahaan bir yang berpusat di São Paulo, Brazil, 
lahir di tahun 2000 melalui merger antara Companhia Cervejaria Brahma 
dan Companhia Antarctica Paulista Indústria Brasileria de Bebidas e 
Conexos. Kedua perusahaan ini yaitu  perusahaan dengan fokus pasar 
di Amerika Latin. AmBev sendiri menghasilkan produk-produk populer 
seperti Skol, Brahma, dan Antarctica. 
Pada tahun 2004, Interbrew dan AmBev melakukan merger menjadi 
InBev. Merger ini menjadikan perusahaan bir terbesar di dunia. Perusahaan 
baru ini memproduksi lebih dari 200 merek bir. Di antaranya yaitu  Stella 
Artois, Bass, Hoegaarden, dan Jupiler. 
 Latar Belakang Akusisi
Pada tahun 2008, Amerika dikejutkan dengan penawaran fantastis yang 
dilakukan oleh InBev terhadap Anheuser – Busch senilai 46.3 juta dollar. 
Sebelumnya, Anheuser – Busch telah menjelma sebagai ikon bir Amerika 
tiba-tiba mendapatkan tawaran yang tidak pernah disangka dari sebuah perusahaan bir yang tidak pernah didengar namanya di Amerika. Merk bir 
dari Anheuser – Busch yaitu Budweiser yaitu  salah satu alasan yang 
memicu Amerika mencintai bir lewat iklan-iklannya yang luar biasa. 
Bahkan pada tahun 2010, Budweiser menduduki peringkat ke 16 sebagai 
brand yang memiliki nilai jual tertinggi menurut BrandFinance. Pencapaian 
luar biasa ini akhirnya membuat InBev berani memberikan penawaran 
pertama sebesar 46,3 juta dollar. Merk yang kuat ini  menjadikan 
Anheusser – Busch sebagai penguasa pasar bir di Amerika Utara.
 Hambatan dalam Proses Merger
Anheuser – Busch yaitu  perusahaan yang sangat besar dan menjadi 
ikon Amerika. Jika Anheuser – Busch diambil alih, hal itu sama dengan 
mengambil identitas Amerika itu sendiri. Banyak politisi seperti Matthew 
R. Blunt, (gubernur Missouri dari Partai Republik), Senator Claire McCaskill 
dari Missouri, dan Senator Barack Obama dari Illinois, menyatakan 
dukungannya agar AB tetap independen. Selain itu, Anheuser – Busch 
juga menyerap banyak pekerja. Akusisi terhadap AB ditakutkan akan 
memicu 6000 pegawai AB di-PHK.
Di sisi lain, CEO Anheuser – Busch saat itu, August IV tidak dapat 
melepaskan pengaruh ayahnya yang mendominasi perusahaan ini . 
Bagi ayahnya, pilihan untuk melakukan merger dengan perusahaan lain 
yaitu  sebuah langkah yang menghancurkan perusahaan.
 Kinerja Perusahaan Sebelum Akusisi
Harga saham Anheuser-Busch dalam lima tahun sebelum InBev 
mengumumkan keinginannya untuk membeli AB cenderung stagnan. Hal 
ini disebabkan sebab  masyarakat mulai beralih dari minuman bir ke wine 
dan jenis-jenis minuman keras lainnya yang berbeda dengan bir mainstream 
yang dibawa oleh AB. Hal ini menunjukkan bahwa produk AB mulai 
mengalami tahap  declining jika tidak ada inovasi yang dilakukan.
Selain itu, perusahaan pesaing juga mulai mengambil langkah agresif 
dengan melakukan merger dengan perusahaan bir lainnya. Hal ini semakin 
diperparah dengan terjadinya joint venture antara SAB Miller dan Molson 
Coors yang yaitu  perusahaan terbesar kedua dan ketiga sesudah AB. 
Joint venture ini memicu posisi AB menjadi tidak aman. Faktor lainnya yaitu  efi siensi biaya. Kebijakan alokasi tanpa batas 
terhadap advertising menghambat keuntungan yang diperoleh. Hal ini 
ditunjukkan dalam kebijakan cost-cutting plans yang diajukan oleh CEO.
 Proses Merger
Proses akusisi ini diawali dengan penawaran yang diberikan (tender offer) 
oleh InBev terhadap Anheuser-Busch pada tahun 2008 dengan nilai tawaran 
US$46 miliar tersebur beserta detail dari pembiayaan yang akan dilakukan 
untuk mendanai akusisi ini . Namun tawaran ini  ditolak oleh board 
of directors sebab  tawaran ini  dinilai terlalu kecil untuk perusahaan 
sebesar AB. Selain itu, perusahaan ini  yaitu  perusahaan keluarga 
yang sudah diwariskan turun menurun. 
Penolakan akan tawaran ini  tidaklah menyurutkan semangat 
InBev untuk mengakusisi AB namun sebaliknya InBev justru semakin gencar 
dengan melakukan hostile takeover. InBev lalu memberikan penawaran yang 
mencerminkan 30% premium dari harga saham AB. Namun, penawaran 
ini  dimentahkan dengan keputusan untuk melakukan reactive takeover 
defense dengan menggugat InBev pada tangal 8 Juli 2008 di pengadilan 
Missouri. AB menuduh InBev telah mengelabui investor AB dengan skema 
ilegal mengenai securities dari rencana pendanaan InBev untuk membeli AB. 
Pada tanggal 9 Juli 2008, AB mendesak pemegang sahamnya melalui surat 
dan press release untuk tidak memberikan persetujuan atas penawaran 
dari InBev. AB mengungkapkan bahwa InBev telah berbohong mengenai 
komitmen fi nansial yang sudah dilakukan.
Hanya saja, tekanan dari pihak board of directors akhirnya memaksa 
CEO saat itu, August IV untuk menyetujui penawaran dari InBev. Pada 
tanggal 14 Juli 2008, InBev setuju untuk mengakusisi AB dengan harga $49.9 
juta atau $70 per lembar saham. InBev juga setuju untuk memberikan dua 
kursi dewan kepada petinggi AB. 
 Kinerja Perusahaan Sesudah Akusisi
Menurut annual report perusahaan tahun 2009, Anheuser-Busch InBev 
mengalami kenaikan margin EBITDA dari 30,8% di tahun 2008 menjadi 
35,5%, EBITDA meningkat sebesar 16,6%, pendapatan meningkat sebesar 2,5%, dan pendapatan per hectoliter meningkat sebesar 4,5%. Cost of sales
menurun sebesar 3,4% secara keseluruhan dan operating expense turun 
sebesar 2,5%. Peningkatan kinerja ini disebabkan sebab  rencana efi siensi 
yang direncanakan oleh Anheuser-Busch sebelum diakusisi akhirnya 
dilaksanakan. Perusahaan juga melakukan sedikit perombakan pada 
internal perusahaan, antara lain pengurangan working capital sebesar USD 
787 juta, pengurangan capital expenditure hingga lebih dari USD 1 miliar dan 
mencapai effective tax rate sebesar 25%. Bulan September 2009, perusahaan 
secara resmi terdaftar dalam bursa saham Amerika dan Eropa dengan 
kode “BUD” pada NYSE dan “ABI” pada Euronext. Langkah ini  
yaitu  pijakan awal Budweiser berkembang menjadi perusahaan bir 
yang mendunia.
Pada tahun 2010, Budweiser mengajukan diri sebagai salah satu sponsor 
Piala Dunia 2010. Perusahaan juga mulai menciptakan dan mengembangkan 
merek bir Budweiser sebagai merek bir dunia: merencanakan strategi, 
meluncurkan Budweiser yang yaitu  “bir Amerika” di Rusia, dan 
meningkatkan volume penjualan serta market share Budweiser di zona-zona 
AB InBev. Langkah – langkah ini menghasilkan buah yang manis dimana 
Budweiser menjadi salah satu merk dengan nilai jual tertinggi ke-11 versi 
Brand Finance.
 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Akusisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan InBev dalam 
mengakusisi Anheuser-Busch:
1. Kondisi perusahaan Anheuser-Busch cenderung stagnan. Penawaran 
InBev yang besar menggairahkan harga saham Anheuser-Busch. Hal ini 
menunjukkan bahwa investor melihat ada peluang yang baik jika kedua 
perusahaan ini  bergabung menjadi satu perusahaan.
2. Pesaing dari Anheuser-Busch yaitu SAB Miller telah melakukan akusisi 
terhadap perusahaan bir lainnya dan mulai mengancam posisi AB 
sebagai perusahaan penghasil bir terbesar di Amerika
3. Cross cutting plan yang diajukan oleh CEO AB yaitu August IV dilihat 
kurang menarik oleh para pemegang saham dibandingkan  tawaran InBev 
yang besar.4. InBev mampu memberikan kompensasi yang dapat diterima oleh 
pihak AB saat  AB diakusisi yaitu mempertahankan merk AB dan 
memberikan 2 kursi dewan terhadap petinggi AB.

Perusahaan dengan sejarah yang kuat seperti Anheuser-Busch mampu 
diakusisi oleh perusahaan seperti In-Bev. Hal ini menarik sebab  meskipun 
di awal terjadi resistensi dari pihak AB, namun tawaran yang besar akhirnya 
meluluhkan pihak stockholder untuk menyetujui penawaran ini . 
Meskipun akusisi ini yaitu  salah satu bentuk hostile takeover, pihak 
manajemen dan pihak pemegang saham tidak memiliki pendapat yang 
sama sehingga tujuan hostile takeover tercapai. Walaupun begitu, dampak 
yang diperoleh dari hostile takeover terhadap kedua perusahaan positif yang 
dibuktikan dari membaiknya kinerja fi nansial perusahaan ini . 
Melalui transaksi akusisi ini, kita dapat belajar bahwa untuk 
memperoleh tujuan yang diinginkan, ada banyak pihak yang harus 
diperhatikan. Bukan hanya pihak manajemen namun juga stakeholder yang 
terkait. Termasuk juga dalam masalah ini yaitu  karyawan yang terancam diPHK oleh AB. Melihat permasalahan ini , InBev memutuskan untuk 
tidak menutup pabrik atau cabang AB di Amerika dan membiarkan mereka 
berdiri sendiri membuat pihak – pihak yang awalnya memberikan resistensi 
akhirnya mau membuka peluang tawaran ini .

Jaguar yaitu  salah satu produsen mobil mewah dalam industri otomotif yang berasal dari Inggris. Jaguar didirikan oleh Sir William Lyons sebagai 
bagian dari Swallow Sidecar Company, yang menegaskan visinya bahwa 
setiap mobil yang diproduksi oleh perusahaannya akan menggabungkan 
keunggulan kinerja dan keindahan. Asal-usul Jaguar dimulai dengan memproduksi sepeda motor sidecars pada tahun 1922. Swallow sidecar Company 
lalu mulai memproduksi mobil dan berpindah ke Whitley, Coventry, 
Inggris. Swallow Sidecar (SS) berganti nama menjadi Jaguar sesudah Perang 
Dunia Kedua. Jaguar lalu menghasilkan saloons premium dan mobil 
sport, termasuk XK120 yang legendaris.Sejak didirikan di tahun 1920-an, Jaguar erat dikaitkan dengan 
kinerjanya yang tinggi, hal ini terbukti dalam kejuaraan di Le Mans (7 kali), 
Monte Carlo Rally (2 kali), dan lainnya. Kemewahan dan kinerja yaitu  
ciri khas dari produk yang dihasilkan oleh Jaguar. Jaguar telah mencapai 
status “brand as personality” berdasarkan klasifi kasi Goodyear di Amerika 
Serikat sejak diakuisisi oleh Ford pada tahun 1989. Menurut Stones (2004), 
seperti yang dikutip oleh Å trach dan Everett (2006), merek dagang dari 
Jaguar secara pribadi telah diidentifi kasi untuk kelompok pengemudi tua 
kelas atas. Jaguar sekarang yaitu  salah satu merek dari Jaguar Land 
Rover, sesudah diakuisisi oleh Tata Motors pada tahun 2008.
 Kondisi Jaguar: Sebelum dan Sesudah Diakuisisi Ford
Sebelum diakuisisi oleh Ford di tahun 1989, Jaguar diambil alih oleh British 
Leyland dan mengalami restrukturisasi besar-besaran. Pada saat itu, Jaguar 
mengalami berbagai macam keadaan diantaranya yaitu  penghentikan 
produksi Jaguar Tipe-E yang paling terkenal, pameran mobil-mobil Jaguar 
di auto show, dan pemogokan kerja yang berat dan pajang di tahun 1980. 
sesudah memisahkan diri dari Leyland, keuntungan penjualan Jaguar 
mencapai 49,500 unit (tahun 1988, setahun sebelum diakuisisi oleh Ford) 
dengan tenaga kerja berjumlah 12,000 orang.
Menurut Feast (1998), masalah utama yang tersebar secara luas yaitu  
kualitas yang tidak terjamin dan praktek kerja yang ketinggalan zaman. Isu 
tentang kualitas produk Jaguar diketahui oleh masyarakat luas sehingga 
Jaguar mengalami kesulitan dalam penjualan. Oleh sebab  itu, Jaguar 
mempertimbangkan kerja sama dengan produsen mobil yang lebih besar. 
General Motors mengadakan kerja sama dengan Jaguar di bidang produksi 
dan pemasaran dengan mengakuisisi sebagian kecil saham dari Jaguar. 
Pada saat itu, Ford dikenal sebagai label second-hand sport car. Di tahun 1970, 
Ford mengambil alih Ghia yang yaitu  sebuah studio desain terkenal 
di Torino, Italy dan menurunkan level merek dagang ini  semata-mata 
untuk kepentingan top lines dari Ford. Selain itu,