Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ada perbedaan pengambilan keputusan bisnis
antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.
Keputusan bisnis yang dimaksud meliputi: keputusan keuangan yang diproksikan dengan kebijakan
hutang (struktur modal), keputusan operasional yang diproksikan dengan kinerja perusahaan, dan
keputusan bisnis secara keseluruhan yang diproksikan dengan nilai perusahaan.Penelitiaan dilakukan
atas 137 dari 336 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sampai dengan tahun 2005.
Penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan kebijakan hutang dan nilai perusahaan antara
perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Sedangkan
kinerja antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan
manajerial tidak ada perbedaan.
Hubungan manajer dengan pemegang saham
di dalam agency theory digambarkan sebagai
hubungan antara agent dan principal (Schroeder et
al. 2001). Manajer sebagai agent dan pemegang
saham sebagai principal. Manajer harus me-
ngambil keputusan bisnis terbaik untuk mening-
katkan kekayaan pemegang saham. Keputusan
bisnis yang diambil manajer yaitu mamaksimal-
kan sumber daya (utilitas) perusahaan. Namun
demikian pemegang saham tidak dapat mengawasi
semua keputusan dan aktivitas yang dilakukan
oleh manajer. Suatu ancaman bagi pemegang
saham jika manajer akan bertindak untuk kepen-
tingannya sendiri, bukan untuk kepentingan peme-
gang saham. Inilah yang menjadi masalah dasar
dalam agency theory yaitu adanya konflik
kepentingan.
Pemegang saham dan manajer masing-masing
berkepentingan memaksimalkan tujuannya. Kon-
flik kepentingan terjadi jika keputusan manajer
hanya akan memaksimalkan kepentingannya dan
tidak sejalan dengan kepentingan pemegang
saham. Perilaku manajer dalam situasi konflik
kepentingan inilah yang menarik untuk diteliti.
Keputusan dan aktivitas manajer yang memiliki
saham perusahaan tentu akan berbeda dengan
manajer yang murni sebagai manajer. Manajer
yang memiliki saham perusahaan berarti manajer
ini sekaigus yaitu pemegang saham. Mana-
jer yang memiliki saham perusahaan tentunya
akan menselaraskan kepentingannnya dengan
kepentingannya sebagai pemegang saham. Semen-
tar manajer yang tidak memiliki saham perusa-
haan, ada kemungkinan hanya mementingkan
kepentingannya sendiri. Kepemilikan saham peru-
sahaan oleh manajer disebut dengan kepemilikan
manajerial.
Penelitian mengenai hubungan kepemilikan
manajerial dengan keputusan bisnis manajer telah
banyak dilakukan oleh peneliti. Namun para
peneliti menemukan hasil yang berbeda. Misalnya,
penelitian tentang hubungan antara kepemilikan
manajerial dengan debt rasio (debt ratio meng-
gambarkan hasil keputusan pendanaan manajer)
menunjukkan hasil yang berbeda diantara bebe-
rapa peneliti. Beberapa peneliti menemukan
hubungan positif antara kepemilikan manajerial
dengan debt ratio perusahaan.. Sementara peneliti lain menemukan bahwa
kepemilikan saham oleh manajer mempunyai pe-
ngaruh yang signifikan dan berhubungan negative
dengan debt ratio
Selain itu, penelitian yang mengkaitkan kepe-
milikan manajerial dengan nilai perusahaan (nilai
perusahaan merupakan hasil keputusan operasio-
nal manajer), juga menunjukkan hasil yang ber-
beda diantara peneliti.
menemukan hubungan yang signifikan dan positif
antara kepemilikan menajerial dengan nilai peru-
sahaan. Sementara peneliti lain menemukan
hubungan yang lemah antara kepemilikan mena-
jerial dengan nilai perusahaan . Berdasarkan pemikiran bahwa manajer
yang sekaligus pemegang saham akan melakukan
dan mengambil keputusan bisnis yang berbeda
dengan manajer yang bukan sekaligus pemegang
saham serta adanya hasil penelitian yang berbeda
diantara peneliti tentang hubungan kepemilikan
manajerial dengan keputusan bisnis, maka mena-
rik untuk diteliti apakah memang benar ada
perbedaan dalam pengambilan keputusan bisnis
antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial
dengan perusahaan yang dikelola oleh manajer
manajer yang bukan sekaligus pemegang saham.
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan di atas, maka penelitian ini ber-
tujuan untuk mengetahui apakah ada per-
bedaan pengambilan keputusan bisnis antara pe-
rusahaan dengan kepemilikan manajerial dengan
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Untuk
lebih memfokuskan arah penelitian ini maka
keputusan bisnis yang diambil oleh manajer diba-
tasi pada: keputusan keuangan yang diproksikan
dengan kebijakan hutang (struktur modal), ke-
putusan operasional yang diproksikan dengan
kinerja perusahaan, keputusan bisnis secara kese-
luruhan yang diproksikan dengan nilai perusaha-
an. Selain itu, penelitian ini juga akan memberikan
dasar empiris yang kuat untuk penelitian tentang
hubungan kepemilikan manajerial dengan ke-
putusan bisnis manajer. Sangat tidak logis jika
kerangka pemikiran adanya hubungan antara
kepemilikan manajerial dengan keputusan bisnis
manajer dibangun jika ternyata tidak ada per-
bedaan yang signifikan antara perusahaan dengan
kepemilikan dengan perusahaan tanpa kepemi-
likan manajerial.
KEPEMILIKAN MANAJERIAL
Kepemilikan manajerial yaitu situasi dimana
manajer memiliki saham perusahaan atau dengan
kata lain manajer ini sekaligus sebagai peme-
gang saham perusahaan. Dalam laporan ke-
uangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya
persentase kepemilikan saham perusahaan oleh
manajer. Karena hal ini merupakan informasi
pentingbagi pengguna laporan keuangan maka
informasi ini akan diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan. Adanya kepemilikan
manajerial menjadi hal yang menarik jika dikait-
kan dengan agency theory. Dalam kerangka agency
theory, hubungan antara manajer dan pemegang
saham digambarkan sebagai hubungan antara
agent dan principal (Schroeder et al. 2001). Agent
diberi mandat oleh principal untuk menjalankan
bisnis demi kepentingan principal. Manajer seba-
gai agent dan pemegang saham sebagai principal.
Keputusan bisnis yang diambil manajer yaitu
keputusan untuk mamaksimalkan sumber daya
(utilitas) perusahaan. Suatu ancaman bagi peme-
gang saham jikalau manajer bertindak untuk
kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan
pemegang saham. Dalam konteks ini masing-
masing pihak memiliki kepentingan sendiri-sen-
diri. Inilah yang menjadi masalah dasar dalam
agency theory yaitu adanya konflik kepentingan.
Pemegang saham dan manajer masing-masing
berkepentingan untuk mamaksimalkan tujuannya.
Masing-masing pihak memiliki risiko terkait
dengan fungsinya, manajer memiliki resiko untuk
tidak ditunjuk lagi sebagai manajer jika gagal
menjalankan fungsinya, sementara pemegang
saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika
salah memilih manajer. Kondisi ini merupakan
konsekuensi adanya pemisahan fungsi pengelolaan
dengan fungsi kepemilikan.
Situasi ini di atas tentunya akan berbeda,
jika kondisinya manajer juga sekaligus sebagai
pemegang saham atau pemegang saham juga
sekaligus manajer atau disebut juga kondisi peru-
sahaan dengan kepemilikan manajerial. Keputus-
an dan aktivitas di perusahaan dengan kepemi-
likan manajerial tentu akan berbeda dengan
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Dalam
perusahaan dengan kepemilikan manajerial, ma-
najer yang sekaligus pemegang saham tentunya
akan menselaraskan kepentingannya dengan
kepentingannya sebagai pemegang saham. Semen-
tara dalam perusahaan tanpa kepemilikan mana-
jerial, manajer yang bukan pemegang saham
Christiawan: Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajerial menunjukkan adanya
peran ganda seorang manajer, yakni manajer
bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai
seorang manajer sekaligus pemegang saham, ia
tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan
keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesulitan
keuangan atau kebangkrutan usaha akan merugi-
kan ia baik sebagai manajer atau sebagai peme-
gang saham. Sebagai manajer akan kehilangan
insentif dan sebagai pemegang saham akan
kehilangan return bahkan dana yang diinves-
tasikannya. Cara untuk menurunkan resiko ini
yaitu dengan menurunkan tingkat debt yang
dimiliki perusahaan ,Debt yang tinggi akan meningkat-
kan resiko kebangkrutan perusahaan, karena
perusahan akan mengalami financial distress.
Karena itulah maka manajer akan berusaha
menekan jumlah debt serendah mungkin. Tin-
dakan ini di sisi lain tidak menguntungkan karena
perusahaan hanya mengandalkan dana dari
pemegang saham. Perusahaan tidak bisa ber-
kembang dengan cepat, dibandingkan jika perusa-
haan juga menggunakan dana dari kreditor.
Penelitian tentang hubungan antara kepemi-
likan manajerial dengan debt ratio (debt ratio
menggambarkan hasil keputusan pendanaan
manajer) menunjukkan hasil yang berbeda dian-
tara beberapa peneliti. Beberapa peneliti menemu-
kan hubungan positif antara kepemilikan mana-
jerial dengan debt ratio perusahaan. Sementara peneliti
lain menemukan bahwa kepemilikan manajerial
mempunyai pengaruh dan berhubungan negative
dengan debt ratio
Dari penjelasan dan beberapa penelitian empi-
ris di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
hutang perusahaan tanpa kepemilikan manajerial
akan berbeda dengan perusahaan dengan kepe-
milikan manajerial.
Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Perusa-
haan
Kinerja perusahaan yaitu hasil kegiatan
operasional perusahaan. Kegiatan operasional di
dalam laporan keuangan ditunjukkan oleh pen-
capaian laba bersih. Laba merupakan selisih
antara revenue dengan expenses. Sehingga manajer
dalam mengelola perusahaan akan berusaha
memaksimalkan revenue dan menekan expenses.
Kegiatan memaksimalkan revenue disebut juga
peningkatan profitabilitas, sedangkan menekan
expenses disebut juga peningkatan efisiensi. Kinerja
perusahaan akan lebih baik jika saham perusa-
haan dimiliki oleh manajer. Manajer merasa lebih
memiliki perusahaan. Manajer tidak lagi sebagai
tenaga professional yang digaji tetapi juga sebagai
pemilik perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik
akan berdampak pada deviden yang akan diterima
pemegang saham, karena deviden selalu didasar-
kan pada laba bersih tahun berjalan dan laba
bersih yaitu ukuran kinerja perusahaan. Manajer
yang memiliki saham perusahaan akan menikmati
pembagian dividen ini.
Penelitian Mudambi menunjukkan bahwa
kepemilikan saham oleh manajer mempengaruhi
kinerja perusahaan. Bahkan penelitian ini berhasil
membuktikan arah hubungannya yaitu tidak
selalu sama (non-monotonic). Arah hubungan akan
berbeda untuk setiap rentang persentase kepemi-
likan . Sedangkan penelitian
Kumar dan Coles menunjukkan ada hubung-
an antara kepemilikan manajerial dan kinerja
perusahaan ,
Dari penjelasan dan beberapa penelitian
empiris di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial akan
berbeda dengan perusahaan dengan kepemilikan
manajerial.
Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusa-
haan
Beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai
suatu perusahaan yaitu : nilai nominal, nilai
pasar, nilai intrinsik, nilai buku dan nilai likuidasi.
Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara
formal dalam anggaran dasar perseroan, disebut-
kan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan
juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai
pasar, sering disebut kurs yaitu harga yang
terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham.
Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham
perusahaan dijual di pasar saham. Nilai intrinsik
merupakan konsep yang paling abstrak, karena
mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusa-
haan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai
intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan
aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas
bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan
keuntungan di kemudian hari. Sedangkan nilai
buku yaitu nilai perusahaan yang dihitung
dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana
dihitung dengan membagi selisih antara total
aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang
beredar. Nilai likuidasi itu yaitu nilai jual seluruh
aset perusahaan setelah dikurangi semua kewa-
jiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupa-
kan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi
bisa dihitung dengan cara yang sama dengan
menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca
performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan
akan likuidasi. Jika mekanisme pasar berfungsi
dengan baik, maka harga saham tidak mungkin
berada di bawah nilai likuidasi. Karena nilai
likuidasi ini hanya dihitung bila perusahaan akan
dilikuidasi maka investor bisa menggunakan nilai
buku sebagai pengganti untuk tujuan yang sama
yaitu memperkirakan batas bawah harga saham.
Sehingga nilai buku dapat digunakan sebagai
batas aman mengukur nilai perusahaan untuk
keperluan investasi. Namun demikian ada bebe-
rapa catatan yang harus diperhatikan dalam
memahami konsep nilai buku ini. Pertama,
sebagian besar aset dinilai dalam nilai historis.
Karena itu pada beberapa aset nilai jualnya bisa
jadi jauh lebih tinggi dari nilai bukunya. Kedua, di
dalam aset kadang ada aktiva tak berwujud,
yang dalam likuidasi sering tidak memiliki nilai
jual. Ketiga, nilai buku sangat dipengaruhi oleh
metode dan estimasi akuntansi seperti metode
penyusutan aktiva tetap, metode penilaian per-
sediaan, dan lain-lain. Keempat, ada kemungkinan
timbul kewajiban-kewajiban yang tidak tercatat
dalam laporan keuangan karena belum diatur
pelaporannya oleh standar akuntansi keuangan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disim-
pulkan bahwa konsep yang paling representatif
untuk menentukan nilai perusahaan yaitu pen-
dekatan konsep nilai intrinsik. Tetapi memperkira-
kan nilai intrinsik sangat sulit, sebab untuk
menentukannya orang membutuhkan kemampuan
mengidentifikasi variabel-variabel signifikan yang
menentukan keuntungan suatu perusahaan.
Variabel itu berbeda dari satu perusahaan ke
perusahaan yang lain. Selain itu, penentuan nilai
intrinsik juga memerlukan kemampuan mempre-
diksi arah kecenderungan yang akan terjadi di
kemudian hari. Karena itulah, maka nilai pasar
digunakan dengan alasan kemudahan data juga
didasarkan pada penilaian yang moderat.
Manajer yang sekaligus pemegang saham
akan meningkatkan nilai perusahaan, karena
dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai
kekayaannya sebagai individu pemegang saham
akan ikut meningkat pula. Penelitian yang meng-
kaitkan kepemilikan manajerial dengan nilai
perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda
diantara peneliti. Soliha dan Taswan menemukan
hubungan yang signifikan dan positif antara
kepemilikan menajerial dan nilai perusahaan
Sementara peneliti lain
menemukan hubungan yang lemah antara kepe-
milikan menajerial dan nilai perusahaan .
Dari penjelasan dan beberapa penelitian empi-
ris di atas dapat disimpulkan bahwa nilai perusa-
haan dengan kepemilikan manajerial akan berbeda
dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.
Berdasarkan penjelasan ini di atas maka
penelitian ini didasarkan pada hipotesis bahwa
keputusan bisnis di perusahaan dengan kepemi-
likan manajerial akan berbeda dengan di perusa-
haan tanpa kepemilikan manajerial. Keputusan
bisnis yang diambil manajer akan terlihat dari
kebijakan hutang, kinerja perusahaan dan nilai
perusahaan. Sehingga dapat juga dihipotesiskan
bahwa kebijakan hutang, kinerja perusahaan dan
nilai perusahaan di perusahaan dengan kepemi-
likan manajerial akan berbeda dengan di peru-
sahaan tanpa kepemilikan manajerial.
Populasi penelitian ini yaitu semua perusa-
haan yang telah melakukan penawaran umum
perdana sebelum tahun 2003 di Bursa Efek
Jakarta. Sedangkan untuk periode pengamatan
yang dilakukan yaitu untuk jangka waktu 3
tahun yaitu meliputi laporan keuangan tahun 2003
sampai dengan 2005. Laporan keuangan yang
dijadikan data penelitian meliputi neraca, laporan
laba rugi dan catatan atas laporan keuangan yang
ada di Pojok Profesi Fakultas Ekonomi UK Petra.
Pemilihan sample dilakukan dengan purpo-
sive, yaitu dengan melihat kelengkapan data
laporan keuangan. Kelengkapan yang dimaksud
yaitu kelengkapan pengungkapan nama manaje-
men dan pemegang saham yang ada di dalam
catatan atas laporan keuangan. Catatan atas
laporan keuangan yang tidak secara lengkap
mengungkapkan hal ini, maka laporan keuangan
ini dikeluarkan dari sample penelitian. Selain
itu juga dilihat apakah prusahaan ini pada
tahun 2005 tidak delisting. Syarat ini diberlakukan
karena terkait dengan ketersediaan data harga
saham tahun 2005
Dari setiap perusahaan, informasi yang di-
ambil yaitu ada tidaknya kepemilikan manaje-
rial, harga pasar saham, jumlah saham beredar,
laba operasi, total aktiva dan total hutang selama 3
tahun yaitu tahun 2003-2005. Khusus untuk total
aktiva juga dilihat data tahun 2002, karena kinerja
perusahaan dilihat dari ROA, dimana total assets
yang dimaksud yaitu total assets rata-rata.
Berdasarkan penjelasan ini di atas maka,
metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode dokumentasi, yaitu
mendapatkan data dari dokumen berupa laporan
keuangan dan laporan harga saham yang diperoleh
Christiawan: Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan
Seperti telah diuraikan pada bagian sebelum-
nya, penelitian ini akan menguji apakah ada
perbedaan dalam pengambilan keputusan dan
aktivitas manajer antara perusahaan dengan kepe-
milikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemi-
likan manajerial. Dari hipothesis ini diketa-
hui variable yang diteliti yaitu status kepemilikan
manajerial dan keputusan bisnis.
Status kepemilikan manajerial yang dimaksud
yaitu ada tidaknya kepemilikan saham perusa-
haan oleh manajer perusahaan. Variabel ini
diukur dengan skala nominal, yaitu hanya dibeda-
kan anatara perusahaan dengan kepemilikan
manajerial atau tidak, dengan tidak melihat
berapa besar persentase kepemilikan manajerial-
nya di masing-masing perusahaan ini . Ada
tidaknya kepemilikan manajerial dilihat dari
catatan atas laporan keuangan, khususnya pe-
ngungkapan atas modal saham perusahaan dan
pengungkapan atas hubungan istimewa. Jumlah
persentase kepemilikan manajerial tidak diperhi-
tungkan dalam penelitian ini karena penelitian ini
hanya ingin melihat ada tidaknya perbedaan
diantara perusahaan dengan kepemilikan manaje-
rial dan yang tidak. Penelitian tidak diarahkan
kepada hubungan antara besarnya kepemilikan
manajerial dengan keputusan manajemen.
Keputusan dan aktivitas manajer dalam
penelitian meliputi: nilai perusahaan, kinerja peru-
sahaan dan keputusan pendanaan. Nilai perusa-
haan diukur dengan Nilai pasar ekuitas perusaha-
an dibagi dengan total assets. Nilai pasar ekuitas
dihitung dari harga pasar saham dikalikan dengan
jumlah saham beredar. Kinerja perusahaan dilihat
dari Return on assets (ROA) perusahaan yang diukur dengan membagi
net income dengan rata-rata total assets. Sedang-
kan keputusan pendanaan dilihat dari debt ratio
perusahaan, yang diukur dengan membagi long-
term debt dengan jumlah long-term debt dengan
equity.
Pengujian Hipothesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda
rata-rata dua sampel independen. Pengujian ini
sejalan dengan hipotesis penelitian yang bertujuan
untuk membuktikan apakah ada perbedaan
kebijakan hutang, kinerja dan nilai perusahaan
antara perusahaan dengan kepemilkan manajerial
dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, ter-
lebih dahulu dilakukan pemisahan data menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan dengan
kepemilikan manajerial (µ1) dan kelompok perusa-
haan tanpa kepemilikan manajerial (µ2). Pemisah-
an dilakukan dengan melihat ada tidaknya kepe-
milikan manajerial di setiap perusahaan yang
menjadi sample penelitian. Ada tidaknya kepemi-
likan manajerial dilihat dari ada tidaknya kepemi-
likan saham oleh manajer. Informasi ini diperoleh
dari catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya
dihitung nilai tiga variabel yang ingin diteliti yaitu,
kebijakan hutang, kinerja perusahaan dan nilai
perusahaan berdasarkan definisi variabel ini
di atas. Setelah itu, dilakukan pengujian ada
tidaknya perbedaan diantara variable nilai perusa-
haan, kinerja perusahaan dan debt ratio diantara
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial dan
perusahaan dengan kepemilikan manajerial .
Sehingga formulasi uji statistik penelitiani ini
yaitu :
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Pengujian hipotesis penelitian digunakan uji t
untuk dua sample independent (independent
sample t test). Dengan tingkat signifikansi (sig) 5%.
Keputusan untuk menerima Ho dilakukan jika
nilai “sig” > 0,05, dan sebaliknya Ho akan ditolak
jika “sig” < 0,05 ,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sampel penelitiaan secara keseluruhan ber-
jumlah 137 perusahaan dari 336 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta sampai dengan
tahun 2005. Jumlah sampel 137 perusahaan
didasarkan pada ketersediaan dan kelengkapan
data laporan keuangan 2002-2005 di Pojok Profesi
Fakultas Ekonomi dan perusahaan ini tidak
dalam kondisi delisting.
Langkah pertama penelitian yaitu mengiden-
tifikasi adanya kepemilikan manajerial. Dari 137
perusahaan yang menjadi sampel penelitian
menunjukkan 64 perusahaan dengan kepemilikan
manajerial dan 58 perusahaan tanpa kepemilikan
manajerial dari tahun 2002-2005. Sedangkan 15
perusahaan dalam kondisi kepemilikan manajerial
dan kemudian berubah tanpa kepemilikan mana-
jerial atau sebaliknya selama tahun 2002-2005.
Sehingga jumlah data yang diproses yaitu 213
data perusahaan dengan kepemilikan manajerial
dan 194 data perusahaan tanpa kepemilikan
manajerial. Hasil perhitungan variable nilai peru-
sahaan, kinerja perusahaan dan debt ratio peru-
sahaan tanpa kepemilikan manajerial dan perusa-
haan dengan kepemilikan manajerial yaitu
sebagai berikut:
Kebijakan hutang dihitung dari total hutang
jangka panjang dibagi dengan total hutang jangka
panjang ditambah dengan ekuitas. Semakin besar
jumlah rasio ini menunjukkan semakin besar
sumber dana perusahaan berasal dari hutang
jangka panjang. Bahkan jika besarnya lebih dari 1
maka perusahaan ini pastilah perusahaan yang
dalam kondisi defisit. Hasil statistik deskriptif
menunjukkan bahwa rata-rata variabel ini menun-
jukkan skor 56,87% untuk perusahaan dengan
kepemilikan manajerial dan 67,35% untuk perusa-
haan tanpa kepemilikan manajerial. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagaian besar sumber
dana perusahaan yang menjadi sampel penelitian
bersumber dari pihak kreditor. Perusahaan tanpa
kepemilikan manajerial lebih berani dalam meng-
ambil kebijakan hutang ini yaitu dengan 67%
sumber dana dari pihak kreditor.
Deskripsi Kinerja Perusahaan
Kinerja Perusahaan dihitung dari laba bersih
dibagi dengan rata-rata total assets. Rata-rata total
assets dihitung dari total assets awal tahun
ditambah total assets akhir tahun dibagi dua.
Semakin tinggi skor ini menunjukkan perusahaan
telah dikelola dengan tingkat pengembalian atas
assets yang tinggi. Skor ini menunjukkan berapa
persen jumlah laba dibanding dengan jumlah
assets. Hasil statistik deskriptif menunjukkan skor
3,05% untuk perusahaan dengan kepemilikan
manajerial dan 1,47% untuk perusahaan tanpa
kepemilikan manajerial. Hasil ini menunjukkan
bahwa rata-rata perusahaan tanpa kepemilikan
manajerial menghasilkan tingkat pengembalian
atas assets yang lebih rendah dibanding dengan
perusahaan dengan kepemilikan manajerial.
Deskripsi Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dihitung dari nilai pasar
perusahaan dibagi dengan total assets. Nilai pasar
dihitung dari harga pasar saham perusahaan per
31 Desember dikalikan dengan jumlah saham yang
beredar pada tanggal 31 Desember. Semakin tinggi
skor ini menunjukkan semakin tinggi nilai perusa-
haan berdasar harga pasar saham. Skor ini
menunjukkan berapa kali nilai pasar perusahaan
dibanding dengan nilai buku assets. Jika skor lebih
dari satu, menunjukkan bahwa nilai pasar
perusahaan melebihi nilai buku assets perusahaan.
Hasil statistik deskriptif menunjukkan skor 1,46
untuk perusahaan dengan kepemilikan manajerial
dan 1,07 untuk perusahaan tanpa kepemilikan
manajerial. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-
rata perusahaan tanpa kepemilikan manajerial
memiliki nilai yang lebih rendah dibanding dengan
perusahaan dengan kepemilikan manajerial.
Hasil statistik deskriptif ini di atas secara
lengkap dapat dilihat pada tabel 1.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk
dua sample independent (independent sample t
test). Dengan tingkat signifikansi (sig) 5%. Kepu-
tusan untuk menerima Ho dilakukan jika nilai
“sig” > 0,05, dan sebaliknya Ho akan ditolak jika
“sig” < 0,05 (Santoso 2001). Jika Ho diterima
berarti tidak ada perbedaan rata-rata kebi-
jakan hutang, kinerja perusahaan dan nilai
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial diban-
ding dengan perusahaan dengan kepemilikan
manajerial. Sedangkan Ho ditolak berarti ada
perbedaan rata-rata kebijakan hutang, kinerja
perusahaan dan nilai perusahaan tanpa kepemi-
likan manajerial dibanding dengan perusahaan
dengan kepemilikan manajerial. Pengujian dilaku-
kan dengan media SPSS 11.5
Berikut ini hasil output SPSS 11.5 untuk uji t
untuk dua sample independent:
Dari tabel. 2 ini di atas terlihat bahwa
skor Sig. (2-tail) untuk kebijakan hutang
(DEBT_RAT) yaitu 0,015, kinerja perusahaan
(ROA) yaitu 0,116 dan nilai perusahaan (VALUE)
Christiawan: Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan
yaitu 0,036. Hasil ini menunjukkan bahwa skor
Sig. (2-tail) untuk kebijakan hutang (DEBT_RAT)
dan nilai perusahaan (VALUE) yaitu dibawah
0,05 yang berarti Ho ditolak sedangkan kinerja
perusahaan (ROA) yaitu diatas 0,05 yang berarti
Ho diterima. Hal ini berarti bahwa ada
perbedaan kebijakan hutang dan nilai perusahaan
antara perusahaan tanpa kepemilikan manajerial
dibanding perusahaan dengan kepemilikan mana-
jerial. Sedangkan untuk kinerja perusahaan tidak
ada perbedaan antara perusahaan tanpa kepemi-
likan manajerial dibanding perusahaan dengan
kepemilikan manajerial.
Analisis dan Pembahasan
Hasil pengolahan data pada penelitian ini
membuktikan bahwa hipotesis ada perbedaan
kebijakan hutang antara perusahaan tanpa kepe-
milikan manajerial dibanding dengan perusahaan
dengan kepemilikan manajerial terbukti. Rata-rata
skor variabel kebijakan hutang, perusahaan
dengan kepemilikan manajerial dibanding dengan
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial mengu-
atkan bukti bahwa seorang manajer sekaligus
pemegang saham lebih berhati-hati dalam meng-
ambil kebijakan hutang. Manajer tidak ingin
perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau
bahkan kebangkrutan. Kesulitan keuangan atau
kebangkrutan usaha akan merugikan ia baik
sebagai manajer ataupun sebagai pemegang
saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Friend
and Lang yang dikutip oleh Brailsford, yang
menunjukkan bahwa cara untuk menurunkan
resiko ini yaitu dengan menurunkan tingkat debt
yang dimiliki perusahaan Debt
yang tinggi akan meningkatkan resiko kebang-
krutan perusahaan, karena perusahan akan
mengalami financial distress. Karena itulah maka
manajemen akan berusahaan menekan jumlah
debt serendah mungkin. Hasil penelitian ini
memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya ten-
tang hubungan antara kepemilikan manajerial
dengan debt rasio yaitu:
Hasil pengolahan data pada penelitian ini juga
membuktikan bahwa hipotesis ada perbedaan
kinerja perusahaan antara perusahaan tanpa
kepemilikan manajerial dibanding perusahaan
dengan kepemilikan manajerial tidak terbukti.
Rata-rata kinerja perusahaan tanpa kepemilikan
manajerial dibanding perusahaan dengan kepemi-
likan manajerial yaitu sama saja meskipun rata-
rata kinerja perusahaan yang dikelola manajer
sekaligus pemegang saham lebih baik. Rasa memi-
liki manajer atas perusahaan sebagai pemegang
saham tidak cukup mampu membuat perbedaan
dalam pencapaian kinerja dibanding dengan mana-
jer murni sebagai tenaga professional yang digaji
perusahaan. Faktor yang bisa diduga sebagai
penyebab kesimpulan ini yaitu kecilnya kepemi-
likan oleh manajer untuk perusahaan publik.
Faktor ini tentunya perlu penelitian lebih lanjut.
Hasil ini tidak mendukung penelitian yang menun-
jukkan bahwa kepemilikan saham oleh manaje-
men mempengaruhi kinerja perusahaan.
Hasil pengolahan data pada penelitian ini juga
membuktikan bahwa hipotesis ada perbedaan
nilai perusahaan antara perusahaan tanpa kepemi-
likan manajerial dibanding perusahaan dan kepe-
milikan manajerial terbukti. Nilai perusahaan
tanpa kepemilikan manajerial dibanding perusaha-
an dengan kepemilikan manajerial terbukti ber-
beda. Bahkan rata-rata nilai perusahaan dengan
kepemilikan manajerial lebih baik dibanding
dengan rata nilai perusahaan tanpa kepemilikan
manajerial. Manajer yang sekaligus pemegang
saham terbukti akan meningkatkan nilai perusa-
haan. Dengan meningkatnya nilai perusahaan
maka nilai kekayaannya sebagai individu peme-
gang saham akan ikut meningkat pula. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang menemukan hubungan
yang signifikan dan positif antara kepemilikan
menajerial dengan nilai perusahaan.
Penelitian ini membuktikan bahwa ada
perbedaan kebijakan hutang dan nilai perusahaan
antara perusahaan tanpa kepemilikan manajerial
dibanding perusahaan dengan kepemilikan mana-
jerial. Rata-rata skor variabel kebijakan hutang
perusahaan dengan kepemilikan manajerial diban-
ding perusahaan tanpa kepemilikan manajerial
menguatkan bukti bahwa seorang manajer seka-
ligus pemegang saham lebih berhati-hati dalam
mengambil kebijakan hutang. Nilai perusahaan
tanpa kepemilikan manajerial dibanding perusa-
haan dengan kepemilikan manajerial terbukti
berbeda, bahkan rata-rata nilai perusahaan
dengan kepemilikan manajerial lebih baik diban-
ding dengan rata-rata nilai perusahaan tanpa
kepemilikan manajerial.
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan kiner-
ja perusahaan antara perusahaan tanpa kepemi-
likan manajerial dibanding dengan perusahaan
dengan kepemilikan manajerial tidak terbukti.
Rata-rata kinerja perusahaan tanpa kepemilikan
manajerialdibanding dengan perusahaan dengan
kepemilikan manajerial yaitu sama saja mes-
kipun rata-rata kinerja perusahaan yang dikelola
manajer sekaligus pemegang saham lebih baik.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
referensi bagi penelitian lain terkait dengan kepe-
milikan manajerial. Penelitian ini mendukung dan
dapat dijadikan dasar bagi penelitian tentang
hubungan atau pengaruh antara kepemilikan
manajerial terhadap kebijakan hutang dan nilai
perusahaan. Selain itu bagi pengguna laporan
keuangan, khususnya investor dan kreditor, pene-
litian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk
melihat bahwa antara perusahaan yang dikelola
oleh manajer yang sekaligus pemilik dengan yang
tidak yaitu berbeda dalam hal kehati-hatian
keputusan pendanaan dan meningkatkan nilai
perusahaan. Sehingga hasil penelitian ini dapat
dijadikan dasar untuk memberikan opsi saham
bagi manajer.