Tampilkan postingan dengan label kebijakan hutang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kebijakan hutang. Tampilkan semua postingan

kebijakan hutang




  Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ada  perbedaan pengambilan keputusan bisnis 

antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. 

Keputusan bisnis yang dimaksud meliputi: keputusan keuangan yang diproksikan dengan kebijakan 

hutang (struktur modal), keputusan operasional yang diproksikan dengan kinerja perusahaan, dan  

keputusan bisnis secara keseluruhan yang diproksikan dengan nilai perusahaan.Penelitiaan dilakukan 

atas 137 dari 336 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sampai dengan tahun 2005. 

Penelitian ini membuktikan bahwa ada  perbedaan kebijakan hutang dan nilai perusahaan antara 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Sedangkan 

kinerja antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial tidak ada  perbedaan. 

Hubungan manajer dengan pemegang saham 

di dalam agency theory digambarkan sebagai 

hubungan antara agent dan principal (Schroeder et 

al. 2001). Manajer sebagai agent dan pemegang 

saham sebagai principal. Manajer harus me-

ngambil keputusan bisnis terbaik untuk mening-

katkan kekayaan pemegang saham. Keputusan 

bisnis yang diambil manajer yaitu  mamaksimal-

kan sumber daya (utilitas) perusahaan. Namun 

demikian pemegang saham tidak dapat mengawasi 

semua keputusan dan aktivitas yang dilakukan 

oleh manajer. Suatu ancaman bagi pemegang 

saham jika manajer akan bertindak untuk kepen-

tingannya sendiri, bukan untuk kepentingan peme-

gang saham. Inilah yang menjadi masalah dasar 

dalam agency theory yaitu adanya konflik 

kepentingan.  

Pemegang saham dan manajer masing-masing 

berkepentingan memaksimalkan tujuannya. Kon-

flik kepentingan terjadi jika keputusan manajer 

hanya akan memaksimalkan kepentingannya dan 

tidak sejalan dengan kepentingan pemegang 

saham. Perilaku manajer dalam situasi konflik 

kepentingan inilah yang menarik untuk diteliti. 

Keputusan  dan aktivitas manajer yang memiliki 

saham perusahaan tentu akan berbeda dengan 

manajer yang murni sebagai manajer. Manajer 

yang memiliki saham perusahaan berarti manajer 

ini  sekaigus yaitu  pemegang saham. Mana-

jer yang memiliki saham perusahaan tentunya 

akan menselaraskan kepentingannnya dengan 

kepentingannya sebagai pemegang saham. Semen-

tar manajer yang tidak memiliki saham perusa-

haan, ada kemungkinan hanya mementingkan 

kepentingannya sendiri. Kepemilikan saham peru-

sahaan oleh manajer disebut dengan kepemilikan 

manajerial. 

Penelitian mengenai hubungan kepemilikan 

manajerial dengan keputusan bisnis manajer telah 

banyak dilakukan oleh peneliti. Namun para 

peneliti menemukan hasil yang berbeda. Misalnya, 

penelitian tentang hubungan antara kepemilikan 

manajerial dengan debt rasio (debt ratio meng-

gambarkan hasil keputusan pendanaan manajer) 

menunjukkan hasil yang berbeda diantara bebe-

rapa peneliti. Beberapa peneliti menemukan 

hubungan positif antara kepemilikan manajerial 

dengan debt ratio perusahaan.. Sementara peneliti lain menemukan bahwa 

kepemilikan saham oleh manajer mempunyai pe-

ngaruh yang signifikan dan berhubungan negative 

dengan debt ratio 

Selain itu, penelitian yang mengkaitkan kepe-

milikan manajerial dengan nilai perusahaan (nilai 

perusahaan merupakan hasil keputusan operasio-

nal manajer), juga menunjukkan hasil yang ber-

beda diantara peneliti. 

menemukan hubungan yang signifikan dan positif 

antara kepemilikan menajerial dengan nilai peru-

sahaan. Sementara peneliti lain menemukan 

hubungan yang lemah antara kepemilikan mena-

jerial dengan nilai perusahaan . Berdasarkan pemikiran bahwa manajer 

yang sekaligus pemegang saham akan melakukan 

dan mengambil keputusan bisnis yang berbeda 

dengan manajer yang bukan sekaligus pemegang 

saham serta adanya hasil penelitian yang berbeda 

diantara peneliti tentang hubungan kepemilikan 

manajerial dengan keputusan bisnis, maka mena-

rik untuk diteliti apakah memang benar ada 

perbedaan dalam pengambilan keputusan bisnis 

antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial 

dengan perusahaan yang dikelola oleh manajer 

manajer yang bukan sekaligus pemegang saham. 

Berdasarkan latar belakang masalah yang 

telah diuraikan di atas, maka penelitian ini ber-

tujuan untuk mengetahui apakah ada  per-

bedaan pengambilan keputusan bisnis antara pe-

rusahaan dengan kepemilikan manajerial dengan 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Untuk 

lebih memfokuskan arah penelitian ini maka 

keputusan bisnis yang diambil oleh manajer diba-

tasi pada: keputusan keuangan yang diproksikan 

dengan kebijakan hutang (struktur modal), ke-

putusan operasional yang diproksikan dengan 

kinerja perusahaan, keputusan bisnis secara kese-

luruhan yang diproksikan dengan nilai perusaha-

an. Selain itu, penelitian ini juga akan memberikan 

dasar empiris yang kuat untuk penelitian tentang 

hubungan kepemilikan manajerial dengan ke-

putusan bisnis manajer. Sangat tidak logis jika 

kerangka pemikiran adanya hubungan antara 

kepemilikan manajerial dengan keputusan bisnis 

manajer dibangun jika ternyata tidak ada per-

bedaan yang signifikan antara perusahaan dengan 

kepemilikan dengan perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial. 

 

KEPEMILIKAN MANAJERIAL 

Kepemilikan manajerial yaitu  situasi dimana 

manajer memiliki saham perusahaan atau dengan 

kata lain manajer ini  sekaligus sebagai peme-

gang saham perusahaan. Dalam laporan ke-

uangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya 

persentase kepemilikan saham perusahaan oleh 

manajer. Karena hal ini merupakan informasi 

pentingbagi pengguna laporan keuangan maka 

informasi ini akan diungkapkan dalam catatan 

atas laporan keuangan. Adanya kepemilikan 

manajerial menjadi hal yang menarik jika dikait-

kan dengan agency theory. Dalam kerangka agency 

theory, hubungan antara manajer dan pemegang 

saham digambarkan sebagai hubungan antara 

agent dan principal (Schroeder et al. 2001). Agent 

diberi mandat oleh principal untuk menjalankan 

bisnis demi kepentingan principal. Manajer seba-

gai agent dan pemegang saham sebagai principal.  

Keputusan bisnis yang diambil manajer yaitu  

keputusan untuk mamaksimalkan sumber daya 

(utilitas) perusahaan. Suatu ancaman bagi peme-

gang saham jikalau manajer bertindak untuk 

kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan 

pemegang saham. Dalam konteks ini masing-

masing pihak memiliki kepentingan sendiri-sen-

diri. Inilah yang menjadi masalah dasar dalam 

agency theory yaitu adanya konflik kepentingan. 

Pemegang saham dan manajer masing-masing 

berkepentingan untuk mamaksimalkan tujuannya. 

Masing-masing pihak memiliki risiko terkait 

dengan fungsinya, manajer memiliki resiko untuk 

tidak ditunjuk lagi sebagai manajer jika gagal 

menjalankan fungsinya, sementara pemegang 

saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika 

salah memilih manajer. Kondisi ini merupakan 

konsekuensi adanya pemisahan fungsi pengelolaan 

dengan fungsi kepemilikan. 

Situasi ini  di atas tentunya akan berbeda, 

jika kondisinya manajer juga sekaligus sebagai 

pemegang saham atau pemegang saham juga 

sekaligus manajer atau disebut juga kondisi peru-

sahaan dengan kepemilikan manajerial. Keputus-

an dan aktivitas di perusahaan dengan kepemi-

likan manajerial tentu akan berbeda dengan 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Dalam 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial, ma-

najer yang sekaligus pemegang saham tentunya 

akan menselaraskan kepentingannya dengan 

kepentingannya sebagai pemegang saham. Semen-

tara dalam perusahaan tanpa kepemilikan mana-

jerial, manajer yang bukan pemegang saham 

Christiawan: Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan  

 


Kepemilikan manajerial menunjukkan adanya 

peran ganda seorang manajer, yakni manajer 

bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai 

seorang manajer sekaligus pemegang saham, ia 

tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan 

keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesulitan 

keuangan atau kebangkrutan usaha akan merugi-

kan ia baik sebagai manajer atau sebagai peme-

gang saham. Sebagai manajer akan kehilangan 

insentif dan sebagai pemegang saham akan 

kehilangan return bahkan dana yang diinves-

tasikannya. Cara untuk menurunkan resiko ini 

yaitu  dengan menurunkan tingkat debt yang 

dimiliki perusahaan ,Debt yang tinggi akan meningkat-

kan resiko kebangkrutan perusahaan, karena 

perusahan akan mengalami financial distress. 

Karena itulah maka manajer akan berusaha 

menekan jumlah debt serendah mungkin. Tin-

dakan ini di sisi lain tidak menguntungkan karena 

perusahaan hanya mengandalkan dana dari 

pemegang saham. Perusahaan tidak bisa ber-

kembang dengan cepat, dibandingkan jika perusa-

haan juga menggunakan dana dari kreditor. 

Penelitian tentang hubungan antara kepemi-

likan manajerial dengan debt ratio (debt ratio 

menggambarkan hasil keputusan pendanaan 

manajer) menunjukkan hasil yang berbeda dian-

tara beberapa peneliti. Beberapa peneliti menemu-

kan hubungan positif antara kepemilikan mana-

jerial dengan debt ratio perusahaan.  Sementara peneliti 

lain menemukan bahwa kepemilikan manajerial 

mempunyai pengaruh dan berhubungan negative 

dengan debt ratio 

Dari penjelasan dan beberapa penelitian empi-

ris di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan 

hutang perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

akan berbeda dengan perusahaan dengan kepe-

milikan manajerial. 

 

Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Perusa-

haan 

Kinerja perusahaan yaitu  hasil kegiatan 

operasional perusahaan. Kegiatan operasional di 

dalam laporan keuangan ditunjukkan oleh pen-

capaian laba bersih. Laba merupakan selisih 

antara revenue dengan expenses. Sehingga manajer 

dalam mengelola perusahaan akan berusaha 

memaksimalkan revenue dan menekan expenses. 

Kegiatan memaksimalkan revenue disebut juga 

peningkatan profitabilitas, sedangkan menekan 

expenses disebut juga peningkatan efisiensi. Kinerja 

perusahaan akan lebih baik jika saham perusa-

haan dimiliki oleh manajer. Manajer merasa lebih 

memiliki perusahaan. Manajer tidak lagi sebagai 

tenaga professional yang digaji tetapi juga sebagai 

pemilik perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik 

akan berdampak pada deviden yang akan diterima 

pemegang saham, karena deviden selalu didasar-

kan pada laba bersih tahun berjalan dan laba 

bersih yaitu  ukuran kinerja perusahaan. Manajer 

yang memiliki saham perusahaan akan menikmati 

pembagian dividen ini.  

Penelitian Mudambi menunjukkan bahwa 

kepemilikan saham oleh manajer mempengaruhi 

kinerja perusahaan. Bahkan penelitian ini berhasil 

membuktikan arah hubungannya yaitu tidak 

selalu sama (non-monotonic). Arah hubungan akan 

berbeda untuk setiap rentang persentase kepemi-

likan  . Sedangkan penelitian 

Kumar dan Coles menunjukkan ada  hubung-

an antara kepemilikan manajerial dan kinerja 

perusahaan ,

Dari penjelasan dan beberapa penelitian 

empiris di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial akan 

berbeda dengan perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial. 

 

Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusa-

haan 

Beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai 

suatu perusahaan yaitu : nilai nominal, nilai 

pasar, nilai intrinsik, nilai buku dan nilai likuidasi. 

Nilai nominal yaitu  nilai yang tercantum secara 

formal dalam anggaran dasar perseroan, disebut-

kan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan 

juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai 

pasar, sering disebut kurs yaitu  harga yang 

terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham. 

Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham 

perusahaan dijual di pasar saham. Nilai intrinsik 

merupakan konsep yang paling abstrak, karena 

mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusa-

haan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai 

intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan 

aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas 

bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan 

keuntungan di kemudian hari. Sedangkan nilai 

buku yaitu  nilai perusahaan yang dihitung 

dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana 

dihitung dengan membagi selisih antara total 

aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang 

beredar. Nilai likuidasi itu yaitu  nilai jual seluruh 

aset perusahaan setelah dikurangi semua kewa-

jiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupa-

kan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi 

bisa dihitung dengan cara yang sama dengan 

menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca 

performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan 

akan likuidasi. Jika mekanisme pasar berfungsi 

dengan baik, maka harga saham tidak mungkin 

berada di bawah nilai likuidasi. Karena nilai 

likuidasi ini hanya dihitung bila perusahaan akan 

dilikuidasi maka investor bisa menggunakan nilai 

buku sebagai pengganti untuk tujuan yang sama 

yaitu memperkirakan batas bawah harga saham. 

Sehingga nilai buku dapat digunakan sebagai 

batas aman mengukur nilai perusahaan untuk 

keperluan investasi. Namun demikian ada bebe-

rapa catatan yang harus diperhatikan dalam 

memahami konsep nilai buku ini. Pertama, 

sebagian besar aset dinilai dalam nilai historis. 

Karena itu pada beberapa aset nilai jualnya bisa 

jadi jauh lebih tinggi dari nilai bukunya. Kedua, di 

dalam aset kadang ada  aktiva tak berwujud, 

yang dalam likuidasi sering tidak memiliki nilai 

jual. Ketiga, nilai buku sangat dipengaruhi oleh 

metode dan estimasi akuntansi seperti metode 

penyusutan aktiva tetap, metode penilaian per-

sediaan, dan lain-lain. Keempat, ada kemungkinan  

timbul kewajiban-kewajiban yang tidak tercatat 

dalam laporan keuangan karena belum diatur 

pelaporannya oleh standar akuntansi keuangan. 

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disim-

pulkan bahwa konsep yang paling representatif 

untuk menentukan nilai perusahaan yaitu  pen-

dekatan konsep nilai intrinsik. Tetapi memperkira-

kan nilai intrinsik sangat sulit, sebab untuk 

menentukannya orang membutuhkan kemampuan 

mengidentifikasi variabel-variabel signifikan yang 

menentukan keuntungan suatu perusahaan. 

Variabel itu berbeda dari satu perusahaan ke 

perusahaan yang lain. Selain itu, penentuan nilai 

intrinsik juga memerlukan kemampuan mempre-

diksi arah kecenderungan yang akan terjadi di 

kemudian hari. Karena itulah, maka nilai pasar 

digunakan dengan alasan kemudahan data juga 

didasarkan pada penilaian yang moderat. 

 Manajer yang sekaligus pemegang saham 

akan meningkatkan nilai perusahaan, karena 

dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai 

kekayaannya sebagai individu pemegang saham 

akan ikut meningkat pula. Penelitian yang meng-

kaitkan kepemilikan manajerial dengan nilai 

perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda 

diantara peneliti. Soliha dan Taswan menemukan 

hubungan yang signifikan dan positif antara 

kepemilikan menajerial dan nilai perusahaan 

Sementara peneliti lain 

menemukan hubungan yang lemah antara kepe-

milikan menajerial dan nilai perusahaan .

 

Dari penjelasan dan beberapa penelitian empi-

ris di atas dapat disimpulkan bahwa nilai perusa-

haan dengan kepemilikan manajerial akan berbeda 

dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.  

Berdasarkan penjelasan ini  di atas maka 

penelitian ini didasarkan pada hipotesis bahwa 

keputusan bisnis di perusahaan dengan kepemi-

likan manajerial akan berbeda dengan di perusa-

haan tanpa kepemilikan manajerial. Keputusan 

bisnis yang diambil manajer akan terlihat dari 

kebijakan hutang, kinerja perusahaan dan nilai 

perusahaan. Sehingga dapat juga dihipotesiskan 

bahwa kebijakan hutang, kinerja perusahaan dan 

nilai perusahaan di perusahaan dengan kepemi-

likan manajerial akan berbeda dengan di peru-

sahaan tanpa kepemilikan manajerial.  

  

Populasi penelitian ini yaitu  semua perusa-

haan yang telah melakukan penawaran umum 

perdana sebelum tahun 2003 di Bursa Efek 

Jakarta. Sedangkan untuk periode pengamatan 

yang dilakukan yaitu  untuk jangka waktu 3 

tahun yaitu meliputi laporan keuangan tahun 2003 

sampai dengan 2005. Laporan keuangan yang 

dijadikan data penelitian meliputi neraca, laporan 

laba rugi dan catatan atas laporan keuangan yang 

ada di Pojok Profesi Fakultas Ekonomi UK Petra. 

Pemilihan sample dilakukan dengan purpo-

sive, yaitu dengan melihat kelengkapan data 

laporan keuangan. Kelengkapan yang dimaksud 

yaitu  kelengkapan pengungkapan nama manaje-

men dan pemegang saham yang ada di dalam 

catatan atas laporan keuangan. Catatan atas 

laporan keuangan yang tidak secara lengkap 

mengungkapkan hal ini, maka laporan keuangan 

ini  dikeluarkan dari sample penelitian. Selain 

itu juga dilihat apakah prusahaan ini  pada 

tahun 2005 tidak delisting. Syarat ini diberlakukan 

karena terkait dengan ketersediaan data harga 

saham tahun 2005 

Dari setiap perusahaan, informasi yang di-

ambil yaitu  ada tidaknya kepemilikan manaje-

rial, harga pasar saham, jumlah saham beredar, 

laba operasi, total aktiva dan total hutang selama 3 

tahun yaitu tahun 2003-2005. Khusus untuk total 

aktiva juga dilihat data tahun 2002, karena kinerja 

perusahaan dilihat dari ROA, dimana total assets 

yang dimaksud yaitu  total assets rata-rata. 

Berdasarkan penjelasan ini  di atas maka, 

metode pengumpulan data yang digunakan dalam 

penelitian ini yaitu  metode dokumentasi, yaitu 

mendapatkan data dari dokumen berupa laporan 

keuangan dan laporan harga saham yang diperoleh 

Christiawan: Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan  

Seperti telah diuraikan pada bagian sebelum-

nya, penelitian ini akan menguji apakah ada 

perbedaan dalam pengambilan keputusan dan 

aktivitas manajer antara perusahaan dengan kepe-

milikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial. Dari hipothesis ini  diketa-

hui variable yang diteliti yaitu status kepemilikan 

manajerial dan keputusan bisnis.  

Status kepemilikan manajerial yang dimaksud 

yaitu  ada tidaknya kepemilikan saham perusa-

haan oleh manajer perusahaan.  Variabel ini 

diukur dengan skala nominal, yaitu hanya dibeda-

kan anatara perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial atau tidak, dengan tidak melihat 

berapa besar persentase kepemilikan manajerial-

nya di masing-masing perusahaan ini . Ada 

tidaknya kepemilikan manajerial dilihat dari 

catatan atas laporan keuangan, khususnya pe-

ngungkapan atas modal saham perusahaan dan 

pengungkapan atas hubungan istimewa. Jumlah 

persentase kepemilikan manajerial tidak diperhi-

tungkan dalam penelitian ini karena penelitian ini 

hanya ingin melihat ada tidaknya perbedaan 

diantara perusahaan dengan kepemilikan manaje-

rial dan yang tidak. Penelitian tidak diarahkan 

kepada hubungan antara besarnya kepemilikan 

manajerial dengan keputusan manajemen. 

Keputusan dan aktivitas manajer dalam 

penelitian meliputi: nilai perusahaan, kinerja peru-

sahaan dan keputusan pendanaan. Nilai perusa-

haan diukur dengan Nilai pasar ekuitas perusaha-

an dibagi dengan total assets. Nilai pasar ekuitas 

dihitung dari harga pasar saham dikalikan dengan 

jumlah saham beredar. Kinerja perusahaan dilihat 

dari Return on assets (ROA) perusahaan  yang diukur dengan membagi 

net income dengan rata-rata total assets. Sedang-

kan keputusan pendanaan dilihat dari debt ratio 

perusahaan, yang diukur dengan membagi long-

term debt dengan jumlah long-term debt dengan 

equity.  

 

Pengujian Hipothesis 

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda 

rata-rata dua sampel independen. Pengujian ini 

sejalan dengan hipotesis penelitian yang bertujuan 

untuk membuktikan apakah ada  perbedaan 

kebijakan hutang, kinerja dan nilai perusahaan 

antara perusahaan dengan kepemilkan manajerial 

dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. 

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, ter-

lebih dahulu dilakukan pemisahan data menjadi 

dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial (µ1) dan kelompok perusa-

haan tanpa kepemilikan manajerial (µ2). Pemisah-

an dilakukan dengan melihat ada tidaknya kepe-

milikan manajerial di setiap perusahaan yang 

menjadi sample penelitian. Ada tidaknya kepemi-

likan manajerial dilihat dari ada tidaknya kepemi-

likan saham oleh manajer. Informasi ini diperoleh 

dari catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya 

dihitung nilai tiga variabel yang ingin diteliti yaitu, 

kebijakan hutang, kinerja perusahaan dan nilai 

perusahaan berdasarkan definisi variabel ini  

di atas. Setelah itu, dilakukan pengujian ada 

tidaknya perbedaan diantara variable nilai perusa-

haan, kinerja perusahaan dan debt ratio diantara 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial dan 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial . 

Sehingga formulasi uji statistik penelitiani ini 

yaitu : 

Ho : µ1 = µ2 

Ha : µ1 ≠ µ2 

Pengujian hipotesis penelitian digunakan uji t 

untuk dua sample independent (independent 

sample t test). Dengan tingkat signifikansi (sig) 5%. 

Keputusan untuk menerima Ho dilakukan jika 

nilai “sig” > 0,05, dan sebaliknya Ho akan ditolak 

jika “sig” < 0,05 ,

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 

Sampel penelitiaan secara keseluruhan ber-

jumlah 137 perusahaan dari 336 perusahaan yang 

terdaftar di Bursa Efek Jakarta sampai dengan 

tahun 2005. Jumlah sampel 137 perusahaan 

didasarkan pada ketersediaan dan kelengkapan 

data laporan keuangan 2002-2005 di Pojok Profesi 

Fakultas Ekonomi dan perusahaan ini  tidak 

dalam kondisi delisting.  

Langkah pertama penelitian yaitu  mengiden-

tifikasi adanya kepemilikan manajerial. Dari 137 

perusahaan yang menjadi sampel penelitian 

menunjukkan 64 perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial dan 58 perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial dari tahun 2002-2005. Sedangkan 15 

perusahaan dalam kondisi kepemilikan manajerial  

dan kemudian berubah tanpa kepemilikan mana-

jerial atau sebaliknya selama tahun 2002-2005. 

Sehingga jumlah data yang diproses yaitu  213 

data perusahaan dengan kepemilikan manajerial 

dan 194 data perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial. Hasil perhitungan variable nilai peru-

sahaan, kinerja perusahaan dan debt ratio peru-

sahaan tanpa kepemilikan manajerial dan perusa-

haan dengan kepemilikan manajerial yaitu  

sebagai berikut: 

 

Kebijakan hutang dihitung dari total hutang 

jangka panjang dibagi dengan total hutang jangka 

panjang ditambah dengan ekuitas. Semakin besar 

jumlah rasio ini menunjukkan semakin besar 

sumber dana perusahaan berasal dari hutang 

jangka panjang. Bahkan jika besarnya lebih dari 1 

maka perusahaan ini pastilah perusahaan yang 

dalam kondisi defisit. Hasil statistik deskriptif 

menunjukkan bahwa rata-rata variabel ini menun-

jukkan skor 56,87% untuk perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial dan 67,35% untuk perusa-

haan tanpa kepemilikan manajerial. Hal ini 

menunjukkan bahwa sebagaian besar sumber 

dana perusahaan yang menjadi sampel penelitian 

bersumber dari pihak kreditor. Perusahaan tanpa 

kepemilikan manajerial lebih berani dalam meng-

ambil kebijakan hutang ini yaitu dengan 67% 

sumber dana dari pihak kreditor. 

 

Deskripsi Kinerja Perusahaan 

Kinerja Perusahaan dihitung dari laba bersih 

dibagi dengan rata-rata total assets. Rata-rata total 

assets dihitung dari total assets awal tahun 

ditambah total assets akhir tahun dibagi dua. 

Semakin tinggi skor ini menunjukkan perusahaan 

telah dikelola dengan tingkat pengembalian atas 

assets yang tinggi. Skor ini menunjukkan berapa 

persen jumlah laba dibanding dengan jumlah 

assets. Hasil statistik deskriptif menunjukkan skor 

3,05% untuk perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial dan 1,47% untuk perusahaan tanpa 

kepemilikan manajerial. Hasil ini menunjukkan 

bahwa rata-rata perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial menghasilkan tingkat pengembalian 

atas assets yang lebih rendah dibanding dengan 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial. 

 

Deskripsi Nilai Perusahaan 

Nilai perusahaan dihitung dari nilai pasar 

perusahaan dibagi dengan total assets. Nilai pasar 

dihitung dari harga pasar saham perusahaan per 

31 Desember dikalikan dengan jumlah saham yang 

beredar pada tanggal 31 Desember. Semakin tinggi 

skor ini menunjukkan semakin tinggi nilai perusa-

haan berdasar harga pasar saham. Skor ini 

menunjukkan berapa kali nilai pasar perusahaan 

dibanding dengan nilai buku assets. Jika skor lebih 

dari satu, menunjukkan bahwa nilai pasar 

perusahaan melebihi nilai buku assets perusahaan. 

Hasil statistik deskriptif menunjukkan skor 1,46 

untuk perusahaan dengan kepemilikan manajerial 

dan 1,07 untuk perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-

rata perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

memiliki nilai yang lebih rendah dibanding dengan 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial.  

 

Hasil statistik deskriptif ini  di atas secara 

lengkap dapat dilihat pada tabel 1. 

 


Pengujian Hipotesis 

Pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk 

dua sample independent (independent sample t 

test). Dengan tingkat signifikansi (sig) 5%. Kepu-

tusan untuk menerima Ho dilakukan jika nilai 

“sig” > 0,05, dan sebaliknya Ho akan ditolak jika 

“sig” < 0,05 (Santoso 2001). Jika Ho diterima 

berarti tidak ada  perbedaan rata-rata kebi-

jakan hutang, kinerja perusahaan dan nilai 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial diban-

ding dengan perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial. Sedangkan Ho ditolak berarti ada  

perbedaan rata-rata kebijakan hutang, kinerja 

perusahaan dan nilai perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial dibanding dengan perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial. Pengujian dilaku-

kan dengan media SPSS 11.5 

Berikut ini hasil output SPSS 11.5 untuk  uji t 

untuk dua sample independent: 

 


 

Dari tabel. 2 ini  di atas terlihat bahwa 

skor Sig. (2-tail) untuk kebijakan hutang 

(DEBT_RAT) yaitu  0,015, kinerja perusahaan 

(ROA) yaitu  0,116 dan nilai perusahaan (VALUE) 

Christiawan: Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan  

 


yaitu  0,036. Hasil ini menunjukkan bahwa skor 

Sig. (2-tail)  untuk  kebijakan  hutang (DEBT_RAT) 

 

dan nilai perusahaan (VALUE) yaitu  dibawah 

0,05 yang berarti Ho ditolak sedangkan kinerja 

perusahaan (ROA) yaitu  diatas 0,05 yang berarti 

Ho diterima. Hal ini berarti bahwa ada  

perbedaan kebijakan hutang dan nilai perusahaan 

antara perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

dibanding perusahaan dengan kepemilikan mana-

jerial. Sedangkan untuk kinerja perusahaan tidak 

ada perbedaan antara perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial dibanding perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial. 

 

Analisis dan Pembahasan 

Hasil pengolahan data pada penelitian ini 

membuktikan bahwa hipotesis ada  perbedaan 

kebijakan hutang antara perusahaan tanpa kepe-

milikan manajerial dibanding dengan perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial terbukti. Rata-rata 

skor variabel kebijakan hutang, perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial dibanding dengan 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial mengu-

atkan bukti bahwa seorang manajer sekaligus 

pemegang saham lebih berhati-hati dalam meng-

ambil kebijakan hutang. Manajer tidak ingin 

perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau 

bahkan kebangkrutan. Kesulitan keuangan atau 

kebangkrutan usaha akan merugikan ia baik 

sebagai manajer ataupun sebagai pemegang 

saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Friend 

and Lang yang dikutip oleh Brailsford, yang 

menunjukkan bahwa cara untuk menurunkan 

resiko ini yaitu  dengan menurunkan tingkat debt 

yang dimiliki perusahaan  Debt 

yang tinggi akan meningkatkan resiko kebang-

krutan perusahaan, karena perusahan akan 

mengalami financial distress. Karena itulah maka 

manajemen akan berusahaan menekan jumlah 

debt serendah mungkin. Hasil penelitian ini 

memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya ten-

tang hubungan antara kepemilikan manajerial 

dengan debt rasio yaitu: 

Hasil pengolahan data pada penelitian ini juga 

membuktikan bahwa hipotesis ada  perbedaan 

kinerja perusahaan antara perusahaan tanpa 

kepemilikan manajerial dibanding perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial tidak terbukti. 

Rata-rata kinerja perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial dibanding perusahaan dengan kepemi-

likan manajerial yaitu  sama saja meskipun rata-

rata kinerja perusahaan yang dikelola manajer 

sekaligus pemegang saham lebih baik. Rasa memi-

liki manajer atas perusahaan sebagai pemegang 

saham tidak cukup mampu membuat perbedaan 

dalam pencapaian kinerja dibanding dengan mana-

jer murni sebagai tenaga professional yang digaji 

perusahaan. Faktor yang bisa diduga sebagai 

penyebab kesimpulan ini yaitu  kecilnya kepemi-

likan oleh manajer untuk perusahaan publik. 

Faktor ini tentunya perlu penelitian lebih lanjut. 

Hasil ini tidak mendukung penelitian  yang menun-

jukkan bahwa kepemilikan saham oleh manaje-

men mempengaruhi kinerja perusahaan.  

Hasil pengolahan data pada penelitian ini juga 

membuktikan bahwa hipotesis ada  perbedaan 

nilai perusahaan antara perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial dibanding perusahaan dan kepe-

milikan manajerial terbukti. Nilai perusahaan 

tanpa kepemilikan manajerial dibanding perusaha-

an dengan kepemilikan manajerial terbukti ber-

beda. Bahkan rata-rata nilai perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial lebih baik dibanding 

dengan rata nilai perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial. Manajer yang sekaligus pemegang 

saham terbukti akan meningkatkan nilai perusa-

haan. Dengan meningkatnya nilai perusahaan 

maka nilai kekayaannya sebagai individu peme-

gang saham akan ikut meningkat pula. Hasil 

penelitian ini mendukung hasil penelitian yang menemukan hubungan 

yang signifikan dan positif antara kepemilikan 

menajerial dengan nilai perusahaan. 


Penelitian ini membuktikan bahwa ada  

perbedaan kebijakan hutang dan nilai perusahaan 

antara perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

dibanding perusahaan dengan kepemilikan mana-

jerial. Rata-rata skor variabel kebijakan hutang 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial diban-

ding perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

menguatkan bukti bahwa seorang manajer seka-

ligus pemegang saham lebih berhati-hati dalam 

mengambil kebijakan hutang. Nilai perusahaan 

tanpa kepemilikan manajerial dibanding perusa-

haan dengan kepemilikan manajerial terbukti 

berbeda, bahkan rata-rata nilai perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial lebih baik diban-

ding dengan rata-rata nilai perusahaan tanpa 

kepemilikan manajerial. 

Sedangkan hipotesis tentang perbedaan kiner-

ja perusahaan antara perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial dibanding dengan perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial tidak terbukti. 

Rata-rata kinerja perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerialdibanding dengan perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial yaitu  sama saja mes-

kipun rata-rata kinerja perusahaan yang dikelola 

manajer sekaligus pemegang saham lebih baik.  

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan 

referensi bagi penelitian lain terkait dengan kepe-

milikan manajerial. Penelitian ini mendukung dan 

dapat dijadikan dasar bagi penelitian tentang 

hubungan atau pengaruh antara kepemilikan 

manajerial terhadap kebijakan hutang dan nilai 

perusahaan. Selain itu bagi pengguna laporan 

keuangan, khususnya investor dan kreditor, pene-

litian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk 

melihat bahwa antara perusahaan yang dikelola 

oleh manajer yang sekaligus pemilik dengan yang 

tidak yaitu  berbeda dalam hal kehati-hatian 

keputusan pendanaan dan meningkatkan nilai 

perusahaan. Sehingga hasil penelitian ini dapat 

dijadikan dasar untuk memberikan opsi saham 

bagi manajer. 

 


kebijakan hutang

 





  Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ada  perbedaan pengambilan keputusan bisnis 

antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. 

Keputusan bisnis yang dimaksud meliputi: keputusan keuangan yang diproksikan dengan kebijakan 

hutang (struktur modal), keputusan operasional yang diproksikan dengan kinerja perusahaan, dan  

keputusan bisnis secara keseluruhan yang diproksikan dengan nilai perusahaan.Penelitiaan dilakukan 

atas 137 dari 336 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sampai dengan tahun 2005. 

Penelitian ini membuktikan bahwa ada  perbedaan kebijakan hutang dan nilai perusahaan antara 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Sedangkan 

kinerja antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial tidak ada  perbedaan. 

Hubungan manajer dengan pemegang saham 

di dalam agency theory digambarkan sebagai 

hubungan antara agent dan principal (Schroeder et 

al. 2001). Manajer sebagai agent dan pemegang 

saham sebagai principal. Manajer harus me-

ngambil keputusan bisnis terbaik untuk mening-

katkan kekayaan pemegang saham. Keputusan 

bisnis yang diambil manajer yaitu  mamaksimal-

kan sumber daya (utilitas) perusahaan. Namun 

demikian pemegang saham tidak dapat mengawasi 

semua keputusan dan aktivitas yang dilakukan 

oleh manajer. Suatu ancaman bagi pemegang 

saham jika manajer akan bertindak untuk kepen-

tingannya sendiri, bukan untuk kepentingan peme-

gang saham. Inilah yang menjadi masalah dasar 

dalam agency theory yaitu adanya konflik 

kepentingan.  

Pemegang saham dan manajer masing-masing 

berkepentingan memaksimalkan tujuannya. Kon-

flik kepentingan terjadi jika keputusan manajer 

hanya akan memaksimalkan kepentingannya dan 

tidak sejalan dengan kepentingan pemegang 

saham. Perilaku manajer dalam situasi konflik 

kepentingan inilah yang menarik untuk diteliti. 

Keputusan  dan aktivitas manajer yang memiliki 

saham perusahaan tentu akan berbeda dengan 

manajer yang murni sebagai manajer. Manajer 

yang memiliki saham perusahaan berarti manajer 

ini  sekaigus yaitu  pemegang saham. Mana-

jer yang memiliki saham perusahaan tentunya 

akan menselaraskan kepentingannnya dengan 

kepentingannya sebagai pemegang saham. Semen-

tar manajer yang tidak memiliki saham perusa-

haan, ada kemungkinan hanya mementingkan 

kepentingannya sendiri. Kepemilikan saham peru-

sahaan oleh manajer disebut dengan kepemilikan 

manajerial. 

Penelitian mengenai hubungan kepemilikan 

manajerial dengan keputusan bisnis manajer telah 

banyak dilakukan oleh peneliti. Namun para 

peneliti menemukan hasil yang berbeda. Misalnya, 

penelitian tentang hubungan antara kepemilikan 

manajerial dengan debt rasio (debt ratio meng-

gambarkan hasil keputusan pendanaan manajer) 

menunjukkan hasil yang berbeda diantara bebe-

rapa peneliti. Beberapa peneliti menemukan 

hubungan positif antara kepemilikan manajerial 

dengan debt ratio perusahaan.. Sementara peneliti lain menemukan bahwa 

kepemilikan saham oleh manajer mempunyai pe-

ngaruh yang signifikan dan berhubungan negative 

dengan debt ratio 

Selain itu, penelitian yang mengkaitkan kepe-

milikan manajerial dengan nilai perusahaan (nilai 

perusahaan merupakan hasil keputusan operasio-

nal manajer), juga menunjukkan hasil yang ber-

beda diantara peneliti. 

menemukan hubungan yang signifikan dan positif 

antara kepemilikan menajerial dengan nilai peru-

sahaan. Sementara peneliti lain menemukan 

hubungan yang lemah antara kepemilikan mena-

jerial dengan nilai perusahaan . Berdasarkan pemikiran bahwa manajer 

yang sekaligus pemegang saham akan melakukan 

dan mengambil keputusan bisnis yang berbeda 

dengan manajer yang bukan sekaligus pemegang 

saham serta adanya hasil penelitian yang berbeda 

diantara peneliti tentang hubungan kepemilikan 

manajerial dengan keputusan bisnis, maka mena-

rik untuk diteliti apakah memang benar ada 

perbedaan dalam pengambilan keputusan bisnis 

antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial 

dengan perusahaan yang dikelola oleh manajer 

manajer yang bukan sekaligus pemegang saham. 

Berdasarkan latar belakang masalah yang 

telah diuraikan di atas, maka penelitian ini ber-

tujuan untuk mengetahui apakah ada  per-

bedaan pengambilan keputusan bisnis antara pe-

rusahaan dengan kepemilikan manajerial dengan 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Untuk 

lebih memfokuskan arah penelitian ini maka 

keputusan bisnis yang diambil oleh manajer diba-

tasi pada: keputusan keuangan yang diproksikan 

dengan kebijakan hutang (struktur modal), ke-

putusan operasional yang diproksikan dengan 

kinerja perusahaan, keputusan bisnis secara kese-

luruhan yang diproksikan dengan nilai perusaha-

an. Selain itu, penelitian ini juga akan memberikan 

dasar empiris yang kuat untuk penelitian tentang 

hubungan kepemilikan manajerial dengan ke-

putusan bisnis manajer. Sangat tidak logis jika 

kerangka pemikiran adanya hubungan antara 

kepemilikan manajerial dengan keputusan bisnis 

manajer dibangun jika ternyata tidak ada per-

bedaan yang signifikan antara perusahaan dengan 

kepemilikan dengan perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial. 

 

KEPEMILIKAN MANAJERIAL 

Kepemilikan manajerial yaitu  situasi dimana 

manajer memiliki saham perusahaan atau dengan 

kata lain manajer ini  sekaligus sebagai peme-

gang saham perusahaan. Dalam laporan ke-

uangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya 

persentase kepemilikan saham perusahaan oleh 

manajer. Karena hal ini merupakan informasi 

pentingbagi pengguna laporan keuangan maka 

informasi ini akan diungkapkan dalam catatan 

atas laporan keuangan. Adanya kepemilikan 

manajerial menjadi hal yang menarik jika dikait-

kan dengan agency theory. Dalam kerangka agency 

theory, hubungan antara manajer dan pemegang 

saham digambarkan sebagai hubungan antara 

agent dan principal (Schroeder et al. 2001). Agent 

diberi mandat oleh principal untuk menjalankan 

bisnis demi kepentingan principal. Manajer seba-

gai agent dan pemegang saham sebagai principal.  

Keputusan bisnis yang diambil manajer yaitu  

keputusan untuk mamaksimalkan sumber daya 

(utilitas) perusahaan. Suatu ancaman bagi peme-

gang saham jikalau manajer bertindak untuk 

kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan 

pemegang saham. Dalam konteks ini masing-

masing pihak memiliki kepentingan sendiri-sen-

diri. Inilah yang menjadi masalah dasar dalam 

agency theory yaitu adanya konflik kepentingan. 

Pemegang saham dan manajer masing-masing 

berkepentingan untuk mamaksimalkan tujuannya. 

Masing-masing pihak memiliki risiko terkait 

dengan fungsinya, manajer memiliki resiko untuk 

tidak ditunjuk lagi sebagai manajer jika gagal 

menjalankan fungsinya, sementara pemegang 

saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika 

salah memilih manajer. Kondisi ini merupakan 

konsekuensi adanya pemisahan fungsi pengelolaan 

dengan fungsi kepemilikan. 

Situasi ini  di atas tentunya akan berbeda, 

jika kondisinya manajer juga sekaligus sebagai 

pemegang saham atau pemegang saham juga 

sekaligus manajer atau disebut juga kondisi peru-

sahaan dengan kepemilikan manajerial. Keputus-

an dan aktivitas di perusahaan dengan kepemi-

likan manajerial tentu akan berbeda dengan 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Dalam 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial, ma-

najer yang sekaligus pemegang saham tentunya 

akan menselaraskan kepentingannya dengan 

kepentingannya sebagai pemegang saham. Semen-

tara dalam perusahaan tanpa kepemilikan mana-

jerial, manajer yang bukan pemegang saham 

Christiawan: Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan  

 


Kepemilikan manajerial menunjukkan adanya 

peran ganda seorang manajer, yakni manajer 

bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai 

seorang manajer sekaligus pemegang saham, ia 

tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan 

keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesulitan 

keuangan atau kebangkrutan usaha akan merugi-

kan ia baik sebagai manajer atau sebagai peme-

gang saham. Sebagai manajer akan kehilangan 

insentif dan sebagai pemegang saham akan 

kehilangan return bahkan dana yang diinves-

tasikannya. Cara untuk menurunkan resiko ini 

yaitu  dengan menurunkan tingkat debt yang 

dimiliki perusahaan ,Debt yang tinggi akan meningkat-

kan resiko kebangkrutan perusahaan, karena 

perusahan akan mengalami financial distress. 

Karena itulah maka manajer akan berusaha 

menekan jumlah debt serendah mungkin. Tin-

dakan ini di sisi lain tidak menguntungkan karena 

perusahaan hanya mengandalkan dana dari 

pemegang saham. Perusahaan tidak bisa ber-

kembang dengan cepat, dibandingkan jika perusa-

haan juga menggunakan dana dari kreditor. 

Penelitian tentang hubungan antara kepemi-

likan manajerial dengan debt ratio (debt ratio 

menggambarkan hasil keputusan pendanaan 

manajer) menunjukkan hasil yang berbeda dian-

tara beberapa peneliti. Beberapa peneliti menemu-

kan hubungan positif antara kepemilikan mana-

jerial dengan debt ratio perusahaan.  Sementara peneliti 

lain menemukan bahwa kepemilikan manajerial 

mempunyai pengaruh dan berhubungan negative 

dengan debt ratio 

Dari penjelasan dan beberapa penelitian empi-

ris di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan 

hutang perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

akan berbeda dengan perusahaan dengan kepe-

milikan manajerial. 

 

Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Perusa-

haan 

Kinerja perusahaan yaitu  hasil kegiatan 

operasional perusahaan. Kegiatan operasional di 

dalam laporan keuangan ditunjukkan oleh pen-

capaian laba bersih. Laba merupakan selisih 

antara revenue dengan expenses. Sehingga manajer 

dalam mengelola perusahaan akan berusaha 

memaksimalkan revenue dan menekan expenses. 

Kegiatan memaksimalkan revenue disebut juga 

peningkatan profitabilitas, sedangkan menekan 

expenses disebut juga peningkatan efisiensi. Kinerja 

perusahaan akan lebih baik jika saham perusa-

haan dimiliki oleh manajer. Manajer merasa lebih 

memiliki perusahaan. Manajer tidak lagi sebagai 

tenaga professional yang digaji tetapi juga sebagai 

pemilik perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik 

akan berdampak pada deviden yang akan diterima 

pemegang saham, karena deviden selalu didasar-

kan pada laba bersih tahun berjalan dan laba 

bersih yaitu  ukuran kinerja perusahaan. Manajer 

yang memiliki saham perusahaan akan menikmati 

pembagian dividen ini.  

Penelitian Mudambi menunjukkan bahwa 

kepemilikan saham oleh manajer mempengaruhi 

kinerja perusahaan. Bahkan penelitian ini berhasil 

membuktikan arah hubungannya yaitu tidak 

selalu sama (non-monotonic). Arah hubungan akan 

berbeda untuk setiap rentang persentase kepemi-

likan  . Sedangkan penelitian 

Kumar dan Coles menunjukkan ada  hubung-

an antara kepemilikan manajerial dan kinerja 

perusahaan ,

Dari penjelasan dan beberapa penelitian 

empiris di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial akan 

berbeda dengan perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial. 

 

Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusa-

haan 

Beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai 

suatu perusahaan yaitu : nilai nominal, nilai 

pasar, nilai intrinsik, nilai buku dan nilai likuidasi. 

Nilai nominal yaitu  nilai yang tercantum secara 

formal dalam anggaran dasar perseroan, disebut-

kan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan 

juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai 

pasar, sering disebut kurs yaitu  harga yang 

terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham. 

Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham 

perusahaan dijual di pasar saham. Nilai intrinsik 

merupakan konsep yang paling abstrak, karena 

mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusa-

haan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai 

intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan 

aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas 

bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan 

keuntungan di kemudian hari. Sedangkan nilai 

buku yaitu  nilai perusahaan yang dihitung 

dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana 

dihitung dengan membagi selisih antara total 

aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang 

beredar. Nilai likuidasi itu yaitu  nilai jual seluruh 

aset perusahaan setelah dikurangi semua kewa-

jiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupa-

kan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi 

bisa dihitung dengan cara yang sama dengan 

menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca 

performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan 

akan likuidasi. Jika mekanisme pasar berfungsi 

dengan baik, maka harga saham tidak mungkin 

berada di bawah nilai likuidasi. Karena nilai 

likuidasi ini hanya dihitung bila perusahaan akan 

dilikuidasi maka investor bisa menggunakan nilai 

buku sebagai pengganti untuk tujuan yang sama 

yaitu memperkirakan batas bawah harga saham. 

Sehingga nilai buku dapat digunakan sebagai 

batas aman mengukur nilai perusahaan untuk 

keperluan investasi. Namun demikian ada bebe-

rapa catatan yang harus diperhatikan dalam 

memahami konsep nilai buku ini. Pertama, 

sebagian besar aset dinilai dalam nilai historis. 

Karena itu pada beberapa aset nilai jualnya bisa 

jadi jauh lebih tinggi dari nilai bukunya. Kedua, di 

dalam aset kadang ada  aktiva tak berwujud, 

yang dalam likuidasi sering tidak memiliki nilai 

jual. Ketiga, nilai buku sangat dipengaruhi oleh 

metode dan estimasi akuntansi seperti metode 

penyusutan aktiva tetap, metode penilaian per-

sediaan, dan lain-lain. Keempat, ada kemungkinan  

timbul kewajiban-kewajiban yang tidak tercatat 

dalam laporan keuangan karena belum diatur 

pelaporannya oleh standar akuntansi keuangan. 

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disim-

pulkan bahwa konsep yang paling representatif 

untuk menentukan nilai perusahaan yaitu  pen-

dekatan konsep nilai intrinsik. Tetapi memperkira-

kan nilai intrinsik sangat sulit, sebab untuk 

menentukannya orang membutuhkan kemampuan 

mengidentifikasi variabel-variabel signifikan yang 

menentukan keuntungan suatu perusahaan. 

Variabel itu berbeda dari satu perusahaan ke 

perusahaan yang lain. Selain itu, penentuan nilai 

intrinsik juga memerlukan kemampuan mempre-

diksi arah kecenderungan yang akan terjadi di 

kemudian hari. Karena itulah, maka nilai pasar 

digunakan dengan alasan kemudahan data juga 

didasarkan pada penilaian yang moderat. 

 Manajer yang sekaligus pemegang saham 

akan meningkatkan nilai perusahaan, karena 

dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai 

kekayaannya sebagai individu pemegang saham 

akan ikut meningkat pula. Penelitian yang meng-

kaitkan kepemilikan manajerial dengan nilai 

perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda 

diantara peneliti. Soliha dan Taswan menemukan 

hubungan yang signifikan dan positif antara 

kepemilikan menajerial dan nilai perusahaan 

Sementara peneliti lain 

menemukan hubungan yang lemah antara kepe-

milikan menajerial dan nilai perusahaan .

 

Dari penjelasan dan beberapa penelitian empi-

ris di atas dapat disimpulkan bahwa nilai perusa-

haan dengan kepemilikan manajerial akan berbeda 

dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.  

Berdasarkan penjelasan ini  di atas maka 

penelitian ini didasarkan pada hipotesis bahwa 

keputusan bisnis di perusahaan dengan kepemi-

likan manajerial akan berbeda dengan di perusa-

haan tanpa kepemilikan manajerial. Keputusan 

bisnis yang diambil manajer akan terlihat dari 

kebijakan hutang, kinerja perusahaan dan nilai 

perusahaan. Sehingga dapat juga dihipotesiskan 

bahwa kebijakan hutang, kinerja perusahaan dan 

nilai perusahaan di perusahaan dengan kepemi-

likan manajerial akan berbeda dengan di peru-

sahaan tanpa kepemilikan manajerial.  

  

Populasi penelitian ini yaitu  semua perusa-

haan yang telah melakukan penawaran umum 

perdana sebelum tahun 2003 di Bursa Efek 

Jakarta. Sedangkan untuk periode pengamatan 

yang dilakukan yaitu  untuk jangka waktu 3 

tahun yaitu meliputi laporan keuangan tahun 2003 

sampai dengan 2005. Laporan keuangan yang 

dijadikan data penelitian meliputi neraca, laporan 

laba rugi dan catatan atas laporan keuangan yang 

ada di Pojok Profesi Fakultas Ekonomi UK Petra. 

Pemilihan sample dilakukan dengan purpo-

sive, yaitu dengan melihat kelengkapan data 

laporan keuangan. Kelengkapan yang dimaksud 

yaitu  kelengkapan pengungkapan nama manaje-

men dan pemegang saham yang ada di dalam 

catatan atas laporan keuangan. Catatan atas 

laporan keuangan yang tidak secara lengkap 

mengungkapkan hal ini, maka laporan keuangan 

ini  dikeluarkan dari sample penelitian. Selain 

itu juga dilihat apakah prusahaan ini  pada 

tahun 2005 tidak delisting. Syarat ini diberlakukan 

karena terkait dengan ketersediaan data harga 

saham tahun 2005 

Dari setiap perusahaan, informasi yang di-

ambil yaitu  ada tidaknya kepemilikan manaje-

rial, harga pasar saham, jumlah saham beredar, 

laba operasi, total aktiva dan total hutang selama 3 

tahun yaitu tahun 2003-2005. Khusus untuk total 

aktiva juga dilihat data tahun 2002, karena kinerja 

perusahaan dilihat dari ROA, dimana total assets 

yang dimaksud yaitu  total assets rata-rata. 

Berdasarkan penjelasan ini  di atas maka, 

metode pengumpulan data yang digunakan dalam 

penelitian ini yaitu  metode dokumentasi, yaitu 

mendapatkan data dari dokumen berupa laporan 

keuangan dan laporan harga saham yang diperoleh 

Christiawan: Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan  

Seperti telah diuraikan pada bagian sebelum-

nya, penelitian ini akan menguji apakah ada 

perbedaan dalam pengambilan keputusan dan 

aktivitas manajer antara perusahaan dengan kepe-

milikan manajerial dan perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial. Dari hipothesis ini  diketa-

hui variable yang diteliti yaitu status kepemilikan 

manajerial dan keputusan bisnis.  

Status kepemilikan manajerial yang dimaksud 

yaitu  ada tidaknya kepemilikan saham perusa-

haan oleh manajer perusahaan.  Variabel ini 

diukur dengan skala nominal, yaitu hanya dibeda-

kan anatara perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial atau tidak, dengan tidak melihat 

berapa besar persentase kepemilikan manajerial-

nya di masing-masing perusahaan ini . Ada 

tidaknya kepemilikan manajerial dilihat dari 

catatan atas laporan keuangan, khususnya pe-

ngungkapan atas modal saham perusahaan dan 

pengungkapan atas hubungan istimewa. Jumlah 

persentase kepemilikan manajerial tidak diperhi-

tungkan dalam penelitian ini karena penelitian ini 

hanya ingin melihat ada tidaknya perbedaan 

diantara perusahaan dengan kepemilikan manaje-

rial dan yang tidak. Penelitian tidak diarahkan 

kepada hubungan antara besarnya kepemilikan 

manajerial dengan keputusan manajemen. 

Keputusan dan aktivitas manajer dalam 

penelitian meliputi: nilai perusahaan, kinerja peru-

sahaan dan keputusan pendanaan. Nilai perusa-

haan diukur dengan Nilai pasar ekuitas perusaha-

an dibagi dengan total assets. Nilai pasar ekuitas 

dihitung dari harga pasar saham dikalikan dengan 

jumlah saham beredar. Kinerja perusahaan dilihat 

dari Return on assets (ROA) perusahaan  yang diukur dengan membagi 

net income dengan rata-rata total assets. Sedang-

kan keputusan pendanaan dilihat dari debt ratio 

perusahaan, yang diukur dengan membagi long-

term debt dengan jumlah long-term debt dengan 

equity.  

 

Pengujian Hipothesis 

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda 

rata-rata dua sampel independen. Pengujian ini 

sejalan dengan hipotesis penelitian yang bertujuan 

untuk membuktikan apakah ada  perbedaan 

kebijakan hutang, kinerja dan nilai perusahaan 

antara perusahaan dengan kepemilkan manajerial 

dan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. 

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, ter-

lebih dahulu dilakukan pemisahan data menjadi 

dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial (µ1) dan kelompok perusa-

haan tanpa kepemilikan manajerial (µ2). Pemisah-

an dilakukan dengan melihat ada tidaknya kepe-

milikan manajerial di setiap perusahaan yang 

menjadi sample penelitian. Ada tidaknya kepemi-

likan manajerial dilihat dari ada tidaknya kepemi-

likan saham oleh manajer. Informasi ini diperoleh 

dari catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya 

dihitung nilai tiga variabel yang ingin diteliti yaitu, 

kebijakan hutang, kinerja perusahaan dan nilai 

perusahaan berdasarkan definisi variabel ini  

di atas. Setelah itu, dilakukan pengujian ada 

tidaknya perbedaan diantara variable nilai perusa-

haan, kinerja perusahaan dan debt ratio diantara 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial dan 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial . 

Sehingga formulasi uji statistik penelitiani ini 

yaitu : 

Ho : µ1 = µ2 

Ha : µ1 ≠ µ2 

Pengujian hipotesis penelitian digunakan uji t 

untuk dua sample independent (independent 

sample t test). Dengan tingkat signifikansi (sig) 5%. 

Keputusan untuk menerima Ho dilakukan jika 

nilai “sig” > 0,05, dan sebaliknya Ho akan ditolak 

jika “sig” < 0,05 ,

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 

Sampel penelitiaan secara keseluruhan ber-

jumlah 137 perusahaan dari 336 perusahaan yang 

terdaftar di Bursa Efek Jakarta sampai dengan 

tahun 2005. Jumlah sampel 137 perusahaan 

didasarkan pada ketersediaan dan kelengkapan 

data laporan keuangan 2002-2005 di Pojok Profesi 

Fakultas Ekonomi dan perusahaan ini  tidak 

dalam kondisi delisting.  

Langkah pertama penelitian yaitu  mengiden-

tifikasi adanya kepemilikan manajerial. Dari 137 

perusahaan yang menjadi sampel penelitian 

menunjukkan 64 perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial dan 58 perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial dari tahun 2002-2005. Sedangkan 15 

perusahaan dalam kondisi kepemilikan manajerial  

dan kemudian berubah tanpa kepemilikan mana-

jerial atau sebaliknya selama tahun 2002-2005. 

Sehingga jumlah data yang diproses yaitu  213 

data perusahaan dengan kepemilikan manajerial 

dan 194 data perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial. Hasil perhitungan variable nilai peru-

sahaan, kinerja perusahaan dan debt ratio peru-

sahaan tanpa kepemilikan manajerial dan perusa-

haan dengan kepemilikan manajerial yaitu  

sebagai berikut: 

 

Kebijakan hutang dihitung dari total hutang 

jangka panjang dibagi dengan total hutang jangka 

panjang ditambah dengan ekuitas. Semakin besar 

jumlah rasio ini menunjukkan semakin besar 

sumber dana perusahaan berasal dari hutang 

jangka panjang. Bahkan jika besarnya lebih dari 1 

maka perusahaan ini pastilah perusahaan yang 

dalam kondisi defisit. Hasil statistik deskriptif 

menunjukkan bahwa rata-rata variabel ini menun-

jukkan skor 56,87% untuk perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial dan 67,35% untuk perusa-

haan tanpa kepemilikan manajerial. Hal ini 

menunjukkan bahwa sebagaian besar sumber 

dana perusahaan yang menjadi sampel penelitian 

bersumber dari pihak kreditor. Perusahaan tanpa 

kepemilikan manajerial lebih berani dalam meng-

ambil kebijakan hutang ini yaitu dengan 67% 

sumber dana dari pihak kreditor. 

 

Deskripsi Kinerja Perusahaan 

Kinerja Perusahaan dihitung dari laba bersih 

dibagi dengan rata-rata total assets. Rata-rata total 

assets dihitung dari total assets awal tahun 

ditambah total assets akhir tahun dibagi dua. 

Semakin tinggi skor ini menunjukkan perusahaan 

telah dikelola dengan tingkat pengembalian atas 

assets yang tinggi. Skor ini menunjukkan berapa 

persen jumlah laba dibanding dengan jumlah 

assets. Hasil statistik deskriptif menunjukkan skor 

3,05% untuk perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial dan 1,47% untuk perusahaan tanpa 

kepemilikan manajerial. Hasil ini menunjukkan 

bahwa rata-rata perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial menghasilkan tingkat pengembalian 

atas assets yang lebih rendah dibanding dengan 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial. 

 

Deskripsi Nilai Perusahaan 

Nilai perusahaan dihitung dari nilai pasar 

perusahaan dibagi dengan total assets. Nilai pasar 

dihitung dari harga pasar saham perusahaan per 

31 Desember dikalikan dengan jumlah saham yang 

beredar pada tanggal 31 Desember. Semakin tinggi 

skor ini menunjukkan semakin tinggi nilai perusa-

haan berdasar harga pasar saham. Skor ini 

menunjukkan berapa kali nilai pasar perusahaan 

dibanding dengan nilai buku assets. Jika skor lebih 

dari satu, menunjukkan bahwa nilai pasar 

perusahaan melebihi nilai buku assets perusahaan. 

Hasil statistik deskriptif menunjukkan skor 1,46 

untuk perusahaan dengan kepemilikan manajerial 

dan 1,07 untuk perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-

rata perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

memiliki nilai yang lebih rendah dibanding dengan 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial.  

 

Hasil statistik deskriptif ini  di atas secara 

lengkap dapat dilihat pada tabel 1. 

 


Pengujian Hipotesis 

Pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk 

dua sample independent (independent sample t 

test). Dengan tingkat signifikansi (sig) 5%. Kepu-

tusan untuk menerima Ho dilakukan jika nilai 

“sig” > 0,05, dan sebaliknya Ho akan ditolak jika 

“sig” < 0,05 (Santoso 2001). Jika Ho diterima 

berarti tidak ada  perbedaan rata-rata kebi-

jakan hutang, kinerja perusahaan dan nilai 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial diban-

ding dengan perusahaan dengan kepemilikan 

manajerial. Sedangkan Ho ditolak berarti ada  

perbedaan rata-rata kebijakan hutang, kinerja 

perusahaan dan nilai perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial dibanding dengan perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial. Pengujian dilaku-

kan dengan media SPSS 11.5 

Berikut ini hasil output SPSS 11.5 untuk  uji t 

untuk dua sample independent: 

 


 

Dari tabel. 2 ini  di atas terlihat bahwa 

skor Sig. (2-tail) untuk kebijakan hutang 

(DEBT_RAT) yaitu  0,015, kinerja perusahaan 

(ROA) yaitu  0,116 dan nilai perusahaan (VALUE) 

Christiawan: Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan  

 


yaitu  0,036. Hasil ini menunjukkan bahwa skor 

Sig. (2-tail)  untuk  kebijakan  hutang (DEBT_RAT) 

 

dan nilai perusahaan (VALUE) yaitu  dibawah 

0,05 yang berarti Ho ditolak sedangkan kinerja 

perusahaan (ROA) yaitu  diatas 0,05 yang berarti 

Ho diterima. Hal ini berarti bahwa ada  

perbedaan kebijakan hutang dan nilai perusahaan 

antara perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

dibanding perusahaan dengan kepemilikan mana-

jerial. Sedangkan untuk kinerja perusahaan tidak 

ada perbedaan antara perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial dibanding perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial. 

 

Analisis dan Pembahasan 

Hasil pengolahan data pada penelitian ini 

membuktikan bahwa hipotesis ada  perbedaan 

kebijakan hutang antara perusahaan tanpa kepe-

milikan manajerial dibanding dengan perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial terbukti. Rata-rata 

skor variabel kebijakan hutang, perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial dibanding dengan 

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial mengu-

atkan bukti bahwa seorang manajer sekaligus 

pemegang saham lebih berhati-hati dalam meng-

ambil kebijakan hutang. Manajer tidak ingin 

perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau 

bahkan kebangkrutan. Kesulitan keuangan atau 

kebangkrutan usaha akan merugikan ia baik 

sebagai manajer ataupun sebagai pemegang 

saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Friend 

and Lang yang dikutip oleh Brailsford, yang 

menunjukkan bahwa cara untuk menurunkan 

resiko ini yaitu  dengan menurunkan tingkat debt 

yang dimiliki perusahaan  Debt 

yang tinggi akan meningkatkan resiko kebang-

krutan perusahaan, karena perusahan akan 

mengalami financial distress. Karena itulah maka 

manajemen akan berusahaan menekan jumlah 

debt serendah mungkin. Hasil penelitian ini 

memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya ten-

tang hubungan antara kepemilikan manajerial 

dengan debt rasio yaitu: 

Hasil pengolahan data pada penelitian ini juga 

membuktikan bahwa hipotesis ada  perbedaan 

kinerja perusahaan antara perusahaan tanpa 

kepemilikan manajerial dibanding perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial tidak terbukti. 

Rata-rata kinerja perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial dibanding perusahaan dengan kepemi-

likan manajerial yaitu  sama saja meskipun rata-

rata kinerja perusahaan yang dikelola manajer 

sekaligus pemegang saham lebih baik. Rasa memi-

liki manajer atas perusahaan sebagai pemegang 

saham tidak cukup mampu membuat perbedaan 

dalam pencapaian kinerja dibanding dengan mana-

jer murni sebagai tenaga professional yang digaji 

perusahaan. Faktor yang bisa diduga sebagai 

penyebab kesimpulan ini yaitu  kecilnya kepemi-

likan oleh manajer untuk perusahaan publik. 

Faktor ini tentunya perlu penelitian lebih lanjut. 

Hasil ini tidak mendukung penelitian  yang menun-

jukkan bahwa kepemilikan saham oleh manaje-

men mempengaruhi kinerja perusahaan.  

Hasil pengolahan data pada penelitian ini juga 

membuktikan bahwa hipotesis ada  perbedaan 

nilai perusahaan antara perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial dibanding perusahaan dan kepe-

milikan manajerial terbukti. Nilai perusahaan 

tanpa kepemilikan manajerial dibanding perusaha-

an dengan kepemilikan manajerial terbukti ber-

beda. Bahkan rata-rata nilai perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial lebih baik dibanding 

dengan rata nilai perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerial. Manajer yang sekaligus pemegang 

saham terbukti akan meningkatkan nilai perusa-

haan. Dengan meningkatnya nilai perusahaan 

maka nilai kekayaannya sebagai individu peme-

gang saham akan ikut meningkat pula. Hasil 

penelitian ini mendukung hasil penelitian yang menemukan hubungan 

yang signifikan dan positif antara kepemilikan 

menajerial dengan nilai perusahaan. 


Penelitian ini membuktikan bahwa ada  

perbedaan kebijakan hutang dan nilai perusahaan 

antara perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

dibanding perusahaan dengan kepemilikan mana-

jerial. Rata-rata skor variabel kebijakan hutang 

perusahaan dengan kepemilikan manajerial diban-

ding perusahaan tanpa kepemilikan manajerial 

menguatkan bukti bahwa seorang manajer seka-

ligus pemegang saham lebih berhati-hati dalam 

mengambil kebijakan hutang. Nilai perusahaan 

tanpa kepemilikan manajerial dibanding perusa-

haan dengan kepemilikan manajerial terbukti 

berbeda, bahkan rata-rata nilai perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial lebih baik diban-

ding dengan rata-rata nilai perusahaan tanpa 

kepemilikan manajerial. 

Sedangkan hipotesis tentang perbedaan kiner-

ja perusahaan antara perusahaan tanpa kepemi-

likan manajerial dibanding dengan perusahaan 

dengan kepemilikan manajerial tidak terbukti. 

Rata-rata kinerja perusahaan tanpa kepemilikan 

manajerialdibanding dengan perusahaan dengan 

kepemilikan manajerial yaitu  sama saja mes-

kipun rata-rata kinerja perusahaan yang dikelola 

manajer sekaligus pemegang saham lebih baik.  

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan 

referensi bagi penelitian lain terkait dengan kepe-

milikan manajerial. Penelitian ini mendukung dan 

dapat dijadikan dasar bagi penelitian tentang 

hubungan atau pengaruh antara kepemilikan 

manajerial terhadap kebijakan hutang dan nilai 

perusahaan. Selain itu bagi pengguna laporan 

keuangan, khususnya investor dan kreditor, pene-

litian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk 

melihat bahwa antara perusahaan yang dikelola 

oleh manajer yang sekaligus pemilik dengan yang 

tidak yaitu  berbeda dalam hal kehati-hatian 

keputusan pendanaan dan meningkatkan nilai 

perusahaan. Sehingga hasil penelitian ini dapat 

dijadikan dasar untuk memberikan opsi saham 

bagi manajer.