Tampilkan postingan dengan label manajemen bisnis 7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label manajemen bisnis 7. Tampilkan semua postingan

manajemen bisnis 7




 kestabilan antara harga produk suatu usaha dengan harga yang 

dimiliki para pesaingnya.

biasanya  peranan harga sering diabaikan oleh beberapa 

pengusaha, terutama pengusaha yang memandang peranan harga 

yang dianggap pasif. 

berdasar  pemikiran itu, para pengusaha berpikir bahwa hal 

yang dianggap paling penting yaitu bentuk produk, perencanaan 

komunikasi, dan metode pendistribusian. Hal demikian dianggap 

benar sebab  peranan harga akan mencerminkan kualitas, layanan, 

tipe pendistribusian serta konsumen yang dituju. 

2. Harga dalam Strategi Posisi (Price in The Positioning 

Strategy)

Para manajer dalam membuat keputusan penetapan harga 

sangat membutuhkan koordinasi dengan keputusan untuk seluruh 

-- 206

komponen posisi. Komponen-komponen yang dikenal dalam strategi 

posisi harga, antara lain sebagai berikut.

a. Strategi Produk

Keputusan penetapan harga juga membutuhkan Analisa  dari 

bauran produk, strategi merek, kualitas produk, dan kegunaan 

produk. Keempat hal itu diperlukan untuk menentukan bahwa 

faktor-faktor ini  dianggap sangat berpengaruh dalam penetapan 

harga.

b. Strategi Pendistribusian

Strategi pendistribusian berfungsi untuk menyatakan bahwa 

faktor-faktor yang memengaruhi keputusan penetapan harga, yaitu 

jenis saluran, kehebatan penyaluran, dan susunan penyaluran.

c. Tanggung jawab atas Keputusan Penetapan Harga

Pendekatan ini menyatakan bahwa partisipasi antarfungsi 

dianggap penting dalam penetapan harga. Hal itu disebab kan bahwa 

penetapan harga akan memiliki dampak bagi seluruh fungsi bisnis, 

yaitu fungsi operasi, teknisi mesin, keuangan, dan pemasaran.

3. Situasi Penetapan Harga (Pricing Situations)

Strategi penetapan harga memerlukan pemantauan yang 

terus-menerus. Hal itu disebab kan perubahan kondisi eksternal, 

aksi persaingan, dan kesempatan untuk melewati persaingan 

berdampingan dengan aksi penetapan harga. 

Oleh sebab  itu, beberapa jenis situasi membutuhkan aksi 

penetapan harga, antara lain:

a. memutuskan cara posisi nilai harga untuk produk baru atau 

produk sejenis;

b. mengevaluasi kebutuhan atas aturan harga yang dikenakan 

pada produk yang ditinggalkan, selanjutnya menjadi daur 

hidup produk;

-- 207

c. mengubah strategi posisi yang akan dipakai  untuk 

memodifikasi strategi penetapan harga yang berlaku;

d. memutuskan strategi untuk merespons tekanan dari ancaman 

persaingan.

4. Peranan Harga dalam Penetapan Harga (Roles of Pricing)

Harga dalam posisinya telah menunjukkan berbagai peranan 

dalam program pemasaran. Hal itu yaitu  pertanda atau indikator 

bagi pembeli, sebagai alat dalam persaingan, mengembangkan 

tampilan keungan, dan sebagai pengganti untuk fungsi program 

pemasaran lainnya. Berikut ini pertanda atau indikator-indikator 

ini .

a. Pertanda bagi Pembeli (Signal to the Buyer)

Harga telah berperan dalam menawarkan cara yang cepat 

dan langsung dalam berkomunikasi dengan pembeli. Harga yang 

tampak untuk pembeli dan menyediakan dasar perbandingan di 

antara berbagai merek. Harga dipakai  untuk memosisikan merek 

sebagai produk yang berkualitas tinggi atau sebagai pengganti untuk 

melanjutkan persaingan dengan merek-merek yang lain.

b. Alat dalam Persaingan (Instrument of Competition)

Harga dapat menawarkan satu cara untuk menyingkirkan para 

pesaingnya dengan cepat, atau kemungkinan lain bagi perusahaan 

untuk meninggalkan persaingan secara langsung. biasanya , 

strategi harga selalu dihubungkan dengan persaingan, yaitu 

perusahaan memakai  harga rendah, tinggi, atau harga pada 

umumnya.

c. Mengembangkan Tampilan Keungan (Improving Financial 

Performance)

Sejak difungsikannya harga dan biaya untuk menentukan 

tampilan keuangan, strategi penetapan harga membutuhkan 

taksiran untuk memperkirakan pengaruh dalam tampilan keuangan 

-- 208

perusahaan. Hal terpenting ialah keuntungan dan biaya yang 

dibutuhkan dalam pemilihan strategi penetapan strategi harga.

d. Pertimbangan Program Pemasaran (Marketing Program 

Considerations)

Harga dapat menggantikan dalam percobaan penjualan, 

periklanan, dan promosi penjualan. Kemungkinan lainnya, harga 

juga dapat dipakai  untuk memperkuat aktivitas promosi dalam 

program pemasaran. 

Pada kenyataannya, peranan penetapan harga sering bergantung 

pada cara komponen lainnya untuk dipakai  dalam program 

pemasaran. 

5. Strategi Penetapan Harga (Pricing Strategy)

Tahapan utama dalam memilih strategi penetapan harga 

untuk produk baru atau mempertahankan produk yang telah ada 

yaitu menentukan penetapan harga objektif untuk mencapai 

pengembangan strategi. 

MengAnalisa  situasi dalam penetapan harga membawa dalam 

perhitungan permintaan, biaya, persaingan, dan penetapan harga 

objektif. berdasar  Analisa  situasi dan penetapan harga objektif, 

strategi penetapan harga dipilih. Tahapan terakhir harga tertentu 

dan politik operasi ditentukan oleh pelaksanaan strategi.

Oleh sebab  itu, model strategi yang dapat diterapkan, antara 

lain sebagai berikut.

a. Strategi Penetapan Harga Produk Baru

Harga yang ditetapkan atas produk baru harus dapat 

memberi  pengaruh yang baik bagi petumbuhan pasar. Selain 

itu, untuk mencegah timbulnya persaingan yang sengit. Ada dua 

hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga produk baru  yaitu sebagai berikut.

-- 209

1) Skimming Pricing

Skimming pricing yaitu  strategi yang berfungsi untuk 

menetapkan harga tinggi pada produk baru, serta dilengkapi dengan 

aktivitas promosi yang gencar. Tujuannya untuk:

a) melayani pelangggan yang tidak terlalu sensitif terhadap 

harga, selagi persaingannya belum ada;

b) menutupi biaya-biaya promosi dan riset melalui margin yang 

besar;

c) berjaga-jaga terjadinya kekeliruan dalam penetapan harga 

sebab  akan lebih mudah menurunkan harga daripada 

menaikkan harga awal.

2) Penetration Pricing

Penetration pricing yaitu  salah satu strategi yang berfungsi 

untuk menetapkan harga rendah pada awal produksi. Hal itu 

perlu diterapkan dengan tujuan untuk meraih pangsa pasar yang 

besar sekaligus menghalangi masuknya para pesaing. Dengan 

penetapan harga rendah, perusahaan mencapai skala ekonomi dan 

menurunkannya biaya per-unit. Strategi ini memiliki  perspektif 

untuk jangka panjang, yaitu saat  laba jangka pendek dikorbankan 

demi tercapainya keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Dalam implementasinya, ada  empat bentuk harga yang 

memakai  strategi penetration pricing, yaitu sebagai berikut.

a) Posisi harga yang dikendalikan (restrained price), artinya satuan 

harga yang ditetapkan dengan tujuan mempertahankan tingkat 

harga tertentu selama periode inflasi.

b) Elimination price yaitu  kegiatan penetapan harga pada 

tingkat tertentu. Penetapan harga ini bertujuan agar pesaing-

pesaing tertentu keluar dari persaingan.

c) Promotion price yaitu posisi harga yang ditetapkan dengan 

nilai rendah, namun  kualitas sama. Langkah ini perlu dilakukan 

dengan tujuan untuk mempromosikan produk tertentu.

-- 210

d) Keep-out price yaitu  keputusan penetapan harga tertentu. 

ini  diperlukan dalam rangka mencegah para pesaing 

memasuki pasar.

b.  Strategi Penetapan Harga Produk yang Sudah Mapan

Dalam perkembangannya, suatu perusahaan harus selalu 

meninjau kembali strategi penetapan harga produknya yang sudah 

ada di pasar. beberapa faktor yang 

memicu  hal itu perlu dilakukan, yaitu:

1) adanya perubahan di lingkungan pasar, misalnya pesaing 

besar menurunkan harga;

2) adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadinya perubahan 

selera konsumen.

Oleh sebab  itu, strategi yang diperlukan dalam melakukan 

peninjauan kembali penetapan harga yang telah dilakukan, sejatinya 

perusahaan memakai  tiga alternatif, yaitu sebagai berikut.

1) Mempertahankan harga. Strategi ini dilaksanakan dengan tujuan 

mempertahankan posisi di pasar dan untuk meningkatkan citra 

yang baik di warga .

2) Menurunkan harga. Strategi ini sulit untuk dilaksanakan sebab  

perusahaan harus memiliki kemampuan finansial yang besar, 

sementara konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan 

menerima margin laba dengan tingkat yang kecil.

3) Menaikkan harga. Perusahaan melakukan kebijakan menaikan 

harga dengan tujuan untuk mempertahankan profitabilitas 

dalam periode inflasi dan untuk melakukan segmentasi pasar 

tertentu.

c. Strategi Penyesuaian Harga

Perusahaan biasanya menyesuaikan harga dasar sehingga dapat 

memperhitungkan berbagai perbedaan pelanggan dan perubahan 

situasi. 

-- 211

Menurut Kotler dan Amstrong (2008: 3), ada enam strategi 

untuk penyesuaian harga, antara lain sebagai berikut.

1) Penetapan Harga Diskon dan Pengurangan Harga

biasanya , perusahaan dalam menyesuaikan harga dasar 

untuk memberi  penghargaan kepada pelanggan, serta merespons 

terhadap tanggapan-tanggapan tertentu, seperti pembayaran tagihan 

yang lebih awal, volume pembelian yang besar, dan pembelian di 

luar musim. Penyesuaian harga itu lazimnya dinamakan diskon 

dan pada praktiknya memerlukan pengurangan harga. 

Adapun bentuk-bentuk dari diskon dan/atau pengurangan 

harga, yaitu:

a) diskon tunai (cash discount), artinya melakukan pengurangan 

harga kepada pembeli yang membayar tagihan lebih awal;

b) diskon jumlah (quantity discount) ,  artinya melakukan 

pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah 

besar;

c) diskon fungsional (functional discount), artinya melakukan 

pengurangan harga yang ditawarkan oleh penjual kepada 

anggota saluran perdagangan yang menjalankan fungsi-fungsi 

tertentu, seperti menjual, menyimpan, dan menyelenggarakan 

pelaporan;

d) diskon musiman (seasonal discount), artinya melakukan 

pengurangan harga bagi pembeli yang membeli barang 

dagangan atau jasa di luar musim.

2) Potongan Harga (Allowance)

Potongan harga (allowance) yaitu bentuk lain dari pengurangan 

daftar harga. Adapun bentuk-bentuk potongan harga terbagi menjadi 

dua bagian, yaitu:

a) potongan harga tukar tambah yaitu bentuk pengurangan 

harga yang diberikan kepada konsumen sebab  menukarkan 

barang lama dan membeli barang baru;

-- 212

b) potongan harga promosi yaitu bentuk pembayaran atau 

pengurangan harga sebagai imbalan bagi para dealer atau juga 

supplier sebab  berpartisipasi dalam program pemasangan 

iklan dan dukungan penjualan.

3) Penetapan Harga Tersegmentasi

biasanya , perusahaan sering melakukan penyesuaian 

harga dasar untuk memperhitungkan adanya perbedaan jenis 

pelanggan, produk, dan lokasi. 

Dalam penetapan harga tersegmentasi, perusahaan dapat 

menjual barang atau jasa pada dua atau lebih harga, walaupun 

ada  perbedaan harga yang tidak didasarkan pada perbedaan 

biaya.

4) Penetapan Harga Psikologis

Penetapan harga psikologis yaitu  salah satu bentuk 

penetapan harga yang berorientasi pada mempertimbangkan 

psikologi harga dan tidak semata-mata harga ekonomi. 

Aspek lain dari penetapan harga psikologi yaitu harga acuan. 

Harga acuan yaitu harga yang melekat di benak pembeli dan 

dipakai  sebagai acuan saat  melihat produk tertentu. 

Pada praktiknya, harga acuan bisa dibentuk dengan mencatat 

harga-harga sekarang dan mengingat harga-harga masa lalu, atau 

mengkaji situasi pembelian.

5) Penetapan Harga Promosi 

Penetapan harga promosi, artinya menetapkan harga produk 

secara temporer di bawah daftar harga, bahkan di bawah biaya. 

Tujuannya untuk meningkatkan penjualan jangka pendek.

6) Penetapan Harga secara Geogra s

Pada dasarnya, perusahaan perlu memutuskan cara menetapkan 

harga bagi para pelanggan yang berlokasi di bagian negara atau 

bagian dunia yang berbeda. Oleh sebab  itu, ada  lima strategi 

penetapan harga secara geografis, yaitu:

-- 213

a) penetapan harga FOB-asal (FOB-origin pricing), artinya barang-

barang tidak dibayar biaya pengirimannya oleh penjual, namun  

pelanggan membayar pengiriman dari pabrik ke tempat 

tujuan;

b) penetapan harga terkirim (uniform-delivered pricing), artinya 

perusahaan menetapkan harga disertai biaya pengiriman 

yang sama bagi semua pelanggan, dengan tidak membedakan 

lokasinya;

c) penetapan harga zona (zone pricing), artinya perusahaan 

menetapkan dua atau lebih zona, seluruh pelanggan di zona 

yang sama membayar harga total yang sama, semakin jauh 

zona, semakin tinggi harganya;

d) penetapan harga berdasar  titik pangkal (basing-pont pricing), 

artinya penjual menunjuk kota tertentu sebagai titik pangkal 

dan membebani semua pelanggan biaya pengiriman dari kota 

itu ke lokasi pelanggan.

7) Penetapan Harga Internasional

biasanya  harga harus ditetapkan oleh perusahaan 

di negara tertentu bergantung pada banyak faktor yang meliputi 

kondisi perekonomian, situasi persaingan, hukum dan peraturan, 

serta kemajuan sistem perdagangan besar dan eceran. 

-- 214

-- 215

biasanya , konsumen yang rasional berpatokan pada 

spesifikasi produk. Apalagi untuk produk yang memengaruhi 

kesehatannya, seperti produk pangan. Konsumen akan teliti 

memperhatikan spesifikasi produk ini . Akan namun , ada juga 

konsumen yang melihat kualitas justru dipengaruhi oleh strategi 

marketingnya. Persepsi konsumen yang berkembang saat ini 

berasumsi bahwa produk mahal, kualitasnya pasti baik.

Agar kualitas produk itu dikatakan berkualitas, perusahaan 

membutuhkan lembaga khusus sebagai penjamin kualitas, seperti 

adanya ISO, secara kelembagaan yang sifatnya independen dalam 

menetapkan kualitas atau tidaknya suatu produk. Pada tingkat 

lembaga pendidikan, seperti Badan Akreditasi Nasional (BAN), yang 

secara khusus menentukan kualitas sebuah lembaga pendidikan.

Persoalan kualitas bukan hanya persoalan produksi. Misalnya 

adanya bagian quality control (QC) di divisi produksi. Selain itu, 

kualitas bukan hanya menjadi tanggung jawab QC atau produksi, 

melainkan juga menjadi tanggung jawab semua komponen 

perusahaan. Oleh sebab  itu, disebut total quality management.

BAB 8

-- 216

1. Pengertian Kualitas 

Secara harfiah, kualitas yaitu  suatu kondisi dinamis 

yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan 

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono dan 

Anastasia, 2003). 

Dalam dunia bisnis, kualitas dapat ditempatkan sebagai alat 

yang sangat ampuh dalam usaha mempertahankan bisnis suatu 

perusahaan. Dengan demikian, kualitas dapat dipergunakan untuk 

memenangkan persaingan. 

Dengan adanya kesamaan kualitas dalam beberapa perusahaan, 

terlebih perusahaan jasa, saat ini kualitas bukan hanya menjadi 

satu-satunya andalan dalam persaingan, melainkan juga berusaha  

untuk dapat memenangkan persaingan ini . Perusahaan saat 

ini perlu memperhatikan aspek kepuasan pelanggan dengan baik.

Jika dilihat lebih lanjut, persoalan kualitas jasa dan kepuasan 

pelanggan menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan jasa. 

Oleh sebab  itu, perusahaan jasa perlu memperhatikan beberapa 

hal seperti:

a. cara membangun kualitas jasa, 

b. cara mengidentifikasi kesenjangan yang mungkin terjadi, 

c. pengaruhnya bagi kepuasan konsumen, 

d. perilaku konsumen sesudah memakai  jasa.

Sejalan dengan kemajuan teknologi, dapat diketahui bahwa 

konsumen menghadapi lebih banyak alternatif produk dengan harga 

dan pemasok yang berbeda. ini  menjadi sebuah persoalan yang 

harus diperhatikan perusahaan, terutama dalam hal penentuan 

pilihan produk yang akan dibeli konsumen. 

Pada akhirnya setiap perusahaan menyadari bahwa persoalan 

ini  mengindikasikan adanya pertimbangan konsumen mengenai 

produk atau jasa dari segi besarnya nilai lebih yang diberikan 

perusahaan kepada pelanggan. 

-- 217

Menurut Kotler (Lupiyoadi, 2001), pelanggan selalu mencari 

nilai yang dianggap paling tinggi dari beberapa produk atau jasa 

yang ada. Mereka membentuk harapan tentang nilai yang akan 

diperoleh (value expectation). berdasar  nilai ini , dapat diukur 

besarnya tingkat kepuasan yang dimiliki pelanggan.

2. Kualitas Jasa (Service Quality)

Penerapan ilmu kualitas sangat berharga dalam perusahaan 

sebab  dalam suatu produk tidak ada kata sempurna. Peningkaan 

kualitas dan jenis mutu suatu produk dapat memberi  daya 

saing yang tinggi dalam suatu proses produksi sebab  kualitas 

menampilkan nilai suatu barang. 

Dengan demikian, service quality dapat didefinisikan sebagai 

seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan 

atas layanan yang diterima (Parasuraman, et al., 1998 dalam 

Lupiyoadi, 2001).

Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak 

dijadikan acuan dalam riset pemasaran yaitu model service quality 

(serqual) yang dikembangkan terhadap enam sektor jasa, yaitu 

reparasi, peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan 

telepon jarak jauh, perbankan ritel, dan pialang sekuritas. 

Service quality dibangun berdasar  dua faktor utama, 

yaitu:

a. persepsi pelanggan atas layanan yang diterima (perseived 

service), 

b. layanan yang sesungguhnya diharapkan (expected service).

Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan, kualitas layanan 

dapat dikatakan bermutu. Akan namun , jika kenyataan kurang 

dari yang diharapkan, kualitas layanan dikatakan tidak bermutu. 

Jika layanan sama dengan harapan, kualitas layanan ini  

memuaskan. 

-- 218

3. Dimensi-dimensi Kualitas

Menurut Parasuraman (Jasfar, 2005), dalam memberi  

pelayanan atau jasa kepada pelanggan, perusahaan perlu 

memperhatikan lima dimensi service quality berikut.

a. Tangiables atau bukti fisik, yaitu kemampuan perusahaan 

dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.

b. Reliability atau keandalan, yaitu kemampuan perusahaan untuk 

memberi  pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara 

akurat dan tepercaya.

c. Responsiveness atau ketanggapan, yaitu kemampuan perusahaan 

untuk membantu dan memberi  pelayanan secara cepat dan 

tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang 

jelas.

d. Assurance atau jaminan dan kepastian, yaitu pengetahuan, 

keramahan, dan kemampuan para pegawai perusahaan 

untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada 

perusahaan.

e. Empathy, yaitu memberi  perhatian yang tulus dan bersifat 

individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan 

dengan berusaha  memahami keinginan konsumen.

4. Pentingnya Pengukuran Kualitas Jasa

Pengukuran kualitas jasa dipandang sangat penting bagi 

perusahaan sebab  dapat berguna untuk mengukur kesenjangan 

antara harapan dan persepsi konsumen tentang jasa yang diberikan 

perusahaan jasa. Hal itu dimaksudkan sebagai umpan balik untuk 

mengukur kualitas dan koreksi jika  kualitas ini  kurang 

memuaskan konsumen. 

Pada dasarnya, ada  berbagai model yang dapat dipakai  

untuk mengAnalisa  kualitas jasa. Pemilihan terhadap suatu model 

bergantung pada tujuan Analisa , jenis perusahaan, dan situasi 

pasar.

Gronroos (Jasfar, 2005) menjelaskan  sebuah model yang 

dinamakan Gronroos’s Perceived Service Quality Model. Model ini  

-- 219

menekankan pada pentingnya penilaian konsemen terhadap 

jasa sebagai hasil perbandingan antara harapan dan kinerja atau 

pengalamannya dalam memakai  jasa yang terdiri atas what; yang 

meliputi kualitas teknis, termasuk outcome dan how; jasa fungsional 

yang menjelaskan sifat atau keadaan jasa yang dikonsumsi. Hal yang 

tidak kalah penting di antara kedua jasa ini  yaitu corporate 

image. 

Pengalaman pengguna jasa dapat dikategorikan dalam tiga 

kriteria, yaitu:

a. apa yang dapat dirasakannya (technical quality), 

b. cara penyampaian jasa (functional quality), 

c. kesan baik atau kesan buruk mengenai perusahaan (corporate 

image) yang terbentuk dalam benak konsumen sebelum atau 

sesudah mengonsumsi jasa. 

jika  harapannya sesuai dengan yang dirasakan sesudah 

mengonsumsi jasa, berarti kualitas jasa itu baik. Dengan kata lain, 

jika  kesan yang ditimbulkan positif, berarti konsumen merasa 

puas atau cukup puas yang yaitu  suatu indikator bahwa 

jasa yang diberikan memiliki  kualitas yang baik. jika  yang 

dirasakan konsumen masih di bawah harapannya, berarti kualitas 

jasa ini  masih rendah.

Kualitas jasa dapat diukur dari kepuasan konsumen yang 

ditentukan oleh penilaiannya terhadap jasa ini  (total perceived 

quality). Citra kualitas yang baik bukan berdasar  sudut pandang 

atau persepsi penyedia jasa, melainkan melalui sudut pandang atau 

persepsi konsumen. Konsumenlah yang menikmati jasa perusahaan 

sehingga mereka yang menentukan kualitas jasa.

5. Hubungan Kepuasan Pelanggan dengan Kualitas Jasa

Lupiyoadi (2001) menjelaskan bahwa dalam menentukan 

tingkat kepuasan pelanggan ada  lima faktor utama yang harus 

diperhatikan oleh perusahaan, yaitu faktor kualitas produk, faktor 

kualitas pelayanan, faktor emosional, faktor harga, dan faktor 

biaya. 

-- 220

a. Dalam faktor produk, pelanggan merasa puas jika hasil evaluasi 

mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan 

berkualitas. 

b. Dalam faktor kualitas pelayanan, terutama untuk industri jasa, 

pelanggan akan merasa puas jika mendapatkan pelayanan 

yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. 

c. Perusahaan juga perlu memperhatikan faktor emosional, yaitu 

rasa percaya diri sesudah memakai  produk ini . 

d. Dalam faktor harga, di samping memperhatikan kualitas 

produk, perusahaan juga harus memperhatikan harga yang 

relatif murah yang akan memberi  nilai lebih tinggi kepada 

pelanggannya. 

e. Dalam faktor biaya, perusahaan perlu memperhatikan bahwa 

pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau 

tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu 

produk atau jasa dan cenderung puas terhadap produk atau 

jasa ini .

Dalam konteks penilaian kualitas produk jasa, telah diperoleh 

kesepakatan bahwa harapan konsumen memiliki peranan besar 

sebagai standar perbandingan dalam evaluasi kualitas ataupun 

kepuasan. 

Menurut Olson dan Dover (Jasfar, 2005), harapan konsumen 

dapat diartikan sebagai keyakinan konsumen sebelum mencoba 

atau membeli suatu produk yang dijadikan standar atau acuan 

dalam menilai kinerja produk ini . Untuk membuktikan baik 

tidaknya kualitas suatu produk, dapat diukur dari tingkat kepuasan 

konsumen.

Jasfar (2005) menjelaskan bahwa kepuasan terhadap suatu jasa 

yaitu perbandingan antara persepsinya terhadap jasa yang diterima 

dengan harapannya sebelum memakai  jasa ini . 

jika  harapannya terlampaui, berarti jasa ini  telah 

memberi  suatu kualitas yang luar biasa dan akan menimbulkan 

kepuasan yang sangat tinggi. Sebaliknya, jika harapan tidak tercapai, 

kualitas jasa ini  tidak memenuhi yang diinginkannya atau 

perusahaan ini  gagal melayani konsumennya. 

-- 221

1. Pengertian Manajemen Kualitas

Dalam kehidupan pasar, kualitas dapat ditentukan oleh 

pelanggan sebab  produk yang ada diciptakan untuk pelanggan. 

Untuk meraih kualitas ini  perlu diterapkan suatu manajemen 

kualitas.

Menurut Gazpers (1997), manajemen kualitas dapat dikatakan 

sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan 

yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan, dan tanggung 

jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen 

kualitas, seperti perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, 

penjaminan kualitas, dan peningkatan kualitas.

Pada dasarnya, manajemen kualitas (quality management) 

didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara 

terus-menerus (continuous performance improvement) di setiap level 

operasi atau proses, dalam setiap era fungsional dari suatu organisasi, 

dengan memakai  semua sumber daya manusia dan modal 

yang tersedia.

ISO 8402 (quality vocabulary) mendefinisikan manajemen 

kualitas sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara 

keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan, dan 

tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat 

seperti berikut ini.

a. Perencanaan Kualitas (Quality Planning)

 Perencanaan yaitu penetapan dan pengembangan tujuan dan 

kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem kualitas.

b. Pengendalian Kualitas (Quality Control)

 Pengendalian kualitas yaitu teknik dan aktivitas operasional 

yang dipakai  untuk memenuhi persyaratan kualitas.

c. Jaminan Kualitas (Quality Assurance)

 Jaminan kualitas yaitu semua tindakan terencana dan 

sistematis yang diimplementasikan dan didemonstrasikan 

-- 222

untuk memberi  kepercayaan yang cukup bahwa produk 

akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas tertentu.

d. Peningkatan Kualitas (Quality Improvement)

 Peningkatan kualitas yaitu tindakan-tindakan yang diambil 

untuk meningkatkan nilai produk pelanggan melalui 

peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas 

melalui struktur organisasi.

Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua 

level dari manajemen, namun  harus dikendalikan oleh manajemen 

puncak (top management) dan implementasinya harus melibatkan 

semua anggota organisasi.

Meskipun manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam 

berbagai versi, namun substansi dari manajemen kualitas, antara 

lain:

a. berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk memenuhi 

kepuasan pelanggan, 

b. berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua sumber 

daya manusia, pemasok-pemasok (supplier), dan para pelanggan 

(customers) di lingkungan perusahaan (coporate environment). 

Makna dari kedua hal di atas bahwa manajemen kualitas 

yaitu  sebuah kemampuan atau kapabilitas yang melekat 

dalam sumber daya manusia serta yaitu  proses yang dapat 

dikontrol dan bukan hanya suatu kebetulan.

Joseph M. Juran (1967) memperkenalkan konsep trilogi kualitas, 

yaitu: 

a. perencanaan kualitas (quality planning), 

b. pengendalian kualitas (quality control),

c. perbaikan atau peningkatan kualitas (quality improvement).

Pandangan Juran tentang isu-isu utama yang berkaitan dengan 

manajemen kualitas, antara lain sebagai berikut.

-- 223

a. Siklus pengembangan produk seharusnya dipersingkat 

melalui perencanaan partisipatif, rekayasa selalu diiringi 

dengan pelatihan pada perencana dalam metode dan alat-alat 

manajemen kualitas.

b. Hubungan dengan pemasok seharusnya diperbaiki. Banyaknya 

pemasok seharusnya dikurangi. 

c. Pelatihan seharusnya berorientasi pada hasil, bukan berorientasi 

pada alat. Tujuan utama pelatihan seharusnya mengubah 

perilaku karyawan, bukan hanya melatih atau mendidik. 

d. Dalam manajemen kualitas jasa, perlu diperhatikan juga strategi 

produk jasa. 

Sehubungan dengan kualitas jasa pelayanan, Sumayang (2003) 

menjelaskan bahwa perusahaan harus menempatkan pelanggan 

paling utama, yaitu dengan cara:

a. perusahaan harus memenuhi keinginan para pelanggan, 

b. s i s tem yang dibangun  seo lah-o lah  di lakukan  o leh 

pelanggan,

c. perusahaan juga harus memperhatikan bahwa manusia 

yaitu  unsur penyampaian jasa pelayanan yang sangat 

penting, sehingga service quality harus dilaksanakan oleh orang 

yang mampu melaksanakannya. 

2. Kerangka Kerja Manajemen Kualitas Jasa di Perusahaan 

Jasa

Jasfar (2005) menjelaskan bahwa pada tingkatan manajemen, 

kebijaksanaan ditentukan agar dapat diikuti oleh karyawan. 

a. MengAnalisa  Permintaan Pasar

Dalam mengAnalisa  permintaan pasar, menentukan persyaratan, 

dan pengukuran kualitas jasa yang akan ditawarkan dan diikuti 

dengan Analisa  internal persepsi mengenai kualitas serta cara kinerja 

mereka sudah harus diantisipasi. 

-- 224

b. Merancang Kegiatan

Dalam merancang kegiatan untuk mempersiapkan segala 

sesuatu dari dalam, yang meliputi kesiapan dan pemahaman 

karyawan tentang hal-hal yang harus dilakukan, termasuk 

pemahaman dari manajer yang terlibat pada setiap lini atau yang 

disebut sebagai pemasaran internal. Pada tingkatan karyawan, 

kualitas ataupun standar kinerja harus dibuat dengan cara-cara 

yang telah ditentukan oleh organisasi. 

c. Interaksi antara Karyawan dengan Konsumen

Interaksi antara karyawan dengan konsumen memperlihatkan 

tanda-tanda bahwa dari sudut pandang pasar, konsumen ataupun 

peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan, disesuaikan dengan 

keinginan konsumen. 

d. Menentukan Kualitas

Pada level konsumen ditentukan kualitas yang dapat diterima 

(acceptable) atau tidak diterima. Konsumen mengharapkan kualitas 

jasa tertentu dan menginginkan kualitas yang diharapkannya 

sesuai dengan kinerja perusahaan dan pengalaman mereka dalam 

mengonsumsi jasa ini . Semuanya itu sangat bergantung pada 

hal-hal yang mereka terima dan cara mereka menerima jasa ini  

melalui interaksi dengan organisasi. 

3. Pentingnya Sistem Manajemen Kualitas 

Gelombang globalisasi ekonomi akibat AFTA, GATTS, APEC, 

WTO, dan sebagainya telah menciptakan kancah kompetisi yang 

semakin bebas dan ketat. Proteksi yang sebelumnya menjadi benteng 

bagi produk barang dan jasa dalam negeri, akan hilang diterjang 

arus liberalisasi. Produk barang dan jasa luar negeri akan bebas 

masuk ke pasar domestik. 

Menghadapi situasi seperti ini, ada  dua pilihan bagi para 

pelaku usaha jasa konstruksi dan jasa konsultansi, yaitu masuk dalam 

arena kompetisi atau keluar arena kompetisi. Kedua keputusan 

ini  memiliki konsekuensi yang sama beratnya. 

-- 225

Memasuki arena kompetisi tanpa kekuatan dan strategis sama 

dengan bunuh diri. Keluar dari arena kompetisi tidak berarti luput 

dari hempasan gelombang globalisasi, mungkin dampaknya lebih 

dahsyat daripada ikut bertarung pada era kompetisi ini . 

Strategi kompetisi yang paling dapat diandalkan oleh pelaku 

usaha jasa konstruksi dan jasa konsultansi yaitu strategi kualitas. 

Oleh sebab  itu, para pelaku usaha jasa konstruksi dan konsultansi 

harus terus berusaha untuk mengembangkan konsepsi dan teknologi 

kualitas, sejalan dengan kecenderungan globalisasi. 

Di antara alternatif pilihan yang ada, tampaknya sistem 

manajemen kualitas ISO 9000 dan Total Quality Management (TQM) 

yaitu pilihan yang tepat dan efektif bagi para pelaku usaha jasa 

konstruksi dan konsultansi. 

TQM mengembangkan konsep kualitas dari sudut pandang 

pengguna jasa konstruksi dan jasa konsultansi yang mengartikan 

kualitas yaitu kesesuaian. jika  suatu konstruksi prasarana atau 

infrastruktur dibangun, dibiayai dan dipakai  atau dimanfaatkan 

oleh pengguna jasa (pemerintah dan warga ) sesuai dengan 

persyaratan, dapat dikatakan berkualitas. 

Persyaratan yang dimaksudkan yaitu sesuai dengan 

kebutuhan dan keinginan pengguna jasa. Dalam konsep TQM, 

pengguna jasa bukan hanya diartikan sebagai pembeli bangunan, 

melainkan jugasebagai proses berikutnya dan pihak yang menentukan 

persyaratan. 

Usaha-usaha peningkatan dan pengendalian kualitas pada 

awalnya hanya dalam lingkup penyedia jasa dan pengguna jasa 

sehingga diperlukan pihak ketiga yang sifatnya independen. 

Kehadiran pihak ketiga ini dianggap lebih objektif dan dapat diterima 

kedua belah pihak sehingga memunculkan lembaga akreditasi di 

beberapa negara dengan memakai  produk standar, seperti 

ASTM, JIS, BS, dan sebagainya. 

Untuk memberi  jaminan pada semua pihak yang terlibat 

dalam perdagangan global (termasuk pelayanan jasa konstruksi/

konsultansi) bagi pihak pengguna jasa, diperlukan pihak ketiga 

yang independen dan dapat diterima semua pihak. Demikian 

-- 226

sedikit kupasan mengenai hubungan globalisasi, jasa konstruksi, 

dan konsultansi dengan manajemen kualitas. 

a. Sistem Manajemen Kualitas berdasar  ISO 9000

ISO 9000 series yaitu standar kualitas manajemen yang 

dibentuk berdasar  dari konvensi ISO/TC 176 (ISO Technical 

Committee 176) pada tahun 1979. ISO-9000 dibentuk sebagai dasar 

dari seri standar kualitas manajemen yang disusun secara lengkap 

pada tahun 1982 dan dikenalkan secara umum pada tahun 1983. 

ISO 9000 seri standar memperkenalkan persyaratan penting yang 

dibutuhkan perusahaan untuk menjamin konsistensi produksi dan 

pengiriman yang tepat waktu terhadap barang dan jasa ke pasar. 

Persyaratan ini  dapat dipenuhi dengan jalan membangun 

standar-standar yang tersusun sebagai sistem manajemen kualitas. 

Konsistensi terhadap semua kebutuhan dan persyaratan konsumen 

setiap waktu untuk menjaga kepuasan dan loyalitas pelanggan. Jika 

perusahaan tidak melaksanakan ini  , pasar dan pelanggan 

berpaling sert berpindah kepada yang lain. 

ISO-9000 seri mampu memberi  keuntungan dalam 

manajemen kualitas bagi semua organisasi, baik organisasi besar 

maupun kecil, organisasi warga  atau swasta tanpa terlalu 

mencampuri cara organisasi itu harus berjalan. 

ISO-9000 menerangkan persyaratan yang harus dipenuhi, 

bukan cara memenuhi persyaratan ini . ini  memungkinkan 

adanya persamaan standar bagi semua organisasi atau perusahaan, 

namun  memberi  celah bagi organisasi ini  sesuai dengan 

kebutuhan dan kepentingan organisasi ini  yang berbeda 

dengan organisasi lainnya. 

Dengan penerapan ISO-9000 dengan benar, organisasi mampu 

membangun perusahaannya sehingga memiliki  kemampuan 

penyediaan barang dan pelayanan yang sesuai dengan keinginan dan 

kebutuhan. ini  akan membuat perusahaan lebih menarik bagi 

pelanggan lama atau baru dan meningkatkan kepercayaan mereka 

bahwa perusahaan mampu memenuhi harapan atau tuntutannya. 

ISO-9000 yaitu  standar manajemen mutu, bukan standar 

produk, sehingga perusahaan yang telah mendapat sertifikat ISO 

-- 227

9000 tidak dapat mempublikasikan atau mengiklankan bahwa 

produknya telah memenuhi standar internasional. 

Selain itu, untuk menjamin bahwa ISO 9000 dapat menyesuaikan 

dengan perkembangan zaman, setiap enam tahun diadakan review 

dan revisi terhadap standard ISO. Saat ini ISO 9000-2000 yaitu 

yang terbaru dengan revisi dan pengurangan pada beberapa poin. 

ISO 9000 seri memiliki  tiga standar, yaitu ISO 9001, ISO 9002, 

dan ISO 9003. 

b. Aplikasi Konsep Kualitas berdasar  Pandangan Tradisional 

dan Modern

Secara tradisional, para pembuat produk melakukan inspeksi 

terhadap produk sesudah produk itu selesai dibuat dengan jalan 

menyortir produk yang baik dari yang jelek, kemudian mengerjakan 

ulang bagian-bagian produk yang cacat. Dengan demikian, pengertian 

tradisional tentang konsep kualitas hanya berfokus pada aktivitas 

inspeksi untuk mencegah lolosnya produk-produk cacat ke tangan 

pelanggan. 

Kegiatan inspeksi ini dipandang dari perspektif sistem kualitas 

modern yaitu sia-sia sebab  tidak memberi  kontribusi pada 

peningkatan kualitas (quality improvement).

1) Ciri-ciri Kualitas Modern

Pada masa sekarang, pengertian konsep kualitas lebih luas 

dibandingkan dengan aktivitas inspeksi. Pengertian modern dari 

konsep kualitas yaitu membangun sistem kualitas modern. 

Pada dasarnya, sistem kualitas modern memiliki  lima 

karakteristik berikut.

a) Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan. Produk-

produk didesain sesuai dengan keinginan pelanggan melalui 

riset pasar, kemudian diproduksi dengan cara-cara yang 

baik dan benar sehingga produk yang dihasilkan memenuhi 

spesifikasi desain, serta memberi  pelayanan purna jual 

kepada pelanggan. Dalam sistem kualitas modern, praktik 

dari setiap departemen dalam mengoptimumkan aktivitas 

operasionalnya tanpa memedulikan kebutuhan dari departemen 

-- 228

lain dalam perusahaan tidak dapat diterima atau tidak 

dibenarkan. 

b) Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif 

yang dipimpin oleh manajemen puncak (top management), 

dalam proses peningkatan kualitas secara terus-menerus. 

Jika tanggung jawab untuk kualitas didelegasikan kepada 

departemen jaminan kualitas.

c) Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman 

dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk 

kualitas. Meskipun kualitas yaitu  tanggung jawab setiap 

orang, namun setiap orang memiliki tanggung jawab berbeda, 

bergantung pada posisi kerjanya di perusahaan. 

d) Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi 

yang menganggap bahwa kualitas yaitu  “jalan hidup”. 

Isu-isu tentang kualitas selalu didiskusikan dalam pertemuan 

manajemen. Semua karyawan diberikan pelatihan (training) 

tentang konsep-konsep kualitas beserta metodenya. Setiap 

orang di perusahaan secara sukarela berpartisipasi dalam 

usaha-usaha peningkatan kualitas. 

2) Kelompok Sistem Kualitas Modern

Pada dasarnya sistem kualitas modern dapat dibagi menjadi 

tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

a) Kualitas desain

Kualitas desain mengacu pada aktivitas yang menjamin 

bahwa produk baru atau produk yang dimodifikasi didesain 

untuk memenuhi keinginan dan harapan pelanggan serta secara 

ekonomis layak untuk diproduksi atau dikerjakan. Dengan demikian, 

kualitas desain yaitu kualitas yang direncanakan. Kualitas desain 

menentukan spesifikasi produk dan yaitu  dasar pembuatan 

keputusan yang berkaitan dengan segmen pasar, spesifikasi 

penggunaan serta pelayanan purna jual. 

Kualitas desain biasanya  yaitu  tanggung jawab 

dari Bagian Riset dan Pengembangan (R & D), rekayasa proses 

-- 229

(process engineering), riset pasar (market research), dan bagian-bagian 

lain yang berkaitan.

b) Kualitas konformansi

Kualitas ini mengacu pada pembuatan produk atau pemberian 

jasa pelayanan yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan 

sebelumnya pada tahap desain. Dengan demikian, kualitas 

konformansi menunjukkan tingkat produk yang dibuat memenuhi 

atau sesuai dengan spesifikasi produk. biasanya , bagian 

produksi, perencanaan, dan pengendalian produksi, pembelian 

dan pengiriman memiliki tanggung jawab utama untuk kualitas 

konformasi.

c) Kualitas pemasaran dan pelayanan purna jual

Kualitas ini berkaitan dengan tingkat dalam memakai  

produk itu memenuhi ketentuan dasar tentang pemasaran, 

pemeliharaan, dan pelayanan purna jual.

1. Pengertian dan Konsep TQM 

Total quality management didefinisikan sebagai konsep perbaikan 

yang dilakukan secara terus-menerus, yang melibatkan semua 

karyawan di setiap level organisasi untuk mencapai kualitas yang 

exellent dalam semua aspek organisasi melalui proses manajemen 

(Dipietro,1993; Greg et al.,1994). 

Pengertian TQM menurut Handoko (1998: 1), menunjukkan 

tiga pengertian. Pertama, TQM yaitu  strategi organisasional 

menyeluruh yang melibatkan semua jenjang dan jajaran manajemen 

dan karyawan. Setiap orang terlibat dalam proses TQM. Lebih lanjut, 

kata “total” berarti bahwa TQM tidak hanya mencakup pengguna 

akhir dan pembeli eksternal, namun  juga pelanggan internal, pemasok, 

bahkan personalia yang mendukung.

Kedua, kualitas bukan hanya produk bebas cacat, melainkan 

lebih menekankan pelayanan kualitas. Kualitas didefinisikan oleh 

pelanggan, bukan organisasi atau manajer departemen pengendalian 

-- 230

kualitas. Kenyataan bahwa ekspektasi pelanggan bersifat individual, 

bergantung pada latar belakang sosial ekonomis dan karakteristik 

demografis, memiliki  implikasi penting, yaitu kualitas bagi 

seorang pelanggan mungkin tidak sama bagi pelanggan lain. 

Ketiga, tantangan TQM yaitu menyajikan kualitas bagi 

pelanggan. TQM yaitu  pendekatan manajemen, bukan 

pendekatan teknis pengendalian kualitas yang sempit. Pendekatan 

TQM sangat berorientasi pada manajemen orang. Implementasi TQM 

mensyaratkan berbagai perubahan organisasional dan manajerial 

total dan fundamental, yang mencakup misi, visi, orientasi strategis, 

dan berbagai praktik manajemen vital lainnya.

2. Penerapan TQM dalam Organisasi 

Dalam lima pilar manajemen kualitas terpadu, organisasi 

yaitu  pilar di tengah. Cara berorganisasi jelas memengaruhi 

semua unsur dan kegiatan yang lain. Organisasi yaitu kerangka 

kerja yang diandalkan oleh seluruh sistem manajemen untuk 

mendapatkan hasil kerja yang efisien. Untuk alasan ini , 

organisasi lebih dari sesuatu dalam menentukan kesehatan dan 

vitalitas keseluruhan dari sistem. 

Struktur yang dihasilkannya dalam rangka mendukung 

ajarannya yaitu kebalikan dari cepat tanggap dan fleksibilitas. 

Hal itu membuat kuno dan tidak cocok dengan persaingan gerak 

cepat dari zaman globalisasi. 

Sementara beberapa praktisi, sentralisme yang penuh keyakinan 

mengaku mendukung perubahan, pada kenyataannya perubahan 

tadi hanya tambal sulam pada suatu sistem yang demikian rusak 

sehingga kegunaan dari tambalan tadi demikian kecil. 

3. Alat Bantu TQM

a. Benchmark

Benchmark yaitu proses membandingkan kinerja proses bisnis 

dan metrik termasuk biaya, siklus waktu, produktivitas, atau kualitas 

yang lain secara luas dianggap sebagai tolok ukur standar industri 

-- 231

atau praktik terbaik. Pada dasarnya, benchmark menyediakan sebuah 

snapshot dari kinerja bisnis dan membantu memahami kaitannya 

dengan standar tertentu. 

1) Metodologi Benchmark

Berikut ini yaitu contoh khas metodologi benchmark.

a) Mengidenti kasi area permasalahan 

sebab  pembandingan dapat diterapkan pada setiap proses 

bisnis atau fungsi, berbagai teknik penelitian mungkin diperlukan, 

yaitu percakapan informal dengan para pelanggan, karyawan, atau 

pemasok; eksplorasi teknik penelitian seperti kelompok fokus; atau 

mendalam riset pemasaran, penelitian kuantitatif, survei, kuesioner, 

Analisa  rekayasa ulang, proses pemetaan, kontrol kualitas laporan 

varians, atau keuangan Analisa  rasio. 

Sebelum memulai perbandingan dengan organisasi lain 

perlu mengetahui fungsi organisasi, proses; basis kinerja lapisan 

menyediakan sebuah titik terhadap usaha  peningkatan yang dapat 

diukur.

b) Identi kasi industri lain yang memiliki proses yang serupa 

Sebagai contoh, jika seseorang tertarik dalam meningkatkan 

off tangan dalam perawatan kecanduan, dia akan mencoba untuk 

mengidentifikasi bidang-bidang lain yang juga telah menyerahkan 

tantangan. ini  dapat mencakup kontrol lalu lintas udara, telepon 

seluler beralih di antara menara, pemindahan pasien dari kamar 

operasi untuk pemulihan. 

c) Identi kasi organisasi pemimpin di satu wilayah 

Lihat yang terbaik dalam industri dan di negara mana pun. 

Konsultasikan pelanggan, pemasok, Analisa  keuangan, asosiasi 

perdagangan, dan majalah untuk menentukan perusahaan yang 

patut dipelajari. 

-- 232

d) Survei perusahaan untuk mengukur dan praktik 

Perusahaan menargetkan proses bisnis yang spesifik 

memakai  survei terperinci langkah-langkah dan praktik yang 

dipakai  untuk mengidentifikasi proses bisnis alternatif dan 

perusahaan terkemuka. Survei biasanya bertopeng untuk melindungi 

data rahasia oleh netral asosiasi dan konsultan. 

e) Mengunjungi “praktik terbaik” 

Untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan terdepan, 

perusahaan setuju untuk saling bertukar informasi yang bermanfaat 

bagi semua pihak dalam kelompok pembandingan dan berbagi hasil 

dalam kelompok. 

f) Melaksanakan praktik bisnis 

 Ambil praktik terdepan dan mengembangkan rencana 

implementasi yang meliputi identifikasi kesempatan khusus, 

pendanaan proyek, dan menjual ide-ide untuk organisasi untuk 

tujuan memperoleh nilai dari proses ini . 

2) Biaya benchmark

Pada dasarnya, benchmark yaitu proses yang cukup mahal, 

namun  banyak organisasi menemukan bahwa lebih dari membayar 

untuk dirinya sendiri. 

Biaya benchmark secara substansial dapat dikurangi dengan 

memanfaatkan sumber daya yang banyak bermunculan selama 

beberapa tahun terakhir. ini  bertujuan untuk menangkap standar 

dan praktik terbaik dari organisasi-organisasi, sektor bisnis, dan 

negara-negara untuk membuat proses pembandingan lebih cepat 

dan lebih murah. 

3) Jenis Benchmark

a) Process benchmarking 

Memulai perusahaan yang memfokuskan pengamatan dan 

investigasi proses bisnis dengan tujuan untuk mengidentifikasi 

dan mengamati praktik yang terbaik dari satu atau lebih patokan 

-- 233

perusahaan. Kegiatan Analisa  akan diperlukan dengan tujuan untuk 

membandingkan biaya dan efisiensi, semakin diterapkan pada proses 

back-office, yaitu saat  outsourcing dapat menjadi pertimbangan. 

b) Financial benchmarking 

Melakukan Analisa  keuangan dan membandingkan hasil dalam 

usaha  untuk menilai keseluruhan daya saing dan produktivitas. 

c) Benchmarking from an investor perspective 

Memperluas perspektif-pembandingan alam semesta untuk 

dibandingkan dengan perusahaan rekan yang dapat dianggap sebagai 

peluang investasi alternatif dari perspektif seorang investor. 

d) Performance benchmarking 

Inisiator memungkinkan perusahaan untuk menilai posisi 

kompetitif dengan membandingkan produk dan jasa dengan orang-

orang dari target perusahaan. 

e) Product benchmarking 

Proses merancang produk baru atau upgrade. Proses ini kadang-

kadang dapat melibatkan reverse engineering yang mengambil selain 

produk pesaing untuk menemukan kekuatan dan kelemahan. 

f) Strategic benchmarking

Melibatkan pengamatan cara orang lain bersaing. Jenis industri 

biasanya tidak spesifik, artinya yang terbaik yaitu melihat industri 

lain.

g) Functional Benchmarking 

Sebuah perusahaan akan memfokuskan perbandingan pada 

satu fungsi dalam rangka meningkatkan pelaksanaan fungsi tertentu. 

Fungsi kompleks, seperti sumber daya manusia, keuangan dan 

akuntansi, teknologi informasi dan komunikasi.

-- 234

Tampaknya tidak akan secara langsung dibandingkan efisiensi 

biaya dan syarat dan mungkin perlu dipisahkan dalam proses untuk 

membuat perbandingan yang valid. 

h) Best-in-class benchmarking 

Mempelajari pesaing terkemuka atau perusahaan yang terbaik 

melaksanakan fungsi tertentu. 

i) Operational benchmarking 

Merangkul segala sesuatu mulai dari staf dan produktivitas 

ke kantor Analisa  aliran dan prosedur dilakukan. 

b. Balanced Scorecard 

Balanced score card (BSC) yaitu sebuah alat manajemen kinerja 

strategis berupa laporan semistandar yang terstruktur dan didukung 

oleh metode desain yang teruji beserta alat-alat otomatisasi yang 

dapat dipakai  oleh para manajer untuk memantau pelaksanaan 

kegiatan oleh staf dalam kendali mereka dan memonitor konsekuensi 

yang timbul dari tindakan ini. 

Pemikiran balanced scorecard modern telah berkembang jauh 

sejak ide awal yang diusulkan pada akhir tahun 1980-an dan awal 

tahun 1990-an, termasuk alat-alat kinerja manajemen modern. Balanced 

score card secara signifikan ditingkatkan menjadi lebih fleksibel 

(sesuai dengan jangkauan jenis organisasi yang lebih luas) dan 

lebih efektif (metode desain juga telah berevolusi yang membuatnya 

menjadi lebih mudah untuk dirancang dan dipakai ). 

Desain dari balanced score card secara garis besar yaitu 

mengenai identifikasi beberapa kecil ukuran finansial dan non-

finansial dengan menyertakan target yang akan dituju, sehingga 

dilakukan untuk menentukan kinerja yang dapat memenuhi 

harapan. 

Idenya yaitu dengan mengetahui ini   maka manajer 

dapat fokus untuk memantau dan memperbaiki area kinerja 

yang menyimpang dari harapan. Mereka dapat didorong untuk 

-- 235

memusatkan perhatian di daerah-daerah ini  dan memicu 

perbaikan kinerja dalam bagian organisasi yang dipimpinnya.

Adapun langkah proses desain balanced score card, yaitu: 

1) menerjemahkan visi dalam tujuan operasional; 

2) mengomunikasikan visi dan menghubungkannya dengan 

kinerja perseorangan;

3) perencanaan bisnis, indeks pengaturan;

4) umpan balik dan pembelajaran, serta menyesuaikan strategi 

yang sesuai.

 Langkah-langkah di atas tidak hanya melampaui tugas 

sederhana untuk mengidentifikasi beberapa kecil keuangan dan 

non-ukuran finansial, namun  juga menggambarkan persyaratan 

untuk proses desain yang cocok dipakai  dalam berpikir tentang 

balanced score card yang dihasilkan akan mengintegrasikan dengan 

proses manajemen bisnis yang lebih luas. 

4. Konsep Aplikasi Total Quality Marketing (TQM)

TQM dapat diterapkan pada semua fungsi pemasaran dari 

setiap operasional bisnis. ini  perlu ditegaskan sebab  orang-

orang dalam industri jasa atau yang berada dalam fungsi pemasaran 

dan pelayanan pelanggan cenderung berpikir bahwa manajemen 

kualitas hanya diterapkan pada fungsi manufacturing dan yaitu  

tanggung jawab dari orang-orang dalam fungsi manufacturing.

Landasan dari total quality marketing yaitu konsep market-

in, bukan product-out yang harus diartikan sebagai menciptakan 

produk-produk yang mampu memberi  nilai bagi pelanggan 

untuk mencapai kepuasan total. 

Tenaga-tenaga pemasar termasuk manajer pemasaran tidak 

boleh mengeluh bahwa, “Kami dari bagian pemasaran tidak mampu 

menjual produk sebab  produk itu berkualitas jelek”. Pendekatan 

yang benar yaitu ikut berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan 

pengembangan produk sesuai dengan informasi kebutuhan pasar 

dan pelanggan yang ada. Dengan demikian, dalam TQM, fungsi 

-- 236

pemasaran harus yaitu  bagian integral dari TQM melalui 

total quality marketing.

Agar total quality marketing dan konsep-konsep TQM yang lain 

dapat berhasil, sikap mental berdasar  konsep market-in harus 

dipahami dan dihayati. 

Menurut Stowell (1995), filosofi dari total quality marketing 

yaitu “jangan mengecewakan pelanggan”. Untuk lebih jelasnya, 

mengenai filosofi jaminan kualitas dalam total quality marketing, 

sebagaimana diilustrasikan Stowell (1995) pada gambar 8.1 

berikut.

-- 237

If a defective product is sold, 

respond quickly

Do not pass on a bad product to the 

market or to subsequent stages in the 

process

Identify the quality that the 

customers (market) need

Maintain the quality in a product 

after it is sold

Build into a product the quality the 

customer need

Marketing maintenance

Test inspection

Design production

Research planning

Claim resolution

Put oneself in the customer’s position

Do not inconvenience the customer

Gambar 8.1 Filosofi Jaminan Kualitas dalam Total Quality Marketing

Sumber: Stowell (1995)

Pada prinsipnya jaminan kualitas berarti menentukan kebutuhan 

pelanggan, mengembangkan produk sesuai kebutuhan pelanggan, 

memastikan bahwa pelanggan hanya membeli produk-produk 

bebas cacat, melakukan pelayanan purna jual secara efektif dan 

-- 238

memastikan dan menjamin bahwa pelanggan akan memperoleh 

kepuasan melalui penggunaan produk itu.

Selanjutnya Stowell (1995) melaporkan bahwa lima praktik 

umum dari perusahaan yang menerapkan total quality in marketing 

yaitu sebagai berikut.

1) Komitmen Eksekutif

Komitmen eksekutif yaitu peningkatan yang sukses dalam 

pemasaran yang berhubungan langsung dengan komitmen jangka 

panjang dan partisipasi aktif dari tim manajemen, mulai dari 

eksekutif senior sampai eksekutif dan manajer-manajer pemasaran. 

Mereka menerapkan praktik keterampilan kepemimpinan kualitas 

yang kuat (strong quality leadership skills).

2) Mendengarkan Pelanggan

Mendengarkan pelanggan yaitu peningkatan dalam pemasaran 

yang diperoleh berdasar  pemahaman teliti dari kebutuhan dan 

umpan balik pelanggan tentang cara terbaik memenuhi kebutuhan 

pelanggan.

Dalam kasus pemasaran, pelanggan sering membutuhkan atau 

menginginkan aktivitas bernilai tambah lain yang dilakukan oleh 

fungsi pemasaran, bukan hanya nilai dari produk yang ditawarkan. 

Dengan demikian, metode-metode untuk menjaring kebutuhan 

dan umpan balik pelanggan secara periodik berdasar  survei 

tertulis, kontak melalui telepon, wawancara pribadi atau melalui 

kelompok fokus, pertemuan pelanggan, dan lainnya akan sangat 

bermanfaat.

3) Pendekatan Tim Kerja sama 

Pendekatan tim kerja sama telah umum diterima dalam fungsi 

pemasaran dari perusahaan yang sukses. Dalam banyak perusahaan 

sukses, orang-orang pemasaran selalu didukung oleh sekelompok 

orang lain, dan diakui sebagai bagian dari tim pemasaran. Tim 

pemasaran ini berkontribusi secara langsung terhadap proses 

peningkatan kualitas melalui partisipasi internal, penyelesaian 

-- 239

masalah lintas fungsi (cross functional problem solving) dan partisipasi 

aktif dalam tim peningkatan proses (process improvement teams).

4) Berfokus pada Proses

Berfokus pada proses artinya mengidentifikasi kebutuhan, 

mengembangkan solusi, membuat proposal, memasukkan pesanan 

pelanggan, memperoleh bahan baku, memproduksi, menyerahkan 

produk ke pelanggan, yaitu  sekuen aktivitas yang menghasilkan 

output dan hal itu didefinisikan sebagai proses. 

Banyak aktivitas dalam proses yang yaitu  tanggung 

jawab dari fungsi pemasaran. Semua aktivitas itu berpotensi untuk 

meningkatkan kualitas, sehingga mencapai hasil berupa penurunan 

kesalahan, waktu siklus menjadi lebih pendek (shorter cycle time), 

peningkatan kepuasan pelanggan, dan peningkatan penjualan.

5) Organisasi Terbuka 

Organisasi terbuka, yaitu perusahaan yang berhasil dalam 

meningkatkan pangsa pasar biasanya  mengakui bahwa 

keterbukaan, terutama menyesuaikan praktik manajemen dengan 

cara-cara perilaku pembelian dari pelanggan akan memberi  

manfaat luar biasa dalam peningkatan penjualan. Praktik manajemen 

organisasi dilakukan berdasar  fakta serta berorientasi pada 

pasar dan pelanggan.

Contoh perusahaan yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip 

total quality marketing yaitu IBM. Aplikasi konsep-konsep TQM 

dalam bisnis IBM berdasar  tiga nilai utama, yaitu respect for the 

individual, customer service, dan excellence in all that is done.

Salah satu elemen penting dari manajemen kualitas terpadu 

(total quality management = TQM) yaitu membuat keputusan 

berdasar  data (fakta), bukan berdasar  opini. Data diperoleh 

melalui pengukuran performansi kualitas. Pengukuran kualitas 

paling sedikit akan memberi  dua manfaat untuk pembuatan 

keputusan, yaitu informasi tentang status performansi bisnis saat 

sekarang, dan identifikasi untuk perbaikan performansi bisnis.

-- 240

1. Persyaratan Kondisional dalam Pengukuran Kualitas

Beberapa kondisi yang diperlukan untuk mendukung 

pengukuran kualitas yang sahih (valid) adalah:

a. harus dimulai pada permulaan program;

b. dilakukan pada sistem secara keseluruhan; 

c. dimulai sejak adanya gagasan untuk membuat produk sampai 

masa berakhir penggunaan produk itu;

d. melibatkan semua individu yang terlibat dalam proses;

e. sebab  pengukuran kualitas berorientasi pada proses kerja, 

seyogianya tanggung jawab dari pengukuran kualitas berada 

pada setiap individu yang terlibat dalam proses kerja pada 

sistem itu;

f. dapat memunculkan data yang ditampilkan dalam bentuk peta, 

diagram, tabel, hasil perhitungan statistik, dan lain-lain;

g. pengukuran kualitas yang menghasilkan informasi utama 

seharusnya dicatat tanpa distorsi, yang berarti harus akurat;

h. perlu adanya komitmen secara menyeluruh untuk pengukuran 

performansi kualitas dan perbaikannya;

i. dapat diuraikan dalam batas-batas yang jelas sehingga tidak 

tumpang-tindih dengan program yang lain.

2. Pengukuran Performansi Kualitas pada Tiga Tingkat

Pengukuran performansi kualitas dapat dilakukan pada tiga 

tingkat, yaitu sebagai berikut.

a. Pengukuran pada tingkat proses mengukur setiap aktivitas 

dalam proses dan karakteristik input yang diserahkan oleh 

pemasok (supplier) yang mengendalikan karakteristik output 

yang diinginkan. Contoh, lamanya waktu menjawab panggilan 

telepon, persentase material cacat yang diterima dari pemasok, 

siklus waktu produk, banyaknya inventori barang setengah 

jadi, dan lain-lain.

-- 241

b. Pengukuran pada tingkat output mengukur karakteristik 

output yang dihasilkan dibandingkan dengan spesifikasi 

karakteristik yang diinginkan pelanggan. Contoh, banyaknya 

unit produk yang tidak memenuhi spesifikasi tertentu yang 

ditetapkan (banyak produk cacat), kualitas dari produk yang 

dihasilkan, dan lain-lain.

c. Pengukuran pada tingkat outcome, mengukur cara suatu produk 

memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Contoh, 

banyaknya keluhan pelanggan yang diterima, banyaknya 

produk yang dikembalikan oleh pelanggan, tingkat ketepatan 

waktu penyerahan produk sesuai dengan waktu yang dijanjikan, 

dan lain-lain.

3. Aspek-aspek yang Perlu Diukur dalam Program 

Pengukuran Kualitas

Dalam melaksanakan pengukuran performansi kualitas, pada 

dasarnya harus memperhatikan aspek internal dan aspek eksternal 

dari suatu organisasi. Dalam organisasi bisnis, aspek internal dapat 

berupa tingkat kecacatan produk, biaya-biaya sebab  kualitas jelek 

(non-quality cost