Tampilkan postingan dengan label merger akusisi d. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label merger akusisi d. Tampilkan semua postingan

merger akusisi d

eksekutif perusahaan dan pemegang saham susaha  tidak ada 
benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak-pihak 
yang menjalankan kegiatan usaha perusahaan;
 Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap 
perusahaan sebab mereka juga yaitu pemilik perusahaan 
dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja 
perusahaan;
 Menarik, mempertahankan, dan memotivasi (attract, retain, and 
motivate) pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan 
shareholders’ value.
 Mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan dalam jangka 
panjang melalui kompensasi yang dikaitkan dengan ukuran kinerja 
perusahaan atau shareholder’s value.
Mini CASE 1 – Clif Bar & Company
Pada tanggal 17 Juni 2010, Clif Bar & Company mengumumkan bahwa 
mereka sedang menyiapkan sebuah ESOP. Didirikan pada tahun 1992, 
perusahaan ini memiliki 246 karyawan dan yaitu perusahaan energybar pertama yang menerapkan prinsip organik pada tahun 2003. Dikenal 
untuk produk-produknya unik dan pertumbuhan yang signifi kan.Pada tahun 2000, pemilik dari Clif Bar yaitu suami dan istri Gary 
Erickson dan Kit Crawford, telah mempertimbangkan cara untuk melindungi 
perusahaan dari proses akuisisi oleh perusahaan besar. Erickson menulis 
dalam bukunya Raising the Bar tentang negosiasi dengan salah satu investor 
besar. Namun dia memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan yang 
hampir fi nal. Berbeda dengan transaksi ESOP pada umumnya, di mana desain 
ESOP berasal dari kebutuhan untuk memenuhi perencanaan keuangan 
penjual, namun ESOP yang diterapkan Clif Bar tumbuh dari kebutuhan 
untuk memberi  manfaat secara berkelanjutan baik bagi karyawan. ESOP 
berangkat dari lima aspirasi perusahaan, yakni mempertahankan karyawan, 
bisnis, merek, masyarakat, dan planet. Sebelumnya perusahaan telah 
mempertimbangkan pendekatan lain, seperti phantom stock, traditional pension 
plan, dan stock options, tapi dengan cepat memutuskan bahwa ESOP yaitu 
solusi terbaik. Erickson mengatakan, “dengan melakukan ini kami akan 
terus memiliki kebebasan dan fl eksibilitas untuk membangun bisnis yang 
berkelanjutan dengan fokus jangka panjang untuk generasi mendatang.”
Pendekatan dengan mengutamakan karyawan sebagai dasar desain 
ESOP telah menciptakan sebuah proses perencanaan yang sangat berbeda, 
dimana Mary Josephs dari Evergreen Private Capital menyebutnya 
sebagai “reverse engineering” dan Marilyn Marchetti dari GreatBanc Trust 
mengatakan bahwa cara ini  unik dibandingkan dengan ratusan 
ESOPs dia telah tangani. Perusahaan mulai proses perencanaan dengan 
penelitian yang luas, termasuk kunjungan ke perusahaan Clif sendiri. Tim 
ESOP mengeksplorasi hal yang menjadi isu dan motivasi utama atas ESOP 
ini, dimana menghasilkan skenario terbaik untuk kepentingan karyawan. 
Tim berusaha untuk menyeimbangkan manfaat ESOP bagi karyawan lama 
dan juga karyawan baru bahkan calon karyawan yang akan masuk ke Clif. 
Hasilnya yaitu ESOP 20% dengan rumus alokasi yang inovatif. Dalam 
tiga tahun pertama, kontribusi ESOP akan dialokasikan pada sistem poin, 
dengan nilai atas satu poin yaitu $ 100 dan maksimal 100 poin untuk setiap 
tahun yang dapat di distribusikan kepada karyawan. 
Mini CASE 2 – NCR Corporation & ATT (American Telephone and 
Telegraph)-Adapatasi dari Thomas & Linda (1995)
NCR Corporation yaitu perusahaan yang didirikan pada tahun 1884. 
Perusahaan ini bergerak pada bidang teknologi pada produk sektor fi nansial
dan retail, serta bergerak di bidang layanan perawatan IT terbesar. Produkproduk utamanya yaitu terminal point of sale, ATM, sistem pemrosesan cek, 
pemindai kode bar, dan berbagai barang-barang habis pakai (consumable).
Pada tahun 1989 dan 1990 pendapatan hanya meningkat 2% dan 
pendapatan operasional sebelum pajak mengalami penurunan. Harga saham 
NCR berada pada titik terendah selama tiga tahun. Baik dari sisi fi nansial 
maupun budaya perusahaan, AT&T menganggap NCR sebagai perusahaan 
yang tepat untuk dilakukan akuisisi.
American Telephone and Telegraph (AT&T) yaitu perusahaan yang 
menyediakan jasa telekomunikasi Internet, suara, video, data, dan jasa 
profesional lainnya untuk bisnis, rumah tangga, dan lembaga pemerintah 
yang didirikan pada tahun 1885. Pada tahun 1984 AT&T memperluas 
pasarnya dengan menjual peralatan komputer dimana AT&T menganggap 
masa depan terletak pada menghubungkan telekomunikasi dan operasi 
komputer. Namun, keputusan itu tidak memberi keuntungan yang 
diharapkan perusahaan sehingga pada tahun 1990 AT&T memutuskan 
melakukan akuisisi dan menargetkan NCR Corporation. Berikut yaitu 
kronologis peristiwa AT&T dalam mengakuisisi NCR Corporation.
Date Kejadian
November 11, 
1990
AT&T memberi  proposal pada NCR mengenai dirinya 
yang ingin membeli seluruh saham biasa dalam merger 
bebas senilai $85 per saham dari harga $47.25 per saham dan 
pemegang saham dijanjikan menerima kenaikan 140% dari 
deviden.
Dec. 3, 1990 Dewan direksi NCR menolak proposal ini  dan 
mengatakan perusahaan memilih tetap independen. 
AT&T mengadakan penawaran pada NCR pada harga $90 
per share dengan total penawaran $6.04 miliar, namun NCR 
menolak tawaran ini  kecuali AT&T menawarkan tidak 
kurang dari $125 per saham. 
Dec.6, 1990 AT&T memulai penawaran tender untuk membeli 
semua saham biasa dengan harga $90 secara tunai. NCR 
merekomendasikan para pemegang saham nya untuk 
menolak tawaran ini .
Jan. 14, 1991 Sekitar 70% saham biasa NCR dilelang pada AT&T
Jan. 21, 1991 AT&T meminta untuk diadakannya rapat pemegang saham 
NCR dimana dalam rapat ini  AT&T ingin mengganti 
dewan direksi NCR dengan dewan pilihannya.
Feb. 20, 1991 NCR menerapkan ESOP dengan kontrol sekitar 8% hak suara 
dan menerbitkan 5,509,641.873 saham preferen ke ESOP 
dengan harga $90.75 per share yang secara keseluruhan 
berjumlah $500 juta. Setiap saham preferen ini  dapat 
dikonversikan menjadi 8/10 saham biasa. Kesepakatan di 
NCR Corp. menyatakan keputusan tidak atau dilakukannya 
pengambilalihan tergantung 80% voting pemegang saham. 
NCR diduga memakai  ESOP untuk memenuhi 
presentase voting untuk mencegah pengambilalihan.
March 1, 1991 AT&T melihat ESOP sebagai halangan, sehingga AT&T 
mengumumkan akan menaikkan penawarannya menjadi 
$100 per lembar saham jika NCR mau menegosiasikan 
kesepakatan merger, namun NCR kembali menolak tawaran 
ini .
March 19, 1991 Pengadilan federal menyatakan ESOP dalam perusahaan 
tidak valid dan tidak boleh diterapkan, serta melarang saham 
preferen NCR yang baru (saham wali ESOP) masuk dalam 
pemungutan suara pada rapat pemegang saham tanggal 28 
Maret 1991. Hal ini dikarenakan NCR memiliki keterbatasan 
informasi mengenai kejelasan saham ESOP yang ia terbitkan. 
Informasi yang disembunyikan antara lain:
Opini independen dari bank investasi atau ahli keuangan 
tentang penerbitan saham preferen.
Disebutkan adanya manfaat yang diperoleh karyawan NCR 
dan departemen sumber daya sebagai bukti adanya ESOP.
Informasi dalam sisi pajak dan implikasinya dalam akuntansi 
dari pengadopsian ESOP.
Pendapat sah yang menyatakan penerbitan saham untuk 
ESOP diterbitkan secara sah, dibayar penuh, dan tidak wajib 
pajak.
Biaya ESOP dan kemungkinan pembiayaan ESOP di masa 
depan.
Keterangan ahli hukum bahwa saham ESOP tidak 
berdampak dalam memperoleh voting yang cukup tanggal 
28 Maret nanti.
March 27, 1991 NCR menurunkan asking price dari $125 per saham menjadi 
$110.
April 19, 1991 AT&T meningkatkan penawarannya menjadi $110 per 
saham, tanpa negosiasi dengan harga $7.48 miliar.
Sept 13, 1991 Pemegang saham NCR menyetujui untuk dilakukannya 
merger
Sept 19, 1991 Merger antara NCR dan AT&T sukses terjadi dengan AT&T 
menerbitkan 184.5 juta saham untuk merger. Dua tahun 
kemudian, merger antara AT&T dan NCR bubar dikarenakan 
NCR tidak memberi  keuntungan yang diharapkan AT&T.
Pada tahun 1986, NCR Corp. mulai mempertimbangkan ESOP sebagai 
salah satu cara takeover defense saat  menghadapi masalah  pengambilalihan. 
NCR Corp. memikirkan untuk membeli 250.000 saham, namun lalu 
ide itu ditinggalkan sebab dilihat ESOP tidak memberi  dampak yang 
signifi kan sebagai takeover defense. Pembahasan tentang ESOP kembali 
dipertimbangkan pada tahun 1988, sekali lagi ide itu ditolak sebab direksi 
beranggapan ESOP tidak tepat dipakai  saat itu dimana mereka masih 
menetapkan jaminan manfaat pensiun untuk karyawan yang dipekerjakan 
sebelum Mei 1985 dan mereka tidak punya alasan yang kuat untuk mengubah 
jaminan manfaat pensiun yang sudah ada. Studi tentang ESOP dihentikan 
sampai sesudah AT&T menargetkan NCR Corp. sebagai perusahaan target 
akuisisi. 
Pada Desember 1990 penerapan ESOP kembali dipertimbangkan. 
Sekali lagi, ESOP dipakai  NCR Corp. untuk takeover defense bukan sebagai 
opsi manfaat karyawan. Direksi berkomitmen akan menerapkan ESOP 
untuk membagikan saham pada karyawan sebelum record date, 1 Maret 
1990 diadakan rapat direksi untuk menjelaskan tujuan penerapan ESOP 
dan didokumentasikan dalam ‘Board Books’ yang diberikan pada direktur 
di luar manajemen. Namun, dalam dokumentasi ini  tidak dijelaskan 
secara detail tujuan ESOP melainkan menunjukkan dampak ekonomi 
secara umum pada perusahaan. Direksi dan direktur di luar manajemen 
menyetujuinya dan pada bulan Februari 1991.
Pada 20 Februari 1991, NCR Corp. menerapkan ESOP dengan kontrol 
sekitar 8% hak suara dan menerbitkan 5,509,641.873 saham preferen untuk 
ESOP dengan harga $90.75 per saham yang secara keseluruhan berjumlah 
$500 juta. Setiap saham preferen ini  dapat dikonversikan menjadi
8/10 saham biasa dengan harga $113.4375 per saham biasa. Setiap saham 
preferen ini  dapat dikonversikan menjadi 8/10 saham biasa. Satu 
saham preferen itu dipakai  untuk 24,000 karyawan yang dianggap layak 
untuk berpartisipasi. 
Sumber pendanaan saham ESOP NCR Corp. berasal dari pinjaman 
bank dimana nantinya dana ini  akan dilunasi perusahaan. Trustee akan 
mengganti pembayaran ini  selama 25 tahun. Penerbitan saham ESOP 
memicu terjadinya delutif saham yang menimbulkan kerugian bagi 
kekayaan pemegang saham.

Kebangkrutan juga dapat menjadi alat pendanaan yang kreatif bagi 
perusahaan. Re-organisasi melalui proses kebangkrutan dapat 
memberi  benefi t yang unik. ada  dua bentuk utama dari 
kegagalan bisnis, yaitu kegagalan fi nansial dan kegagalan ekonomi. Diantara 
dua bentuk kegagalan ini , kegagalan ekonomi lebih bermakna ambigu. 
Kegagalan ekonomi dapat berarti bahwa perusahaan mengalami kerugian, 
yaitu pendapatan lebih kecil dibandingkan  biaya. Kegagalan ekonomi juga dapat 
berarti tingkat pengembalian investasi (ROI) lebih kecil dari cost of capital. 
Bahkan kegagalan ekonomi juga dapat berarti pengembalian aktual yang 
diperoleh sebuah perusahaan lebih kecil dibandingkan yang diperkirakan 
sebelumnya. Penggunaan istilah-istilah ini sangat berbeda dan mengaburkan 
situasi dimana sebuah perusahaan tidak mengalami keuntungan, seperti 
masalah  dimana perusahaan memperoleh keuntungan namun tidak sebesar 
yang diharapkan. Kegagalan fi nansial memiliki defi nisi yang lebih jelas dan 
tidak ambigu. Yang dimaksud dengan kegagalan fi nansial yaitu perusahaan 
tidak memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban saat ini.
masalah  kebangkrutan terbesar di Amerika yaitu Lehman Brother 
dengan aset sebesar 649 miliar dollar, diikuti oleh Worldcom (103.9 miliar 
dollar) dan Enron (63,4 miliar dollar). Fakta bahwa bank investasi yang 
telah beroperasi lebih dari 100 tahun dapat gagal begitu cepat mengejutkan 
banyak pihak. Banyak institusi keuangan berinvestasi besar-besaran pada 
Real Estate dan investasi yang berhubungan dengan hipotek. Lehman, yang
dijalankan oleh Dick Fuld selaku CEO telah membeli penerbit hipotek, 
seperti Aurora Loan Services dan membantu merubahnya menjadi salah 
satu pemain terbesar di pasar hipotek Alt A. Mereka juga membeli penerbit 
hipotek lainnya atas nama BNC. Lehman memakai  extreme leverage
untuk mendanai investasi jangka panjangnya pada puncak pasar. saat  
pasar hipotek menurun, banyak investor mulai melepas saham Lehman. Saat 
harga saham mulai turun, Fuld mungkin masih dapat menjual perusahaan 
dengan sejumlah nilai positif pada awalnya, namun ia menambah 
kesalahannya dengan menolak menerima nasib Lehman dan menerima 
kesepakatan terbaik dengan pemegang saham. Hasilnya yaitu Lehman 
Brother kini tak lagi ada, meskipun lini bisnisnya saat ini dimiliki Barclay’s.
 pemicu  KEGAGALAN BISNIS
Dun & Bradstreet (2012) melakukan penelitian besar terkait dengan 
kebangkrutan bisnis dan menemukan beberapa faktor di bawah ini yang 
menjadi pemicu  terjadinya kebangkrutan dalam bisnis. 
Tabel 8.1 prosentase organisasi yang mengalami kebangkrutan. 
Lama beroperasi Persentase (%) 
Satu tahun atau kurang 10.7 
Dua tahun 10.1 
Tiga tahun 8.7 
 Total tiga tahun atau kurang 29.5 
Empat tahun 7.8 
Lima tahun 7.0 
 Total lima tahun atau kurang 44.3 
 Total enam sampai sepuluh thn 23.9 
 Lebih dari sepuluh tahun 31.8 
 100.0 

 Aspek Ekonomi.pemicu  perusahaan jatuh dalam kebangkrutan 
dapat terdiri dari beberapa faktor. Seringkali dipicu perusahaan 
mengadopsi business model yang buruk, dipimpin oleh manajemen yang 
tidak efi sien, atau bekerja dengan struktur modal yang tidak berjalan 
dengan baik. Kondisi ekonomi yang buruk secara keseluruhan atau pada 
pasar tertentu dimana bisnis beroperasi umumnya menjadi pemicu  kebangkrutan. ada  periode tertentu dimana konsumsi konsumen 
berkurang dan berdampak pada rendahnya pendapatan. Pergeseran 
preferensi konsumen juga dapat menjadi pemicu  lainnya. Sebagai 
contoh, seorang pemilik usaha kecil yang memiliki toko musik terpaksa 
menutup toko jika pelanggan mulai lebih memilih download digital, 
bukan CD. Persaingan dengan perusahaan lebih besar juga yaitu 
faktor pasar lainnya yang dapat membuat kecilnya revenue perusahaan 
dan membawa pada kebangkrutan.
 Aspek Keuangan. Faktor lainnya yaitu pendanaan perusahaan. 
Pendanaan yaitu salah satu tantangan utama yang dihadapi bisnis skala 
kecil. Banyak pemilik bisnis memakai  pinjaman untuk mendanai 
operasinya. saat  bisnis mengalami kesulitan, peminjam mungkin 
tidak mau memberi  dana tambahan yang dapat berdampak pada 
kebangkrutan. Meskipun pemilik dapat menambah pendanaan untuk 
menyelamatkan perusahaan dalam jangka pendek, jumlah hutang yang 
tinggi membuat perusahaan sulit memperoleh profi t sebab kewajiban 
membayar bunga pinjaman.
 Faktor pengalaman dan tatakelola. Kurangnya perencanaan juga 
dapat membawa pada keputusan yang salah dan kegagalan bisnis. 
Contohnya, seorang pemilik bisnis yang mengeluarkan uang dan waktu 
mengembangkan sebuah produk tanpa melakukan survey customer dan 
mempelajari biaya produksi untuk melihat apakah produk ini  dapat 
menghasilkan profi t. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam 
bidang keuangan dan manajemen dapat meningkatkan kecenderungan 
pengambilan keputusan yang buruk. Namun, tentu saja, tidak ada 
perusahaan yang tidak pernah mengambil keputusan yang salah.
Kegagalan bisnis juga dapat dipicu struktur tata kelola perusahaan yang tidak ideal dalam organisasi. Kegagalan untuk mengadopsi 
model tata kelola perusahaan yang ideal akan berdampak pada board of director yang pasif dan dapat mempercepat kebangkrutan perusahaan. Sebaliknya, tata kelola perusahaan yang tepat dapat mencegah perusahaan jatuh 
dalam kebangkrutan. Tentunya, beberapa studi telah menunjukkan hubungan kuat antara kinerja perusahaan dengan tata kelola perusahaan yang 
efektif. Board independence dan equity ownership beserta tata kelola yang baik 
dapat menciptakan lingkungan dimana manajemen dapat dimonitor secara 
efektif dan kebangkrutan secara umum dapat dihindari.Namun apa yang terjadi saat  perusahaan telah mengalami 
kebangkrutan? Secara tradisional, restrukturasi fokus pada reformasi 
fi nansial dan manajerial, mengabaikan isu yang tidak kalah penting, yaitu 
tata kelola perusahaan. Perhatian pada tata kelola padahal dapat memberi 
manfaat besar saat  perusahaan hendak bangkit dari kebangkrutan. 
Struktur tata kelola yang baik menjadikan aktivitas monitoring lebih baik, 
meningkatkan akuntabilitas manajerial, dan meningkatkan kinerja jangka 
panjang.
Kisah kebangkrutan Loewen Group yaitu salah satu ilustrasi 
penting mengenai pentingnya tata kelola yang tepat, baik sebelum 
maupun sesudah kebangkrutan. Sebelum kebangkrutan, Loewen seringkali 
mengeksekusi strategi bisnis yang buruk dan lalu mengajukan 
perlindungan kebangkrutan kepada pengadilan, sistem monitoring 
manajemen yang tidak efektif oleh jajaran direksi juga memperparah 
pengeksekusian strategi bisnis ini. Dalam kebangkrutannya, sebagai 
tambahan terhadap restrukturasi keuangan dan manajerial, Alderwoods 
Group (perusahaan suksesor) mengadopsi beberapa rangkaian reformasi 
tata kelola perusahaan yang didesain untuk merehabilitasi bisnis dan 
mencegah kegagalan kembali. 
Loewen Group sendiri yaitu pemain utama dalam pasar rumah duka 
dan pemakaman. Pada tahun 1998, Loewen memiliki dan mengoperasikan 
1115 rumah duka dan 427 pemakaman di Amerika Utara. Bisnis ini lalu 
berkembang pesat melalui rangkaian akuisisi pada akhir 1980 hingga 1990an. 
Untuk membiayai akuisisi ini, perusahaan menambah jumlah hutangnya 
secara signifi kan, berakibat pada arus kas negatif. Akibatnya, berbagai 
tuntutan hukum diajukan melawan Loewen Group pada pertengahan 
1990an. Loewen lalu mengisi petisi untuk perlindungan creditor 
pada 1 Juni 1999. Rencana reorganisasi disetujui akhir 2001 dan perusahaan 
berkembang dibawah Alderwoods Groups, Inc.
pemicu  kebangkrutan lainnya dapat dipicu lokasi bisnis yang 
buruk, kehilangan karyawan kunci, tuntutan hukum oleh kompetitor, dan 
personal issue seperti sakit atau perceraian. Bencana yang tidak terduga 
dan perbuatan kriminal seperti banjir, badai, kebakaran, pencurian dan 
kecurangan juga dapat membawa pada kebangkrutan Faktor Fraud. Fraud yang ada terjadi dalam perusahaan juga dapat 
memicu suatu perusahaan mengalami kebangkrutan. Fraud
secara umum dapat diartikan sebagai kesalahan yang secara sengaja 
dilakukan, dengan tujuan untuk menghilangkan atau mengambil hak 
pihak lain atau menguntungkan diri sendiri (Arens, Elder, & Beasly, 
2012). Sehingga secara singkat dapat dikatakan fraud yaitu tindakan 
penipuan dengan tujuan untuk menguntungan salah satu pihak. Salah 
satu contoh kebangkrutan sebab fraud yaitu skandal Enron dengan 
KAP (kantor akuntan pubilk) Arthur Anderson yang terjadi pada 2001-
2002.
Enron yaitu perusahaan hasil merger antara InterNorth dan Houston 
Natural Gas pada tahun 1985. Waktu itu Enron yaitu perusahaan 
pada industri energi. Dalam perkembangannya, Enron tumbuh menjadi 
pemain utama dalam industri energi di Amerika dan di dunia. Bersamaan 
dengan hal ini  Enron juga melakukan diversifi kasi ke berbagai industri 
lain, sehingga menjadikan dirinya perusahaan konglomerasi. Enron yang 
yaitu perusahaan terbuka dan listing di bursa saham Amerika 
memilih KAP Arthur Anderson sebagai auditor laporan keuangannya. 
Arthur Anderson sendiri yaitu salah satu big fi ve KAP di dunia. 
Pada kondisi normal Arthur Anderson bertugas utnuk memeberikan 
keyakinan bahwa laporan keuangan yang diterbitkan oleh Enron yaitu 
wajar sesuai kondisi perusahaan.
Fraud yang dilakukan oleh Enron yaitu melakukan penipuan 
terhadap laporan keuangan perusahaannya sendiri. Pada laporan keuangan 
tahun 1997-2001 Enron melakukan penipuan, dengan melaporan perusahaan 
mampu menghasilkan laba. sedang kenyataannya perusahaan 
mengalami kerugian. Salah satu penipuan terbesar Enron yaitu pada tahun 
2001 Enron mencatatkan memperoleh laba bersih sebsear $393 juta atau 
naik $100 juta dari tahun sebelumnya. SEC (Securities Exchange Commission) 
selaku pengawas pasar modal Amerika mencurigai ketidakberesan dalam 
Enron, dan membentuk tim investigasi. Tidak lama sesudah SEC bergerak, 
Enron mengeluarkan revisi laporan keuangannya selama 5 tahun. Dalam 
revisi ini , Enron secara total membubuhkan kerugian sebesar $586 juta 
serta mengalami penambahan hutang sebesar $2,5 miliar.Harga saham Enron yang sebelumnya berada pada sekitar level $30 
perlembar saham turun menjadi beberapa dolar saja, dan bahkan menjadi 
puluhan sen, hingga dikeluarkan dari lantai bursa saham Amerika. 
Pada Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke 
pengadilan dan memecat kurang lebih 5.000 pegawainya. Dalam waktu 
berdekatan ditemukan juga bahwa Enron tidak melaporkan hutangnya 
sebesar 1 miliar dolar Amerika sehingga mengurangi laba ditahan Enron 
sebesar nilai yang sama. 
Fraud oleh Enron ini juga menyeret Arthur Anderson dalam kondisi 
kebangkrutan. Arthur Anderson diputuskan bersalah oleh pengadilan 
Amerika sebab dengan sengaja menghilangkan barang bukti (berkasberkas audit Enron) sehingga memicu penghambatan dalam 
penyelidikan Enron. Arthur Anderson juga terbukti melakukan prosedur 
audit salah sehingga menghasilkan opini audit yang tidak tepat untuk 
laporan kuangan Enron. Arthur Anderson terus mengalami konsekuensi 
negatif seperti kehilangan klien-klien auditnya, pembelotan affi liasi kepada 
KAP lain, dan larangan bertransaksi terhadap semua fungsi pemerintahan 
Amerika. Dengan kondisi seperti ini Arthur Anderson akhirnya menyatakan 
kebangkrutan. 
 RESTRUKTURISASI VS LIKUIDASI
Tujuan dari reorganisasi dalam Bankruptcy Code yaitu memperbolehkan 
rencana re-organisasi untuk dikembangkan yang memungkinkan 
perusahaan melanjutkan operasinya. Rencana ini berisi perubahan dalam 
perusahaan yang dipercaya perlu untuk mengubah perusahaan agar dapat 
memperoleh keuntungan. Jika rencana untuk mewujudkan operasi yang 
menguntungkan tidak dapat diformulasikan, maka perusahaan harus 
dilikuidasi dengan menjual asset dan memakai nya untuk membayar 
kewajiban perusahaan.
 PENELITIAN JIM COLLINS
Banyak perusahaan-perusahaan terbesar dalam sejarah telah jatuh. Sejarah 
menunjukkan berulang kali bahwa yang berkuasa dapat mengalami 
kehancuran. Kerajaan Mesir, dinasti Chou, suku Maya – semuanya mengalami kejatuhan. Kejatuhan di analogikan sebagai penyakit, misalnya 
kanker, yang dapat bertumbuh di dalam saat  anda masih terlihat kuat dan 
sehat dari luar. Jim Collins (2011) dalam bukunya yang terkenal berjudul 
“How the mighty fall and why some companies never give in”melihat kejatuhan 
dan kemunduran dalam institusi seperti penyakit yang bertahap. Lebih sulit 
dideteksi tetapi lebih mudah disembuhkan pada tahap awal, lebih mudah 
dideteksi tapi lebih sulit disembuhkan pada tahap selanjutnya. Sebuah 
institusi dapat terlihat kuat di luar, namun ternyata sudah sakit di dalam.
Kenyataannya, setiap institusi rentan, sebagaimanapun hebatnya. 
Tidak peduli seberapa banyak yang telah dicapai, tidak peduli sejauh 
mana telah berjalan, tidak peduli seberapa kekuatan yang dimiliki, setiap 
institusi rentan untuk mengalami kejatuhan. Tidak ada hukum alam yang 
mengatakan yang kuat akan selalu berada di atas. Setiap institusi berpeluang 
untuk jatuh, dan kebanyakan memang mereka mengalami kejatuhan.
Jim Collins melakukan research yang fokus pada 2 pertanyaan, 
apa yang terjadi sampai titik dimana penurunan mulai terlihat, dan apa 
yang dilakukan perusahaan saat  mereka mulai jatuh? Penelitiannya 
menghasilkan sebuah model, yang terdiri dari 5 tahapan yang berurutan.
Tahap 1: Hubris born of success
Pada tahap ini, organisasi menjadi sombong, menganggap keberhasilan 
yaitu hak mereka, dan melupakan faktor sesungguhnya yang 
menjadi pemicu  kesuksesan. Yang dimaksud dengan hubris yaitu tidak 
menghargai potensi yang tersisa dari primary fl ywheel. Atau lebih buruk, 
mengabaikan fl ywheel sebab bosan, dan mengalihkan perhatian ke hal besar 
lainnya dengan keyakinan yang arogan bahwa keberhasilan ini  akan 
berlanjut secara otomatis.
jika anda sedang bingung antara melanjutkan komitmen pada apa 
yang membuat anda berhasil dan hidup dalam ketakutan tentang apa yang 
akan datang, tanyakan pada diri anda 2 pertanyaan ini:
1) Apakah primary fl ywheel akan menghadapi kejatuhan yang tidak 
terelakkan dalam 5 tahun atau 10 tahun lalu sebab tekanan yang 
diluar kendali anda; akankah primary fl ywheel menjadi tidak mungkin bertahan menjadi yang terbaik di dunia meskipun didukung dengan 
mesin ekonomi yang kuat?
2) Apakah anda telah kehilangan gairah terhadap primary fl ywheel anda?
jika anda menjawab tidak pada pertanyaan-pertanyaan di atas, 
maka lanjutkan untuk mendorong primary fl ywheel anda dengan intensitas 
seperti yang anda lakukan pada saat pertama kali memulainya. Namun 
tentu saja anda tetap membutuhkan eksperimen yang berkelanjutan dengan 
ide-ide baru sebagai mekanisme untuk menstimulasi pertumbuhan dan 
sebagai batasan terhadap masa depan yang tidak pasti.
Yang penting di sini bukanlah sesederhana seperti ‘mereka gagal 
sebab mereka tidak berubah.’ Perusahaan yang berubah secara konstan 
namun tanpa rasional yang konsisten akan jatuh sama seperti perusahaan 
yang tidak berubah sama sekali.
Saat Jim Collins dan Jerry Porras melakukan survey terhadap 165 CEO 
pada 1989, mereka memilih Motorola sebagai perusahaan paling visionary 
di dunia. Di antara 18 perusahaan visionary yang diteliti saat itu, Motorola 
mendapat nilai tertinggi pada beberapa dimensi, seperti core values, kemauan 
untuk bereksperimen, management continuity, dan mekanisme untuk self 
improvement. Namun pada pertengahan 1990an, kesuksesan Motorola 
membuatnya menjadi arogan. Pada 1995, eksekutif Motorola mengeluarkan 
StarTAC cellphone, cellphone terkecil di dunia, dengan desain menawan dan 
unik. Hanya satu masalahnya, StarTAC memakai  teknologi analog 
saat operator wireless menuntut teknologi digital. Respon Motorola adalah, 
Motorola mengatakan pada perusahaan operator, seperti Bell Atlantic, jika 
menginginkan StarTAC, maka mereka harus menyetujui syarat Motorola: 
Sebagian besar dari telepon mereka harus memakai  Motorola dan harus 
mempromosikan Motorola dengan stand alone display. Hal ini membuat 
Bell Atlantic terganggu dengan sikap arogan Motorola. Arogansi Motorola 
lalu membuka celah bagi kompetitor dan membuatnya jatuh dari 
posisi no. 1 pembuat telepon di dunia, dari 50% market share menjadi 17% 
pada 1999.
Tahap 2: Undisciplined pursuit of more
Pada tahap ini, organisasi menyimpang dari disiplin yang membawa 
mereka pada kejayaan pada awalnya. saat  organisasi bertumbuh melebihi kemampuan untuk mengisi posisi kunci dengan orang yang tepat, mereka 
telah merancangkan sebuah kejatuhan. Meskipun tidak mau berubah dapat 
berbahaya bagi perusahaan yang berhasil, namun overreaching seringkali 
lebih menjadi pemicu  perusahaan yang berhasil mengalami kejatuhan.
Yang dimaksud dengan tidak disiplin yaitu mengambil tindakan 
yang tidak konsisten dengan core value; berinvestasi besar pada arena baru 
dimana anda tidak dapat memperoleh distinctive capability, lebih baik dari 
kompetitor anda; mengabaikan bisnis utama sesudah tertarik pada sesuatu 
yang baru; memakai  organisasi sebagai alat mendongkrak kesuksesan 
pribadi; kehilangan fokus pada tujuan utama dalam mengejar pertumbuhan 
dan ekspansi.
Jika perusahaan besar secara konsisten meningkatkan penghasilan 
lebih cepat dari kemampuannya untuk memperoleh orang yang tepat dalam 
mengimplementasikan pertumbuhan ini , yang terjadi bukan saja 
perusahaan tidak mengalami kemajuan, bahkan perusahaan ini  akan 
jatuh.
Salah satu tanda peringatan yaitu menurunnya proporsi posisi 
kunci diisi oleh orang yang tepat. Setiap hari anda harus dapat menjawab 
pertanyaan berikut: Apa saja posisi kunci dalam organisasi? Berapa persen 
posisi ini  diisi oleh orang yang tepat? Apakah rencana anda dalam 
meningkatkan persentasi ini ? Apa rencana cadangan anda bila suatu 
saat seorang yang tepat meninggalkan sebuah posisi kunci?
Salah satu perbedaan mencolok antara orang yang tepat dengan 
orang yang salah adalah, orang yang salah akan melihat dirinya memiliki 
‘pekerjaan’, sedang orang yang tepat melihat dirinya memiliki ‘tanggung 
jawab’.
Pemimpin yang gagal dalam proses suksesi telah membawa perusahaan 
mereka pada jalan menuju kejatuhan. Salah satu indikator paling signifi kan 
dari kejatuhan yaitu realokasi kekuatan pada tangan pemimpin yang gagal 
untuk memahami dan/atau kekurangan kemauan untuk melakukan apa 
yang seharusnya dilakukan-dan juga apa yang tidak seharusnya dilakukanuntuk mempertahankan kejayaan. 
Pada 1988, Ames membeli Zayre Department Store, dengan ekspektasi 
lebih dari dua kali lipat ukuran perusahaan dalam 1 tahun. Dalam akuisisi, jika nilai tidak selaras dengan core value atau merusak budaya yang telah 
ada, akuisisi yang dilakukan malah berbahaya bagi perusahaan. Pada masalah  
Ames, akuisisi Zayre menghancurkan momentum yang telah dibangun 
dalam 3 dekade. saat  Wal-mart meneruskan untuk fokus pada area kota 
kecil sebelum membuat migrasi evolusioner ke area urban setting, akuisisi 
Zayre merevolusi Ames, membuatnya menjadi urban player secara signifi kan. 
saat  Wal-mart tetap fokus pada menawarkan harga murah setiap hari, 
Ames secara dramatis merubah strateginya dengan Zayre. Ames melipat 
gandakan revenuenya dari 1986 ke 1989, tapi pertumbuhan yang terjadi tidak 
selaras dengan strategi yang membuat Ames mengalami kemakmuran pada 
awalnya. Dari 1986 hingga 1992 saham kumulatif Ames turun 98% seiring 
kebangkrutan Ames. Ames mampu bangkit dari kebangkrutan, tapi tidak 
pernah memperoleh kembali momentumnya yang dulu, dan dilikuidasi 
pada 2002. sedang Wal-mart dengan tekun terus merambah United States
satu demi satu, toko demi toko, daerah demi daerah, hingga North east dan 
mengalahkan Ames dengan bisnis model yang sama dengan yang dimulai 
Ames pada awalnya. 
Tahap 3: Denial of risk and peril
Pemimpin pada tahap ini cenderung mengabaikan data yang negatif, dan 
membesar-besarkan data yang positif. Sebenarnya telah tampak tandatanda bahaya dari internal, namun pemimpin biasanya menjelaskan bahwa 
kesulitan ini  yaitu sementara atau tidak seburuk yang terlihat. 
Pemimpin mulai menyalahkan faktor eksternal dibandingkan  menerima 
tanggung jawab.
Tidak semua masalah  kejatuhan melibatkan pengambilan keputusan 
yang besar. Perusahaan juga dapat pelan-pelan mengalami kemunduran, 
saat mereka bergerak semakin dalam ke tahap 3, mereka mulai 
mengakumulaskan tanda-tanda peringatan. Dalam bisnis, indikator yang 
harus di awasi terus menerus yaitu rasio gross margin, current ratio, dan 
debt to equity. Analisa keuangan yang dilakukan Jim Collin menunjukkan 
bahwa 11 perusahaan yang jatuh menunjukkan tren negatif paling tidak 
pada 1 dari 3 variabel di atas saat  bergerak menuju tahap 4. Reorganisasi 
dan restrukturasi dapat menciptakan pandangan yang keliru bahwa anda 
sedang melakukan sesuatu hal yang produktif. saat  anda mulai merespon data dan tanda peringatan dengan reorganisasi sebagai strategi utama, anda 
mungkin berada pada penyangkalan.
Pada 1985, Motorola muncul dengan ide membuat koneksi tersedia 
di seluruh penjuru dunia dengan temuan bernama Iridium. Robert Garvin 
selaku Chief Executive Motorola melihat Iridium sebagai eksperimen kecil 
yang jika berhasil, dapat menjadi hal yang besar. Pada tahun 1980an, Garvin 
mengalokasikan dana untuk melakukan prototype low-orbiting satellite 
system. Pada 1991, Motorola menyerahkan proyek Iridium pada perusahaan 
terpisah dengan Motorola sebagai pemegang saham terbesar. Pada 1996, 
Motorola berinvestasi $537 juta pada venture ini  dan menjaminkan 
$750 juta kapasitas pinjaman untuk Iridium, dimana jumlah ini  
bila digabung melebihi keseluruhan profi t Motorola pada 1996. Pada tahap  
pengembangan, seharusnya proyek Iridium dapat dihentikan dengan 
kerugian kecil. Namun proyek Iridium masuk ke tahap  peluncuran, tentunya 
dengan investasi lebih besar. Pada tahun 1996, beberapa tahun sesudah 
Garvin pensiun, nilai Iridium telah banyak terkikis akibat layanan selular 
tradisional yang mulai mendunia. Selain itu, telepon Iridium memiliki 
kelemahan yang signifi kan. Ukurannya yang sebesar bata berfungsi hanya 
diluar, dimana bisa mendapatkan gelombang langsung ke satelit, membuat 
Iridium kurang berguna bila dibandingkan layanan selular tradisional. 
saat  insinyur Motorola memiliki ide mengenai Iridium pada 1985, hanya 
sedikit orang yang membayangkan layanan seluler dapat mencakup semua 
wilayah. Namun pada 1996, bukti empiris memberatkan peluncuran Iridium. 
Bagaimanapun, Motorola telah melipatgandakan revenue dari $5 milliar ke 
$27 milliar. Motorola mengalami loncatan besar sebab Iridium, dan laporan 
tahunan 1997 mengatakan bahwa dengan pengembangan Iridium global 
personal communications system, Motorola telah menciptakan industri baru. 
Oleh sebab itu, mengabaikan bukti negatif yang ada, Iridium diluncurkan, 
dan pada tahun 1998 tersedia bagi customer. Selanjutnya, Iridium jatuh dalam 
kebangkrutan, dengan hutang mencapai $1,5 milliar. Proxy report Motorola 
pada tahun 1999 mencatat lebih dari $2 miliar biaya berhubungan dengan 
program Iridium, yang membuat Motorola berlanjut ke tahap  4.
Tahap 4: Grasping for salvation
Seringkali yang dianggap sebagai penolong dan penyelamat di masa genting 
yaitu pemimpin yang karismatik dan visionary, strategi yang berani namun belum teruji, transformasi yang radikal, revolusi budaya secara dramatis 
atau solusi-solusi lainnya. Hasil awal dari pengambilan tindakan dramatis 
dapat terlihat positif, tapi tidak bertahan lama.
Perusahaan pada tahap 4 mencoba segala hal baru seperti program 
baru, nilai baru, strategi baru, visi baru, budaya baru, terobosan baru dan 
akuisisi baru. saat  1 peluru gagal, mereka mencari yang lain terus menerus. 
Pemimpin dalam tahap akhir kejatuhan perlu untuk kembali tenang, 
berpikir jernih dan fokus. jika anda ingin berbalik dari kejatuhan, 
perhatikan pada apa yang tidak boleh dilakukan. Take one shot at a time. 
Dari tahun 1992 hingga 1998, CEO HP, Lew Platt memimpin perusahaan 
ini untuk memperoleh banyak profi t dan melipat gandakan cumulative stock 
return lebih dari 5 kali lipat, sebuah kinerja yang membuat Platt berada 
pada peringkat ke 11 Wealth Creators dalam periode 25 tahun berdasarkan 
majalah Chief Executive. Namun pada awal 1999, Platt telah dinilai gagal 
oleh banyak investor, analis dan bisnis media. Platt mungkin ideal untuk 
era sebelumnya, namun HP telah mengembangkan kekhawatiran dengan 
pertumbuhan yang melambat dan harga saham yang lemah, menunjukkan 
bahwa HP membutuhkan pemimpin yang baru. Platt yang saat itu berusia 
57 tahun berpikir, mungkin Ia harus keluar lebih awal dan memberi  
kunci pada generasi berikutnya. Pengunduran dirinya diterima, dan HP 
memulai pencarian CEO baru. 
Pada 19 Juli 1999, HP mengumumkan pengganti Platt, Carly Florina 
dari Lucent Technologies. Pada 1998 Fortunetelah disebut “supersaleswoman”, 
berada di peringkat no 1 “Most Powerful Woman in Business”, mengalahkan 
Oprah Winfrey. Sesaat sesudah diangkat sebagai CEO HP, Florina membuat 
transformasi yang dramatis. Ia membuat strategi yang besar, menyatukan 
brand HP dalam slogan “Invent”. Ia muncul dalam banyak cover story majalahmajalah ternama dan terlihat sangat menjanjikan. Dalam wawancara dengan 
Business Week, seminggu sesudah pengumuman pelantikannya sebagai CEO, 
Fiorina memetakan prioritasnya. Fiorina datang ke HP dengan pemikiran 
bahwa ia telah kehabisan waktu dan sangat terburu-buru. Return on Sales 
HP lalu menunjukkan 7% pada tahun pertama Fiorina, dan menjadi 
negatif pada 2002 dengan kerugian HP yang pertama dalam 45 tahun sejarah 
HP sebagai perusahaan publikTahap 5: Capitulation to irrelevance or death
yaitu akumulasi dari kemunduran dan awal yang salah sehingga 
mengikis kekuatan fi nansial dan semangat individu sampai pada saat dimana 
pemimpin kehilangan semua harapan untuk membangun masa depan yang 
lebih baik. Pada tahap  wirausaha, pemimpin berjuang untuk memperoleh 
kas yang cukup untuk dapat bertahan hidup, tetapi saat  organisasi 
menjadi besar dan berhasil, pemimpin lebih khawatir tentang earning. 
Padahal perusahaan tidak mati sebab kekurangan earning, namun sebab 
kekurangan kas. Pada beberapa masalah , pemimpin menjual perusahaan, dan 
pada masalah  yang paling ekstrim, perusahaan mati begitu saja.
Pada akhir 1980an, Scott Paper telah jauh dibelakang P&G dan 
Kimberly –Clark dengan tidak banyak pilihan yang tersisa selain melakukan 
pinjaman besar untuk reinvest dalam beberapa usaha terakhir untuk dapat 
mengejar. Debt to Equity ratio Scott Paper melonjak menjadi rata-rata 175% 
dari 1985 ke 1994. Keterbatasan modal membawa pada restrukturasi kronis 
dan cost cutting: $167 juta pada 1990, $249 juta pada 1991, dan $490 juta pada 
awal 1994. Debt rating Scott jatuh hingga hanya satu langkah dari junk bond. 
Hal ini  membuat dewan memilih untuk membawa masuk Al Dunlap 
menjadi CEO Scott Paper pada 1994. Dunlap memangkas lebih dari 11.000 
pekerja, termasuk 71% dari upper management. Profi t lalu melambung 
sebagai pengaruh cost cutting. Dunlap lalu menjual Scott Paper pada 
Kimberly-Clark. Dunlap yaitu mekanisme kapitulasi Scott Paper, bukan 
pemicu nya.
Minicase: Zenith
masalah  lainnya yang dapat diambil pelajarannya yaitu masalah  Zenith. Zenith 
menjadi perusahaan televisi no.1 dan setiap dollar yang diinvestasikan pada 
Zenith pada awal 1950 hingga tahun 1965 meningkat nilainya lebih dari 10 
kali. saat  televisi Jepang mulai mendapatkan daya tarik pasar, Zenith 
dengan angkuhnya mengabaikan ancaman Jepang. Dalam pandangan 
Zenith, Jepang tidak mungkin dapat memberi ancaman serius bagi brand 
besar Amerika. Zenith lalu bergeser pada tahap  2, undisciplined pursuit 
of more, pada akhir 1960an dan awal 1970. sesudah mencapai tujuan untuk 
melewati RCA sebagai pembuat televisi berwarna no.1, Zenith berinvestasi 
pada peningkatan kapasitas manufaktur besar-besaran yang membuat debt to equity ratio berkali lipat menjadi 100%. Zenith juga mengalami masalah 
dalam hal suksesi kekuasaan.
Saat commander McDonald meninggalkan perusahaan, Joseph Wright 
yang sebelumnya menjabat sebagai presiden, menjabat menjadi CEO. Namun 
saat  suksesor yang dipilih meninggal dunia, Wright menghadapi pilihan 
suksesi yang terbatas. Zenith lalu membawa masuk orang luar dari 
Ford, yang lalu menjadi chairman. Zenith selanjutnya berpindah ke 
tahap  3, menyalahkan pihak eksternal dibandingkan  menghadapi kurangnya daya 
saing yang dimiliki. Dengan kapasitas yang berlebih, Zenith menurunkan 
harga dalam persaingan market share dan bahkan berutang lebih banyak, 
sehingga membuat ratio profi tabilitas menurun ke level yang tidak pernah 
terjadi selama 30 tahun.
Pada tahun 1970an, Zenith berlanjut ke tahap  4 dengan mencoba 
banyak peluang pada waktu yang sama. Zenith mencoba VCRs, videodiscs, 
telephone yang dihubungkan melalui televisi, home security video camera, cable 
TV decoders dan personal computer. Untuk mendanai semua ini, debt to equity 
ratioZenith menjadi 100%. Data system unit yang baru hampir membuat 
Zenith kembali berjaya. Data system unit diketuai oleh Jerry Pearlman, 
seorang yang brillian, lulusan cum laude dari Princeton, disebut ‘corporate 
visionary’ oleh Business Week. Pearlman menjadi CEO dan Zenith menjadi 
pembuat komputer no.2, sehingga muncul ambisi untuk memimpin di laptop 
market. Dari 1980 hingga 1989, divisi Data System meningkatkan revenue, 
menghasilkan lebih dari 50% dari total revenue Zenith dan hampir semua 
profi t Zenith. Namun Zenith masih memiliki bisnis televisi, dan sesudah 
bertahun-tahun dalam penyangkalan dan mencari penyelamatan, kondisi 
keuangan Zenith memburuk; cash on hand turun menjadi kurang dari 5% 
current liability. Pearlman mencoba untuk menjual bisnis televisi namun 
tidak memperoleh harga yang ia inginkan. Beberapa tahun sebelumnya, 
Zenith mendapat peluang untuk menutup bisnis televisi, mengalokasikan 
semua resources yang ada untuk data systems division, dan mengubah 
dirinya menjadi salah satu perusahaan komputer terbesar. Namun desakan 
pemegang saham, beban jumlah debt yang besar dan cadangan kas yang 
menyusut membuat Pearlman kehabisan pilihan. Pada 29 September 
1989, Pearlman bertemu CEO Bull Corporation, Francis Lorentz untuk 
menjual bisnis komputer Zenith pada Bull. Pearlman lalu mencoba membangun Zenith kembali sesudah menjual bisnis komputer, namun bisnis 
televisi terus menarik Zenith ke bawah, menghasilkan kerugian dari tahun 
ke tahun. Pada tahun 1995, Pearlman mengundurkan diri.
Banyak orang mengira perusahaan jatuh sebab pemimpin yang 
mengambil keputusan keliru. Namun dalam masalah  Zenith, dapat dilihat 
bahwa bahkan pemimpin yang terpintar dan sangat memiliki kemampuan, 
dapat menemukan diri mereka tidak mampu mengontrol nasib perusahaan 
jika dampak yang terakumulasi dari tahap  1 ke tahap  4 menghancurkan posisi 
kas. sesudah Pearlman, Zenith bergejolak melalui 5 CEO selama 10 tahun, 
jatuh dalam kebangkrutan dan muncul kembali dengan kurang dari 400 
karyawan, 98% lebih sedikit dari 36.000 karyawan pada 1988. Mungkin bagi 
perusahaan melewati atau melompati sebuah tahapan, namun penelitian 
Jim Collin menunjukkan bahwa perusahaan biasanya melalui tahapan 
ini  berurutan. Beberapa perusahaan berpindah dari satu tahap ke 
tahap lainnya dengan cepat, sedang yang lain membutuhkan waktu 
tahunan, atau bahkan dekade. Salah satu kunci kinerja yang berkelanjutan 
yaitu memahami bagaimana kejayaan dapat hilang. Lebih baik belajar 
dari kejatuhan yang lain dibandingkan  mengulang kesalahan yang sama sebab 
ketidaksadaran.