uhkan, dan lain-lain.
Contoh, produsen telepon seluler memiliki mesin khusus untuk
menguji ponsel-ponsel buatannya agar tahan terhadap bantingan.
Jika ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan, produk ini
perlu didesain ulang. Sudah tentu hal-hal yang memuaskan harus
dilihat berdasar sudut pandang konsumen, bukan produsen.
biasanya , produsen-produsen besar saat ini mengkaji
produknya secara terus-menerus agar nama produk yang dibuat
tetap terjaga. Uji coba yang tepat dan akurat, berimplikasi pada
citra merek atau perusahaan. Pada akhirnya akan diminati oleh
konsumen.
h. Produksi Massal
Dalam produksi massal, sangat diperlukan adanya kontrol
kualitas agar konsumen tidak sampai menerima barang yang rusak.
jika konsumen menerima barang yang rusak, akan berdampak
negatif terhadap perusahaan. Pada akhirnya konsumen tidak akan
lagi membeli barang ini .
i. Garansi
Garansi yaitu layanan purna jual, biasanya diberikan oleh
perusahaan yang membuat produk dengan tujuan agar konsumen
tenang jika sewaktu-waktu ada kerusakan pada barang ini .
biasanya , banyak konsumen yang lebih memilih
membayar lebih mahal untuk mendapatkan garansi yang lebih tinggi
dan menimbulkan ketenangan dalam pemakaian produk.
1. Tingkatan Produk
Dalam memahami tingkatan produk, menurut Kotler (2003:
408) ada lima tingkatan produk, yaitu sebagai berikut.
a. Core benefit (namely the fundamental service of benefit that costumer
really buying), yaitu manfaat dasar dari suatu produk yang
ditawarkan kepada konsumen.
b. Basic product (namely a basic version of the product), yaitu
bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh
pancaindra.
c. Expected product (namely a set of attributes and conditions that
the buyers normally expect and agree to when they purchase this
product), yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-
kondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli
suatu produk.
d. Augmented product (namely that one includes additional service
and benefit that distinguish the company’s offer from competitor’s
offer), yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang
ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan
oleh pesaing.
e. Potential product (namely all of the argumentations and
transformations that this product that ultimately undergo in the
future), yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang
dialami oleh suatu produk pada masa datang.
2. Klasi kasi Produk
Menurut Tjiptono (1999: 95), secara konseptual produk yaitu
pemahaman subjektif dari produsen atas “sesuatu” yang bisa
ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli.
Menurut Kotler (2003), ada beberapa hal dalam memahami
klasifikasi produk, antara lain sebagai berikut.
a. berdasar Wujudnya
Produk berdasar wujudnya dibagi menjadi dua bagian.
1) Barang
Barang yaitu produk yang berbentuk fisik, dapat
disentuh, dipindahkan, dirasa, dipegang, dan perlakuan fisik lainnya.
Produk dalam wujud barang lebih cenderung bersifat memanjakan
mata dan menarik perhatian para pembeli sebab dinilai dari segi
keindahan bentuk produk ini . Salah satu kekurangan produk
dalam wujud ini yaitu kerusakan. Suatu barang yang dipakai secara
terus-menerus atau tidak benar, dapat menimbulkan kerusakan
dan akan mengurangi nilai jual produk ini . Dengan kata
lain, harga suatu barang akan terus berkurang seiring pemakaian
produk ini .
2) Jasa
Jasa yaitu hasil produk yang tidak memiliki bentuk
(abstrak) berupa kegiatan atau aktivitas yang bermanfaat dan dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. Produknya dapat dikaitkan atau
tidak dikaitkan dengan produk fisik. Contoh, produk dalam bentuk
jasa, yaitu travel, driver, pegawai, dan lain-lain.
b. berdasar Tujuannya
Produk berdasar tujuan konsumsi, meliputi:
1) Barang Konsumsi
Barang konsumsi yaitu produk yang dapat langsung
dikonsumsi tanpa melalui proses la in dalam memenuhi
kebutuhan.
2) Barang Industri
Barang industri yaitu produk yang tidak dapat langsung
dikonsumsi. Produk ini memerlukan proses lebih lanjut untuk
menambah nilai jual, fungsi dan kepuasan dalam barang/jasa
agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih spesifik.
Barang industri dibagi menjadi empat bagian, yaitu convenience
goods (barang yang sering dibeli), shopping goods (barang yang dapat
dijual kembali), speciality goods (barang yang memiliki identifikasi
khusus untuk membelinya), dan unsought goods (barang yang belum
terpikirkan untuk dibeli oleh konsumen).
Klasifikasi barang atau produk berdasar ketahanan
(durability) dapat digolongkan dalam tiga kelompok.
a) Barang tidak tahan lama (nondurable goods), yaitu barang-
barang berwujud yang dikonsumsi dalam satu atau beberapa
kali penggunaan, seperti sabun, mentega.
b) Barang tahan lama (durable goods), yaitu barang-barang
berwujud yang dipakai untuk waktu lama, misalnya kulkas,
mesin, alat-alat onderil.
c) Dalam penjualannya memakai jasa, margin yang tinggi,
bahkan memerlukan garansi dalam penjualannya.
Adapun klasifikasi produk atau barang konsumen, yaitu
sebagai berikut.
a) Barang sehari-hari (convenience goods), artinya konsumen
membeli dengan segera dan dengan usaha yang minimum,
seperti susu, teh.
b) Barang belanja (shopping goods), artinya barang yang secara
karakteristik dibandingkan oleh konsumen berdasar
kecocokan, kualitas, harga, dan gaya.
c) Barang khusus (specialty goods), artinya memiliki karakteristik
atau indentifikasi merek yang unik, yaitu saat ada cukup
banyak pembeli yang bersedia melakukan usaha pembelian
khusus, dan berani membeli mahal, seperti lukisan, barang-
barang antik, dan lainnya.
-- 177
d) Barang yang tidak dicari (unsought goods), artinya barang yang
tidak dikenal konsumen atau tidak dicari oleh konsumen untuk
dibeli, seperti detector asap, asuransi jiwa.
Klasifikasi barang industri dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.
a) Bahan dan suku cadang, artinya barang yang seluruhnya
menjadi bagian dari produk produsen yang dibagi menjadi
dua, yaitu bahan mentah dan suku cadang.
b) Barang modal, artinya barang tahan lama yang memfasilitasi
pengembangan atas pengelolaan barang jadi. Barang modal
mencakup dua kelompok, yaitu instalasi dan peralatan.
3. Karakteristik Produk Jasa
Produk berupa jasa memiliki karakteristik yang berbeda
dengan produk berupa barang. Menurut Kotler (2003), ada empat
karakteristik yang dimiliki oleh jasa, yaitu sebagai berikut.
a. Tidak Berwujud
Jasa yaitu sesuatu yang tidak berwujud. Tidak seperti produk
fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, didengar, atau dicium sebelum
jasa itu dibeli. Misalnya, seseorang yang menjalani “perawatan
kesehatan” tidak dapat melihat hasilnya sebelum membeli jasa
ini .
Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari
tanda atau bukti dari mutu jasa ini . Konsumen akan mengambil
kesimpulan mengenai mutu jasa ini dari tempat, orang,
peralatan, alat komunikasi, dan harga yang mereka lihat.
b. Tidak dapat Dipisahkan
Jasa biasanya diproduksi secara khusus dan dikonsumsi
pada waktu yang bersamaan, sehingga mutu dari suatu jasa terjadi
pada saat pemberian jasa. Interaksi yang terjadi antara penyedia
jasa dan konsumen sangat memengaruhi mutu dari jasa yang
diberikan.
-- 178
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh penyedia
jasa untuk menjaga mutu, yaitu bekerja dengan kelompok yang
lebih besar, bekerja lebih cepat, melatih lebih banyak karyawan dan
membina keyakinan pada diri konsumen.
c. Keragaman
Keragaman artinya suatu brang atau jasa memiliki banyak
variasi jenis dan kualitas bergantung pada siapa, kapan, dan di mana
jasa ini disediakan. Para pengguna jasa sangat peduli terhadap
keragaman yang tinggi dan sering meminta pendapat orang lain
sebelum ia memutuskan untuk memilih dan membelinya.
Dalam menjaga mutu pelayanan, dapat dilakukan kegiatan
investasi dalam seleksi dan pelatihan personalia yang baik,
standardisasi terhadap proses kinerja di seluruh tingkatan organisasi
ini , memonitoring kepuasan konsumen melalui sistem pesan
dan kesan, survei konsumen, dan sebagainya.
d. Tidak Tahan Lama
Jasa yang tidak dapat disimpan sebab sifatnya yang tidak
berwujud fisik. ini tidak menjadi masalah jika permintaannya
stabil sebab mudah untuk melakukan persiapan pelayanan
sebelumya. Sebaliknya, jika permintaan berfluktuasi maka akan
menimbulkan masalah bagi perusahaan.
4. Diferensiasi
Kotler (2003) mendefinikan diferensiasi sebagai tindakan
merancang satu set perbedaaan yang berarti untuk membedakan
penawaran perusahaan dari penawaran pesaing.
Diferensiasi juga dapat dilakukan melalui lima dimensi, antara
lain sebagai berikut.
a. Diferensiasi produk berfungsi untuk membedakan produk
utama berdasar keistimewaan, kinerja, kesesuaian, daya
tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya dan
rancangan produk.
-- 179
b. Diferensiasi pelayanan berfungsi untuk membedakan pelayanan
utama berdasar kemudahan pemesanan, pengiriman,
pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan,
pemeliharaan, dan perbaikan.
c. Diferensiasi personel berfungsi untuk membedakan personel
perusahaan berdasar kemampuan, kesopanan, kredibilitas,
dapat diandalkan, cepat tanggap, dan komunikasi yang
baik.
d. Diferensiasi saluran yaitu langkah-langkah untuk
pembedaan melalui cara membentuk saluran distribusi,
jangkauan, keahlian dan kinerja saluran-saluran ini .
e. Diferensiasi citra berfungsi untuk membedakan citra perusahaan
berdasar perbedaan identitas melalui penetapan posisi,
perbedaan lambang, dan perbedaan iklan.
Agar dapat dijadikan merek, produk yang populer di mata
konsumen harus didiferensiasikan seperti halnya produk fisik
memiliki potensi didiferensiasikan secara beragam.
Pada salah satu titik tidak ekstrem, warga /konsumen
menemukan produk yang memungkinkan sedikit bervariasi, misalnya
ayam, aspirin, dan baja. Di sisi lain penjual menghadapi beberapa
kemungkinan diferensiasi termasuk bentuk, fitur, penyesuaian,
kualitas kerja, kualitas kesesuaian, ketahanan, keandalan, kemudahan
perbaikan, dan gaya.
Desain produk dengan kapasitasnya menjadi sarana diferensiasi
yang semakin penting di dunia usaha produk dan jasa.
Dengan demikian, diferensiasi produk meliputi hal-hal
berikut.
a. Bentuk, banyak produk yang didiferensiasikan berdasar
ukuran, bentuk, atau struktur fisik produk.
b. Fitur, dapat ditawarkan dengan melengkapi fungsi dasarnya.
Perusahaan dapat mendiferensiasikan dan memilih fitur baru
yang tepat dengan menyurvei pembeli terbaru kemudian
menghitung perbandingan nilai pelanggan dengan biaya
perusahaan untuk setiap fitur potensial.
-- 180
c. Penyesuaian, pemasar dapat mendiferensiasikan produk dengan
menyesuaikan produk dan keinginan perseorangan. Dapat
pula penyesuaian massal, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan setiap pelanggan untuk menyiapkan
produk, jasa, program, dan komunikasi berbasis massal yang
dirancang secara individual.
d. Kualitas kinerja, yaitu tingkat karakteristik utama produk
beroperasi. Kualitas menjadi dimensi yang sangat penting
untuk diferensiasi saat perusahaan menerapkan model nilai
dan memberi kualitas yang lebih tinggi dengan uang yang
lebih rendah.
e. Kualitas kesesuaian, pembeli mengharapkan produk
memiliki kualitas kesesuaian yang tinggi, yaitu setiap unit
yang diproduksi indentik dan memenuhi spesifikasi yang
dijanjikan.
f. Ketahanan, ukuran umur operasi produk dalam kondisi
biasa atau penuh tekanan yaitu atribut berharga untuk
produk-produk tertentu.
g. Keandalan yaitu ukuran probabilitas bahwa produk tidak
akan gagal dalam periode waktu tertentu.
h. Kemudahan perbaikan yaitu ukuran kemudahan perbaikan
produk saat produk itu tidak berfungsi atau gagal.
i. Gaya menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada
pembeli.
Melalui desain produk, deferensiasi menjadi totalitas fitur
yang memengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi produk berdasar
kebutuhan pelanggan. Desain sangat penting dalam pembuatan
dan pemasaran jasa eceran, busana, barang kemasan, dan peralatan
tahan lama.
saat suatu produk tidak mudah untuk didiferensiasikan,
kunci keberhasilan competitive terletak pada menambah layanan
yang bernilai dan meningkatkan kualitas. Adapun diferensiator jasa
yang utama dibutuhkan, antara lain sebagai berikut.
-- 181
a. Kemudahan dalam pemesanan (ordering ease), mengacu pada
mudah-tidaknya pelanggan menempatkan pesanan dengan
perusahaan.
b. Pengiriman (delivery), mengacu pada baik-tidaknya produk
atau jasa yang dibawa ke pelanggan. Pengiriman meliputi
kecepatan, akurasi, dan perawatan sepanjang proses. Saat ini
biasanya pelanggan menginginkan pengiriman yang
cepat.
c. Instalasi ( installation) , mengacu pada pekerjaan yang
dilakukan untuk membuat produk beroperasi di lokasi yang
direncanakan.
d. Pelatihan pelanggan (customer training), mengacu pada pelatihan
karyawan pelanggan untuk memakai peralatan pemasok
dengan benar dan efisien.
e. Konsultasi pelanggan (customer consulting), mengacu pada
data, sistem informasi, dan layanan nasihat yang ditawarkan
penjual kepada pembeli.
f. Pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair), meng-
gambarkan program layanan untuk membantu pelanggan
mempertahankan produk yang dibeli dalam kondisi yang
baik.
g. Pengembalian, meskipun pengembalian produk pasti
merisaukan pelanggan, produsen, pengecer, dan distributor,
pengembalian juga menjadi realitas tidak terhindarkan dari
bisnis, terutama pembelian online.
biasanya harapan perusahaan ataupun konsumen
terhadap produk baru, menjadi sangat penting peranannya bahwa
produk baru dianggap mampu untuk mempertahankan tingkat
pertumbuhan dan keuntungan perusahaan serta untuk menggantikan
produk-produk yang sudah kuno dan usang.
Harapan-harapan itulah yang menjadi dasar pertimbangan
atas pentingnya pengembangan manajemen produk. Sesuai dengan
-- 182
kapasitasnya manajemen produk berfungsi untuk mengoordinasikan
sumber daya produk menjadi efisien dan efektif.
1. Pengertian dan Kosep Pengembangan Produk
a. Pengertian Pengembangan Produk
Menurut Kotler (2000: 374), pengembangan produk pada
dasarnya yaitu perusahaan harus mengembangkan produk
baru. Pengembangan produk baru dapat diyakini berfungsi
untuk membentuk masa depan perusahaan yang lebih baik dan
berkualitas.
Produk pengganti diciptakan untuk mempertahankan atau
membangun penjualan. Perusahaan dapat menambah produk baru
melaui akuisisi dan/atau pengembangan produk baru.
usaha pengembangan produk, dapat dilakukan melalui
beberapa strategi, antara lain riset pemasaran, rekayasa, dan
desain.
b. Kategori Produk Baru
Ada beberapa hal yang dapat dikategorikan produk baru,
yaitu:
1) produk yang inovatif dan unik;
2) produk pengganti berbeda dari produk yang sudah ada;
3) produk imitative yaitu produk baru bagi perusahaan
tertentu, bukan baru di pasar;
4) produk yang memakai bahan baku yang baru.
Makna lain dari istilah produk baru sering membingungkan
sebab di dalamnya terkandung berbagai macam makna yang
sangat luas. Sebuah produk dapat dikatakan baru bagi dunia pasar,
konsumen, bagi produsen atau penjual atau kombinasi dari kategori
di atas.
Ada enam kategori lain dari produk baru, yaitu sebagai
berikut.
-- 183
1) Baru bagi dunia produk (new-to the-world product), artinya suatu
produk dapat dikatakan baru yaitu hasil inovasi yang
terhenti (discontinue innovations). Produk ini akan menciptakan
pasar yang baru secara keseluruhan. Contoh, telepon, televisi,
komputer, dan mesin faksimili.
2) Lini produk baru (new-product-lines), artinya suatu produk
belum pernah ditawarkan oleh perusahaan sebelumnya,
disediakan untuk memasuki pasar yang sudah terbentuk.
Contoh, tambahan dari lini produk yang telah ada (additions-
to-existing product-lines).
3) Kategori produk baru, meliputi produk baru yang yaitu
tambahan dari line produk yang sudah ada sebelumnya.
Contoh, peningkatan atau perbaikan produk yang telah ada
(improvements or revisions of existing products).
4) Suatu barang dikatakan produk baru dan dapat berubah secara
signifikan. Contoh, memosisikan kembali produk-produk
(repositioning products).
5) Sebuah produk dikatakan baru, jika produk dengan harga
yang lebih murah (lower-priced-products).
6) Kategori produk ini mengacu pada produk-produk yang
memiliki kinerja serupa dengan merek yang bersaing dengan
harga yang lebih rendah.
c. Modi kasi Produk
Modifikasi produk berfungsi untuk memperbaiki produk yang
sudah ada, kegiatannya meliputi quality, feature, dan style yang
tujuannya meningkatkan penjualan. Modifikasi produk menciptakan
tiga dimensi, antara lain untuk perbaikan mutu (quality improvement),
perbaikan ciri-ciri khas (feature improvement), dan perbaikan gaya
(style improvement).
d. Merchandising
Merchandising yaitu semua aktivitas perencanaan, baik dari
produsen maupun pedagang perantara yang dimaksudkan untuk
-- 184
menyesuaikan antara produk-produk yang dihasilkan dengan
permintaan pasar.
2. Tujuan Pengembangan Produk Baru
Menurut Buchari Alma (2000: 101), tujuan pengembangan
produk, antara lain:
a. untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas,
b. untuk menambah omset penjualan,
c. untuk memenangkan persaingan,
d. untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi,
e. untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan
yang sama,
f. untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan,
g. untuk mencegah kebosanan konsumen,
h. untuk menyederhanakan produk, pembungkus.
3. Tahap Pengembangan Produk Baru
Suatu usaha agar pelaksanaan pengembangan produk dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan,
perlu diperhatikan tahap-tahap dalam melaksanakan pengembangan
produk. Kotler (2002: 382) mendesain tahap-tahap pengembangan
produk menjadi delapan, yaitu sebagai berikut.
a. Pemunculan Gagasan
Tahap pengembangan produk berawal dari pencarian gagasan.
Gagasan produk berasal dari berbagai sumber, di antaranya manajer
pengembangan dan penelitian, pelanggan, ilmuwan, pesaing,
pegawai, pesaing, saluran pemasaran, dan manajemen puncak.
b. Penyaringan Gagasan
Tahap ini memerlukan adanya gagasan yang disampaikan
oleh pihak-pihak yang diringkas menjadi tiga kelompok, yaitu
gagasan yang menjanjikan, gagasan yang pas-pasan, dan gagasan
-- 185
yang ditolak. Dalam proses menyaring gagasan, perusahaan harus
memperhatikan dan menghindari dua kesalahan, yaitu:
1) kesalahan membuang, kesalahan ini terjadi jika perusahaan
membuang ide yang sebenarnya baik untuk dikembangkan.
sebab kurangnya gambaran perusahaan terhadap potensi
ide ini maka perusahaan membuangnya;
2) kesalahan jalan terus, kesalahan ini terjadi jika perusahaan
mengembangkan ide yang sebenarnya merugikan. ini
akan memicu produk yang dikembangkan mengalami
kegagalan di pasar.
c. Pengembangan dan Penyajian Konsep
Pada prinsipnya gagasan yang menarik harus disempurnakan
menjadi konsep yang dapat diuji. Gagasan produk yaitu gagasan
yang dapat ditawarkan oleh perusahaan ke pasar. Konsep produk
yaitu versi terperinci dari suatu gagasan yang dinyatakan dalam
istilah-istilah yang berarti bagi keinginan konsumen.
d. Pengembangan Strategi Pemasaran
biasanya , perusahaan yang mengembangkan produk
melalui strategi pemasaran disebab kan perlu memperkenalkan
produknya kepada pasar. Strategi pemasaran mencakup tiga bagian
pokok.
1) Bagian Pertama
- Menjelaskan ukuran, struktur, dan perilaku pasar
sasaran.
- Rencana penentuan posisi produk, penjualan, pangsa
pasar, dan laba yang diinginkan dalam beberapa tahun
yang akan datang.
2) Bagian Kedua
- Mengikhtisarkan rencana harga produk.
- Strategi distribusi.
- Anggaran pemasaran untuk tahun pertama.
-- 186
3) Bagian Ketiga
- Menjelaskan penjualan jangka panjang.
- Menjelaskan sasaran laba.
- Menjelaskan strategi bauran pemasaran selama jangka
waktu itu.
e. Analisa Bisnis
Analisa bisnis dilakukan oleh perusahaan sesudah manajemen
mengembangkan konsep produk dan strategi pemasaran, sehingga
manajemen dapat mengevaluasi daya tarik bisnis.
Selanjutnya, manajemen perlu melakukan persiapan proyeksi
penjualan, biaya, dan laba. Hal itu diperlukan untuk menentukan
tujuan perusahaan. Jika manajemen telah memenuhi konsep itu,
kegiatan dapat dilanjutkan ke tahap pengembangan produk.
f. Pengembangan Produk
Jika konsep produk dapat melewati pengujian bisnis maka
berlanjut ke bagian litbang dan/atau rekayasa untuk dikembangkan
menjadi produk fisik.
g. Pengujian Pasar
Pengujian pasar yaitu suatu tahap saat produk diberi
merek, kemasan, dan program atas tanggapan konsumen dan
penyaluran terhadap masalah-masalah perlakuan, penggunaan, dan
pembelian barang ulang produk serta pengkajian atas luas pasar
sesungguhnya.
Luasnya pengujian pasar yang harus diadakan akan bergantung
pada dua segi, yaitu biaya dan risiko penanaman modal di satu
pihak, keterbatasan waktu dan biaya penelitian di pihak lainnya.
h. Tahap Komersialisasi
Tahapan komersialisasi yaitu tahap peluncuran produk
ke pasar saat perusahaan yang berkapasitas sebagai produsen
-- 187
suatu produk akan memutuskan mengenai peluncuran produk ke
pasar.
Tahap ini sepenuhnya menjadi kewajiban manajemen dalam
ragka menentukan kapan (when), kepada siapa (who), dan bagaimana
(how) produk-produk itu dipasarkan.
Sebuah perusahaan yang sukses dalam mengembangkan,
memperkenalkan, dan menghasilkan produk baru, biasanya
melakukan hal-hal berikut.
1) Memiliki dan menjalankan komitmen jangka panjang yang
diperlukan untuk mendukung inovasi dan pengembangan
produk baru.
2) Selalu memakai pendekatan khusus perusahaan, digerakkan
oleh tujuan korporasi dan memakai strategi-strategi yang
telah ditegaskan sebagai strategi utama perusahaan.
3) Memiliki pengalaman sebagai modal untuk mencapai
dan mempertahankan keunggulan bersaing (competitive
advantage).
4) Memiliki pandangan untuk membangun suatu lingkungan-
gaya manajemen, struktur oganisasi dan dukungan manajemen
puncak yang kondusif untuk mencapai tujuan spesifik produk
baru serta tujuan korporasi.
1. Hakikat Nilai Desain Produk
Produk yaitu salah satu aspek penting dalam variabel
marketing mix. Produk juga yaitu salah satu variabel yang
ikut menentukan dalam kegiatan suatu usaha. Tanpa produk, suatu
perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan untuk mencapai hasil
yang diharapkan.
Banyaknya pesaing di dunia bisnis memerlukan suatu desain
dan bentuk produk yang berbeda satu sama lain. Desain produk
perusahaan harus memiliki suatu ketangguhan, keunggulan ataupun
kelebihan dibandingkan dengan produk yang dihasilkan perusahaan
lain, dalam ini perusahaan pesaing.
-- 188
2. Permasalahan Desain Produk
a. Desain yang Tangguh
Dalam mendesain yang tangguh berarti suatu produk dirancang
sedemikian rupa sehingga ada sedikit variasi pada produk atau
perakitan tidak berdampak banyak pada produk akhir.
Desain yang dapat diproduksi perlu menyesuaikan dengan
persyaratan yang sudah ditentukan, bahkan dengan adanya kondisi
proses produksi yang tidak sempurna, perlu mendapat perhatian
yang serius. Ketidakseriusan dalam menyajikan desain yang tangguh,
akan pemicu permasalahan bagi perusahaan.
b. Desain Moduler
Desain moduler yaitu sebuah desain saat bagian atau
komponen dari suatu produk dibagi-bagi menjadi modul-modul
yang dapat dipertukarkan dan diganti dengan mudah. Kemudahan
itu juga berdampak pada ketidakstabilan dan kosistensi sebuah
perusahaan.
c. Computer-Aided Design
Computer-aided design yaitu penggunaan komputer secara
interaktif untuk mengembangkan dan mendokumentasikan produk.
Dokumentasi desain produk diperlukan saat perusahaan akan
memproduksi ulang suatu barang. Sebaliknya, desain tidak
terdekumentasikan, sehingga perusahaan akan menemukan kesulitan,
terutama dalam hal standar, bentuk, model, ukuran, dan sejenisnya.
jika hal itu terjadi akan berdampak pada hasil produk yang
tidak terstandar.
d. Computer-Aided Manufacturing
Computer-aided manufacturing yaitu penggunaan teknologi
informasi untuk mengendalikan mesin. Adapun manfaatnya yaitu
kualitas produk menjadi semakin baik, waktu desain yang lebih
singkat, pengurangan biaya produksi, ketersediaan basis data,
memunculkan kemampuan baru.
-- 189
Tidak berfungsinya computer-aided manufacturing berarti
tidak terkendalinya suatu desain ataupun produk. jika hal itu
terjadi, kualitas produk tidak akan terjamin. Keterjaminan sebuah
produk menjadi tanggung jawab perusahaan. Produk tidak terjamin
berdampak negatif terhadap perkembangan perusahaan.
e. Teknologi Virtual Reality
Bentuk komunikasi visual dipakai sebagai pengganti
dari benda aslinya, namun masih memungkinkan pengguna untuk
meresponsnya secara interaktif.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, perusahaan yang
baik perlu mengikuti perkembangan teknologi. Sebaliknya, sebuah
perusahaan tidak dapat memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi yang menjadi pemicu dari ketertinggalan.
3. Tantangan dalam Desain Produk
Banyak faktor dalam desain produk yang perlu diperhatian,
di antaranya sebagai berikut.
a. Kebutuhan konsumen. Pelanggan akan memiliki pengaruh
yang besar atas cara produk dirancang dan berkembang.
Alasan produk dirancang harus mampu memenuhi kebutuhan
pelanggan potensial yang akan dibidik.
b. Segmentasi pasar. Pasar/konsumen perlu dibedakan, salah
satunya mengingat perbedaan dalam selera konsumen. Semakin
kompleks konsumen dalam stratanya, akan semakin banyak
jenis produk yang diperlukan dalam melayani segmentasi
konsumen.
c. Teknologi. Dalam mendesain produk teknologi berperan dalam
menghasilkan produk yang diminati. Perkembangan teknologi
mengharuskan produsen untuk menciptakan produk yang
berkualitas.
d. Kondisi lokal. Dalam desain produk perlu dipertimbangkan
budaya lokal warga /konsumen sehingga produk bisa
dimanfaatkan dengan baik dan tidak menyusahkan.
-- 190
-- 191
Peran penting infomasi dalam dunia bisnis, teletak pada
efektivitas tidaknya informasi yang dipakai oleh jajaran
manajemen. Informasi dipandang dari sudut manajemen dapat
berfungsi untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan
kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu
perusahaan bergantung pada sistem informasi akuntansi manajemen
(Mulyadi, 1993).
Break even point (BEP) di Indonesia dikenal dengan titik impas,
yaitu salah satu bentuk dari sekian banyak informasi akuntansi
manajemen yang dipakai dalam mengAnalisa hubungan antara
revenue/sales, cost, volume, dan profit.
Analisa break even point sangat penting peranannya bagi
pimpinan perusahaan, berguna untuk mengetahui tingkat produksi,
antara lain dalam menentukan jumlah penjualan atau seberapa jauh
manajer mengetahui break even point perusahaanya. Para manajer akan
lebih mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual,
biaya, rugi atau laba, perusahaannya, sehingga memudahkan bagi
mereka untuk mengambil kebijaksanaan. biasanya , teknik
Analisa titik impas sudah dimiliki oleh segenap pelaku bisnis. Hal
ini sangat berguna bagi pengaturan bisnis dalam cakupan yang
luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar.
BAB 7
-- 192
1. Pengertian Break Even Point
Break even point di suatu perusahan yaitu keadaan perusahaan
yang operasinya tidak memperoleh laba dan tidak mengalami
kerugian atau total pengeluaran biaya sama nilainya dengan total
hasil penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi.
Menurut Djarwanto (2002), break even point yaitu suatu
keadaan impas, yaitu jika telah disusun perhitungan laba dan
rugi suatu periode tertentu, perusahaan tidak mendapat keuntungan
dan tidak menderita kerugian.
Menurut Harahap (2004), break even point berarti suatu keadaan
saat perusahaan tidak mengalami laba dan tidak mengalami rugi,
artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi
ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya
tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga
tidak ada laba tidak ada rugi.
Lain halnya dengan Garrison dan Noreen (2004) bahwa break
even point yaitu tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi
semua biaya operasional, yaitu saat break even ini laba sebelum
bunga dan pajak sama dengan nol.
S. Munawir (2002) menyatakan bahwa titik break even point atau
titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan saat
operasi perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita
rugi (total penghasilan = total biaya).
Menurut Jumingan (2006: 183), “Analisa break even point
diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi,
volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya yang
bersifat tetap, variabel, dan laba atau rugi.”
Salah satu usaha untuk mencapai keuntungan semaksimal
mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah, antara lain:
a. menekan biaya produksi ataupun biaya operasional serendah-
rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas,
dan kuantitas;
-- 193
b. menentukan harga sesuai dengan laba yang dikehendaki;
c. meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Langkah-langkah ini di atas, tidak dapat dilakukan
secara terpisah sebab tiga faktor ini memiliki hubungan
yang erat dan dan sinergis saling berkaitan. Dengan kata lain, salah
satu faktor bermasalah dampaknya akan membawa akibat terhadap
seluruh kegiatan operasi.
Oleh sebab itu, struktur laba dari dan oleh sebuah perusahaan
dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami
hubungan antara biaya, volume kegiatan, dan laba.
2. Mamahami Analisa Break Even Point
Menurut Abdullah (2004), Analisa break even point disebut
juga cost volume profit analysis. Pentingnya Analisa break even point
bagi manajer perusahaan, terutama dalam mempertimbangkan
pengambilan keputusan keuangan.
Dalam kapasitasnya, Analisa break event yaitu suatu teknik
Analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan, dan volume aktivitas.
Posisi suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu
dapat menderita kerugian sebab penghasilan penjualannya hanya
mampu menutup biaya variabel dan menutup sebagian kecil biaya
tetap.
Dengan demikian, arti penting dari sebuah Analisa break even
point, antara lain:
a. untuk menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi
agar perusahaan tidak mengalami kerugian;
b. untuk penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai dalam
mendapatkan laba tertentu;
c. untuk penetapan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar
perusahaan tidak menderita kerugian.
-- 194
Menurut Rony (1990: 357), Analisa titik impas atau Analisa break
even point sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan
beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara
berbeda namun tetap berkaitan, yaitu:
a. pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh
laba;
b. sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap
tingkat operasional;
c. membantu manajemen dalam mengAnalisa konsekuensi
penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap sebab
otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.
3. Memahami Landasan Break Even Point
Makna lain dari memahami landasan break even point, di
antaranya tentang langkah-langkah untuk menentukan break even
yaitu membagi harga pokok penjualan (HPP), dan biaya operasi
menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu fungsi
dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan ditetapkan
berdasar kontrak, misalnya sewa gudang. Adapun biaya variabel
bergantung pada penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya
biaya angkut barang.
jika sebuah perusahaan hanya memiliki biaya variabel,
masalah break even point dalam perusahaan ini tidak akan
muncul. Masalah break even point akan muncul jika suatu
perusahaan memiliki biaya variabel dan biaya tetap.
Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah sesuai
dengan volume produksi perusahaan, sedang besarnya biaya
tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada
perubahan volume produksi.
Dengan adanya unsur biaya variabel dan unsur biaya tetap,
suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dikatakan
menderita kerugian sebab penjualan hanya menutupi biaya tetap.
ini mengisyaratkan bahwa bagian dari hasil penjualan yang
-- 195
tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya, artinya tidak cukup
untuk menutupi biaya variabelnya.
jika diketahui nilai volume penjualan atau penghasilan
total sama besarnya dengan nilai biaya total, sehingga perusahaan
tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian
dinamakan break even point.
4. Manfaat Analisa Break Event Point
Matz, Usry, dan Hammer (1991: 224) menjelaskan manfaat dari
Analisa break even point untuk kepentingan manajemen, yaitu:
a. untuk membantu pengendalian melalui anggaran,
b. untuk meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan,
c. untuk mengAnalisa dampak perubahan volume,
d. untuk mengAnalisa harga jual dan dampak perubahan
biaya,
e. untuk merundingkan upah,
f. untuk mangAnalisa bauran produk,
g. untuk menerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi
lanjutan,
h. untuk mengAnalisa margin of safety.
Menurut Sigit (1993: 1), Analisa break even point memiliki
beberapa manfaat, antara lain:
a. sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha
mencapai laba tertentu,
b. sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas
yang sedang berjalan,
c. sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual,
d. sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
-- 196
Break even point dapat juga dipakai untuk berbagai tujuan,
terutama bagi perusahaan yang sedang menyusun perencanaan.
Di samping itu, break even point dapat dipakai pula sebagai alat
pengendalian waktu perusahaan masih dalam kegiatan sebelum
berakhirnya suatu periode.
Senada dengan itu, Sigit (1996: 3) juga menyatakan tentang
berbagai manfaat Analisa break even point, yaitu:
a. sebagai alat untuk merencanakan laba,
b. sebagai alat untuk perencanaan budget,
c. sebagai penentu harga jual produk,
d. sebagai dasar menentukan harga jual produk,
e. sebagai dasar rencana pengembangan,
f. sebagai dasar pengambilan keputusan.
berdasar uraian ini di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa manfaat Analisa break even point, antara lain:
a. dapat dipakai sebagai alat pemberi informasi kepada manajemen
secara sederhana dan singkat;
b. Analisa break even point dapat dipakai sebagai alat pedoman
dalam mengambil keputusan yang menyangkut biaya,
pendapatan, dan perencanaan biaya;
c. dapat memberi gambaran tentang biaya dan hasil produk
yang diharapkan secara menyeluruh dalam aktivitas utama
perusahaan untuk masa mendatang;
d. dapat dipakai sebagai landasan untuk mengendalikan
kegiatan oprasional yang sedang berjalan, yaitu sebagai sarana
realisasi dengan perhitungan berdasar Analisa break even
point sebagai alat pengendali atau controlling;
e. dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan harga jual, yaitu sesudah diketahui hasil-hasil
perhitungan menurut Analisa break even point dan laba yang
ditargetkan.
-- 197
5. Kelemahan dalam Analisa Break Event Point
Sesuai dengan karakteristiknya, Analisa break even point tidak
hanya mendatangkan manfaat dan kegunaan, namun juga memiliki
kelemahan. Sesuai dengan pernyataan Sofyan Syafri Harahap (1997:
364), kelemahan dalam Analisa BEP, antara lain sebagai berikut.
a. Asumsi yang menyatakan harga jual konstan, padahal
kenyataannya harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.
b. Asumsi terhadap penggolongan biaya tetap dan biaya variabel
juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk
memenuhi volume penjualan biaya harus berubah sebab
pembelian mesin-mesin dan peralatan lainnya. Demikian juga
perhitungan biaya variabel per unit akan dapat dipengaruhi
perubahan ini.
c. Biaya tetap tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
d. Biaya variable tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan
volume.
Sekalipun Analisa break even banyak dipakai oleh perusahaan,
namun tidak dapat dilupakan bahwa Analisa ini memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan utama dari Analisa break even point, antara
lain asumsi tentang linearity, klasifikasi biaya, dan penggunaannya
terbatas untuk jangka waktu yang pendek.
a. Asumsi tentang Linearity
biasanya , harga jual per unit ataupun variabel cost per
unit tidak berdiri sendiri dari volume penjualan. Dengan perkataan
lain, tingkat penjualan yang melewati titik tertentu hanya dicapai
dengan jalan menurunkan harga jual per unit. ini tentu akan
memicu garis renevue tidak lurus, namun melengkung. Di
samping itu, variabel operating cost per unit akan bertambah besar
dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas
penuh. ini bisa disebabkan menurunnya efesiensi tenaga kerja
atau bertambah besarnya upah lembur.
-- 198
b. Klasi kasi Biaya
Kelemahan kedua dari Analisa break even point yaitu kesulitan
dalam mengklasifikasikan biaya sebab adanya semivariabel cost,
yaitu biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu kemudian
berubah sesudah melewati titik ini .
c. Jangka waktu Penggunaan
Kelemahan lain dari Analisa break even point yaitu jangka
waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya dipakai dalam
pembuatan proyeksi operasi selama setahun. jika perusahaan
mengeluarkan biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang
cukup besar, namun hasil dari pengeluaran ini (tambahan
investasi) tidak terlihat dalam waktu yang dekat, sedang operating
cost sudah meningkat, sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang
harus dicapai menurut Analisa break even point agar dapat menutup
semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Analisa break
even point antara lain sebagai berikut.
1) Analisa BEP memerlukan adanya asumsi, terutama mengenai
hubungan antara biaya dengan pendapatan.
2) Analisa BEP bersifat statis, artinya hanya dipakai pada
titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.
3) Analisa BEP tidak dipakai untuk mengambil keputusan
akhir, namun dipakai jika ada penentuan kegiatan lanjutan
yang dapat dilakukan.
4) Analisa BEP tidak menyediakan pengujian aliran kas yang
baik, artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran
kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-
hal lainnya dianggap sama.
5) Analisa BEP kurang memperhatikan risiko-risiko yang terjadi
selama masa penjualan, misalnya kenaikan harga bahan
baku.
-- 199
1. Asumsi Dasar Analisa Break Even Point
Memahami dasar Analisa break even point diawali dengan
melihat asumsi-asumsi yang berpengaruh dalam Analisa break even
point. Oleh sebab itu, menjelaskan bahwa
beberapa asumsi yang berpengaruh dalam BEP, antara lain:
a. variabilitas biaya dianggap mendekati pola perilaku yang
diramalkan;
b. harga jual produk dianggap tidak berubah pada berbagai
tingkat kegiatan;
c. kapasitas produksi pabrik dianggap relatif konstan;
d. harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah;
e. efisiensi produksi dianggap tidak berubah;
f. perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak
signifikan;
g. komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah;
h. volume yaitu faktor satu-satunya yang memengaruhi
biaya.
Analisa break even point akan berguna saat beberapa asumsi
dasar dipenuhi oleh asumsi-asumsi ini , antara lain sebagai
berikut.
a. Biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan
jumlahnya secara tepat. Perubahan tingkat produksi dapat
dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
b. Biaya yang dapat diperkirakan, dipisahkan dengan yang bersifat
variabel dan yaitu beban tetap (fixed cost). Analisa break
even hanya dapat dihitung jika sebagian biaya yaitu
biaya tetap.
c. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa
yang diproduksi dianggap terjual habis. Dengan demikian,
tingkat persediaan barang jadi tidak mengalami perubahan
atau perusahaan tidak menyediakan stok barang jadi.
-- 200
d. Harga jual produk perusahaan di berbagai tingkat penjualan
tidak mengalami perubahan. ini berarti pasarnya demikian
sempurna atau share pasaran perusahaan sedemikian kecil
sehingga tidak mampu mengubah harga pasar yang terjadi.
e. Efesiensi perusahaan di berbagai tingkat kegiatan juga tidak
berubah, sehingga biaya variabel setiap unit produk sama
untuk berbagai volume produksi.
f. Tidak ada perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan
yang secara langsung berpengaruh terhadap beban tetap
keseluruhan. Dengan demikian, biaya tetap keseluruhan juga
tidak berubah.
g. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam
produk akhir. jika dalam kenyataannya produk yang
dibuat lebih dari satu macam, sales mix dipertahankan tetap
sama.
Pada kenyataannya, lebih banyak asumsi yang tidak dapat
dipenuhi. Walaupun demikian, perubahan asumsi ini tidak
mengurangi validitas dan kegunaan Analisa BEP sebagai alat bantu
pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, diperlukan modifikasi
tertentu dalam penggunaannya.
2. Asumsi Keterbatasan Analisa BEP
Diketahui bahwa salah satu keterbatasan dari Analisa BEP
dikarekan banyaknya asumsi yang mendasari Analisa ini. Di
sisi lain, asumsi-asumsi ini diperlukan jika Analisa ini
ingin dilakukan secara cepat dan akurat. Asumsi-asumsi yang
dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggung jawabannya
sering diambangkan. Oleh sebab itu, para manajer menganggap
bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan yaitu salah satu
keterbatasan Analisa BEP. Adapun keterbatasan asumsi-asumsi
dalam Analisa BEP, antara lain sebagai berikut.
a. Biaya dalam Analisa BEP
Dalam Analisa BEP, hanya memakai dua macam biaya,
yaitu fixed cost dan variable cost. Oleh sebab itu, dalam memulai
-- 201
Analisa BEP, perlu diawali dengan memisahkan komponen antara
biaya tetap dan biaya variabel.
Untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit
disebab kan adanya biaya yang tergolong semivariabel dan tetap.
Untuk memisahkan kedua biaya ini dapat dilakukan melalui
dua pendekatan berikut.
1) Pendekatan analitis, yaitu harus meneliti setiap jenis dan
unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang
ada beserta sifat-sifat biaya ini .
2) Pendekatan historis, yaitu harus dilakukan pemisahan biaya
tetap dan variabel berdasar angka-angka dan data biaya
masa lampau.
b. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap yaitu biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau
penjualan (dalam batas tertentu). Artinya, biaya tetap konstan
sampai kapasitas tertentu, yaitu kapasitas produksi yang dimiliki.
Contoh, gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya
kantor, dan lainnya.
c. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variable yaitu biaya yang secara total berubah-
ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
Artinya, asumsi biaya variabel berubah-ubah secara sebanding
(proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
ini sulit terjadi dalam mempraktiknya sebab dalam penjualan
jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang
diterima maupun diberikan perusahaan. Contoh, biaya bahan baku,
upah buruh langsung, komisi penjualan, dan lainnya.
d. Harga Jual
Harga jual hanya dipakai untuk satu macam harga jual
atau harga barang yang dijual atau diproduksi.
-- 202
e. Tidak Ada Perubahan Harga Jual
Harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode
Analisa . ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya,
yaitu saat harga jual dalam suatu periode dapat berubah seiring
dengan perubahan biaya lainnya yang langsung ataupun tidak
berhubungan langsung dengan produk.
3. Tujuan Analisa BEP
biasanya , salah satu tujuan perusahaan yaitu mencapai
laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan.
Menurut Adikoesoemah (1996: 359), Analisa break even point
dipakai oleh perusahaan dengan tujuan untuk:
a. mengevaluas i tu juan laba dar i perusahaan seca ra
keseluruhan,
b. menyajikan data biaya dan laba kepada top management, yang
diperlukan untuk mengambil keputusan dan merumuskan
kebijakan,
c. mengganti sistem laporan yang tebal dengan suatu grafik yang
mudah dibaca dan dimengerti.
Dalam penggunaan Analisa BEP, ada beberapa tujuan
yang ingin dicapai, yaitu:
a. mendesain spesifikasi produk;
b. menentukan harga jual per satuan;
c. menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar
tidak mengalami kerugian;
d. memaksimalkan jumlah produksi;
e. merencanakan laba yang diinginkan.
Pada prinsipnya, dalam break even point ada beberapa
asumsi yang harus dipenuhi, yaitu harga jual per unit tidak berubah
selama periode yang diAnalisa , demikian pula dengan biaya variabel
-- 203
per unit dan biaya tetap. jika asumsi-asumsi ini tidak
terpenuhi, titik break even akan mengalami perubahan. Perubahan-
perubahan ini , antara lain sebagai berikut.
1. Perubahan Harga Jual Per Unit
Perubahan harga jual per unit akan memengaruhi besarnya
titik break even. jika harga jual per unit naik sementara biaya
tidak berubah maka akan menurunkan titik break even. Demikian
pula sebaliknya, jika harga jual turun maka akan menaikkan
titik break even.
2. Perubahan Biaya Variabel Per Unit
Terjadinya perubahan pada biaya variabel juga akan mengubah
posisi titik break even, yaitu jika biaya variabel naik akan
menaikkan titik break even dan jika turun maka akan menurunkan
break even point.
3. Perubahan Biaya Tetap
Demikian pula perubahan biaya tetap akan mengubah posisi
BEP menjadi lebih besar jika biaya tetap naik dan akan turun
jika biaya tetap turun.
4. Perubahan Komposisi Sales Mix
Pada dasarnya, dalam asumsi BEP dinyatakan bahwa
jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk
dan menghasilkan lebih dari dua macam produk, tidak boleh
ada perubahan komposisi dalam sales mix-nya. Peran sales mix
menunjukkan perimbangan penjualan antara beberapa macam
produk yang dihasilkan. jika ada perubahan sales mix akan
memicu perubahan pada BEP secara total.
Menurut Mulyadi (1993: 259), dampak perubahan bisa terjadi
dari beberapa faktor dalam Analisa break even point, faktor-faktor
ini , antara lain sebagai berikut.
-- 204
a. jika terjadi perubahan dalam biaya variabel akan
memicu perubahan dalam contribution margin dan
impas.
b. Terjadinya perubahan dalam harga jual akan memicu
perubahan pada contribution margin dan impas.
c. Angka laba kontribusi hanya akan dipengaruhi oleh perubahan
pada biaya variabel dan harga jual.
d. Terjadinya perubahan dalam biaya tetap memicu
perubahan pada impas, namun tidak memengaruhi laba
kontribusi.
e. Terjadinya perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya
variabel pada arah yang sama akan memicu perubahan
tajam terhadap impas.
1. Pengertian dan Tujuan Penetapan Harga
Harga yaitu salah satu bagian yang penting dalam
pemasaran suatu produk. Harga yaitu satu dari empat bauran
pemasaran/marketing mix (4P = product, price, place, promotion).
Dalam pengertian lain, harga yaitu suatu nilai tukar dari
produk barang ataupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Dalam konteks ini, harga yaitu salah satu penentu keberhasilan
perusahaan sebab harga menentukan jumlah keuntungan yang
akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya, baik berupa
barang maupun jasa.
Menurut Alex S. Nitisemito (1991: 55), harga diartikan sebagai
nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan beberapa uang,
yaitu berdasar nilai ini seseorang atau perusahaan bersedia
melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Stanton
(1984) mendefinisikan harga sebagai nilai yang dinyatakan dalam
dolar dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar.
Adapun tujuan dalam penetapan harga, yaitu sebagai
berikut.
-- 205
a. Berorientasi pada Laba
Setiap usaha selalu memilih penetapan harga yang bertujuan
menghasilkan laba paling banyak. Besarnya persaingan memicu
suatu usaha sulit dalam memastikan harga yang dapat menghasilkan
laba paling banyak.
Sebagai solusinya, para pelaku usaha memakai pendekatan
target laba, yaitu besar laba yang sesuai dengan sasaran laba.
Berorientasi pada volume, penetapan harga sedemikian rupa dapat
mencapai tingkat volume penjualan tertentu, nilai penjualan atau
pangsa pasar tertentu.
b. Berorientasi pada Volume
Penetapan yang berorientasi pada volume bertujuan menetapkan
harga untuk mencapai target volume penjualan atau pangsa
pasar tertentu. Harganya lebih murah dibandingkan harga yang
berorientasi pada laba.
c. Berorientasi pada Stabilitas Harga
Tujuan berorientasi pada stabilitas harga untuk menjaga
kestabilan