manajemen bisnis 6

 



uhkan, dan lain-lain. 

Contoh, produsen telepon seluler memiliki mesin khusus untuk 

menguji ponsel-ponsel buatannya agar tahan terhadap bantingan. 

Jika ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan, produk ini  

perlu didesain ulang. Sudah tentu hal-hal yang memuaskan harus 

dilihat berdasar  sudut pandang konsumen, bukan produsen. 

biasanya , produsen-produsen besar saat ini mengkaji 

produknya secara terus-menerus agar nama produk yang dibuat 

tetap terjaga. Uji coba yang tepat dan akurat, berimplikasi pada 

citra merek atau perusahaan. Pada akhirnya akan diminati oleh 

konsumen.

h. Produksi Massal

Dalam produksi massal, sangat diperlukan adanya kontrol 

kualitas agar konsumen tidak sampai menerima barang yang rusak. 

jika  konsumen menerima barang yang rusak, akan berdampak 

negatif terhadap perusahaan. Pada akhirnya konsumen tidak akan 

lagi membeli barang ini . 

i. Garansi

Garansi yaitu layanan purna jual, biasanya diberikan oleh 

perusahaan yang membuat produk dengan tujuan agar konsumen 

tenang jika sewaktu-waktu ada kerusakan pada barang ini . 

biasanya , banyak konsumen yang lebih memilih 

membayar lebih mahal untuk mendapatkan garansi yang lebih tinggi 

dan menimbulkan ketenangan dalam pemakaian produk.

1. Tingkatan Produk

Dalam memahami tingkatan produk, menurut Kotler (2003: 

408) ada lima tingkatan produk, yaitu sebagai berikut.

a. Core benefit (namely the fundamental service of benefit that costumer 

really buying), yaitu manfaat dasar dari suatu produk yang 

ditawarkan kepada konsumen.

b. Basic product (namely a basic version of the product), yaitu 

bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh 

pancaindra.

c. Expected product (namely a set of attributes and conditions that 

the buyers normally expect and agree to when they purchase this 

product), yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-

kondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli 

suatu produk.

d. Augmented product (namely that one includes additional service 

and benefit that distinguish the company’s offer from competitor’s 

offer), yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang 

ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan 

oleh pesaing.

e. Potential  product  (namely all  of  the  argumentations and 

transformations that this product that ultimately undergo in the 

future), yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang 

dialami oleh suatu produk pada masa datang.

2. Klasi kasi Produk

Menurut Tjiptono (1999: 95), secara konseptual produk yaitu 

pemahaman subjektif dari produsen atas “sesuatu” yang bisa 

ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui 

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan 

kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli. 

Menurut Kotler (2003), ada beberapa hal dalam memahami 

klasifikasi produk, antara lain sebagai berikut.

a. berdasar  Wujudnya

Produk berdasar  wujudnya dibagi menjadi dua bagian.

1) Barang

Barang yaitu  produk yang berbentuk fisik, dapat 

disentuh, dipindahkan, dirasa, dipegang, dan perlakuan fisik lainnya. 

Produk dalam wujud barang lebih cenderung bersifat memanjakan 

mata dan menarik perhatian para pembeli sebab  dinilai dari segi 

keindahan bentuk produk ini . Salah satu kekurangan produk 

dalam wujud ini yaitu kerusakan. Suatu barang yang dipakai secara 

terus-menerus atau tidak benar, dapat menimbulkan kerusakan 

dan akan mengurangi nilai jual produk ini . Dengan kata 

lain, harga suatu barang akan terus berkurang seiring pemakaian 

produk ini .

2) Jasa

Jasa yaitu  hasil produk yang tidak memiliki bentuk 

(abstrak) berupa kegiatan atau aktivitas yang bermanfaat dan dapat 

memenuhi kebutuhan konsumen. Produknya dapat dikaitkan atau 

tidak dikaitkan dengan produk fisik. Contoh, produk dalam bentuk 

jasa, yaitu travel, driver, pegawai, dan lain-lain.

b. berdasar  Tujuannya

Produk berdasar  tujuan konsumsi, meliputi:

1) Barang Konsumsi

Barang konsumsi yaitu  produk yang dapat langsung 

dikonsumsi  tanpa melalui  proses  la in  dalam memenuhi 

kebutuhan.

2) Barang Industri

Barang industri yaitu  produk yang tidak dapat langsung 

dikonsumsi. Produk ini memerlukan proses lebih lanjut untuk 

menambah nilai jual, fungsi dan kepuasan dalam barang/jasa 

agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih spesifik. 

Barang industri dibagi menjadi empat bagian, yaitu convenience 

goods (barang yang sering dibeli), shopping goods (barang yang dapat 

dijual kembali), speciality goods (barang yang memiliki identifikasi 

khusus untuk membelinya), dan unsought goods (barang yang belum 

terpikirkan untuk dibeli oleh konsumen).

Klasifikasi barang atau produk berdasar  ketahanan 

(durability) dapat digolongkan dalam tiga kelompok.

a) Barang tidak tahan lama (nondurable goods), yaitu barang-

barang berwujud yang dikonsumsi dalam satu atau beberapa 

kali penggunaan, seperti sabun, mentega.

b) Barang tahan lama (durable goods), yaitu barang-barang 

berwujud yang dipakai  untuk waktu lama, misalnya kulkas, 

mesin, alat-alat onderil. 

c) Dalam penjualannya memakai  jasa, margin yang tinggi, 

bahkan memerlukan garansi dalam penjualannya.

Adapun klasifikasi produk atau barang konsumen, yaitu 

sebagai berikut.

a) Barang sehari-hari (convenience goods), artinya konsumen 

membeli dengan segera dan dengan usaha yang minimum, 

seperti susu, teh.

b) Barang belanja (shopping goods), artinya barang yang secara 

karakteristik dibandingkan oleh konsumen berdasar  

kecocokan, kualitas, harga, dan gaya.

c) Barang khusus (specialty goods), artinya memiliki karakteristik 

atau indentifikasi merek yang unik, yaitu saat  ada cukup 

banyak pembeli yang bersedia melakukan usaha pembelian 

khusus, dan berani membeli mahal, seperti lukisan, barang-

barang antik, dan lainnya.

-- 177

d) Barang yang tidak dicari (unsought goods), artinya barang yang 

tidak dikenal konsumen atau tidak dicari oleh konsumen untuk 

dibeli, seperti detector asap, asuransi jiwa.

Klasifikasi barang industri dapat dibedakan menjadi dua, 

yaitu sebagai berikut.

a) Bahan dan suku cadang, artinya barang yang seluruhnya 

menjadi bagian dari produk produsen yang dibagi menjadi 

dua, yaitu bahan mentah dan suku cadang.

b) Barang modal, artinya barang tahan lama yang memfasilitasi 

pengembangan atas pengelolaan barang jadi. Barang modal 

mencakup dua kelompok, yaitu instalasi dan peralatan.

3. Karakteristik Produk Jasa

Produk berupa jasa memiliki karakteristik yang berbeda 

dengan produk berupa barang. Menurut Kotler (2003), ada empat 

karakteristik yang dimiliki oleh jasa, yaitu sebagai berikut.

a.  Tidak Berwujud

Jasa yaitu sesuatu yang tidak berwujud. Tidak seperti produk 

fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, didengar, atau dicium sebelum 

jasa itu dibeli. Misalnya, seseorang yang menjalani “perawatan 

kesehatan” tidak dapat melihat hasilnya sebelum membeli jasa 

ini . 

Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari 

tanda atau bukti dari mutu jasa ini . Konsumen akan mengambil 

kesimpulan mengenai mutu jasa ini  dari tempat, orang, 

peralatan, alat komunikasi, dan harga yang mereka lihat.

b. Tidak dapat Dipisahkan

Jasa biasanya  diproduksi secara khusus dan dikonsumsi 

pada waktu yang bersamaan, sehingga mutu dari suatu jasa terjadi 

pada saat pemberian jasa. Interaksi yang terjadi antara penyedia 

jasa dan konsumen sangat memengaruhi mutu dari jasa yang 

diberikan. 

-- 178

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh penyedia 

jasa untuk menjaga mutu, yaitu bekerja dengan kelompok yang 

lebih besar, bekerja lebih cepat, melatih lebih banyak karyawan dan 

membina keyakinan pada diri konsumen.

c. Keragaman

Keragaman artinya suatu brang atau jasa memiliki banyak 

variasi jenis dan kualitas bergantung pada siapa, kapan, dan di mana 

jasa ini  disediakan. Para pengguna jasa sangat peduli terhadap 

keragaman yang tinggi dan sering meminta pendapat orang lain 

sebelum ia memutuskan untuk memilih dan membelinya. 

Dalam menjaga mutu pelayanan, dapat dilakukan kegiatan 

investasi dalam seleksi dan pelatihan personalia yang baik, 

standardisasi terhadap proses kinerja di seluruh tingkatan organisasi 

ini , memonitoring kepuasan konsumen melalui sistem pesan 

dan kesan, survei konsumen, dan sebagainya.

d. Tidak Tahan Lama

Jasa yang tidak dapat disimpan sebab  sifatnya yang tidak 

berwujud fisik. ini  tidak menjadi masalah jika  permintaannya 

stabil sebab  mudah untuk melakukan persiapan pelayanan 

sebelumya. Sebaliknya, jika permintaan berfluktuasi maka akan 

menimbulkan masalah bagi perusahaan.

4. Diferensiasi

Kotler (2003) mendefinikan diferensiasi sebagai tindakan 

merancang satu set perbedaaan yang berarti untuk membedakan 

penawaran perusahaan dari penawaran pesaing. 

Diferensiasi juga dapat dilakukan melalui lima dimensi, antara 

lain sebagai berikut.

a. Diferensiasi produk berfungsi untuk membedakan produk 

utama berdasar  keistimewaan, kinerja, kesesuaian, daya 

tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya dan 

rancangan produk.

-- 179

b. Diferensiasi pelayanan berfungsi untuk membedakan pelayanan 

utama berdasar  kemudahan pemesanan, pengiriman, 

pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan, 

pemeliharaan, dan perbaikan.

c. Diferensiasi personel berfungsi untuk membedakan personel 

perusahaan berdasar  kemampuan, kesopanan, kredibilitas, 

dapat diandalkan, cepat tanggap, dan komunikasi yang 

baik.

d. Diferensiasi saluran yaitu  langkah-langkah untuk 

pembedaan melalui cara membentuk saluran distribusi, 

jangkauan, keahlian dan kinerja saluran-saluran ini .

e. Diferensiasi citra berfungsi untuk membedakan citra perusahaan 

berdasar  perbedaan identitas melalui penetapan posisi, 

perbedaan lambang, dan perbedaan iklan.

Agar dapat dijadikan merek, produk yang populer di mata 

konsumen harus didiferensiasikan seperti halnya produk fisik 

memiliki potensi didiferensiasikan secara beragam. 

Pada salah satu titik tidak ekstrem, warga /konsumen 

menemukan produk yang memungkinkan sedikit bervariasi, misalnya 

ayam, aspirin, dan baja. Di sisi lain penjual menghadapi beberapa 

kemungkinan diferensiasi termasuk bentuk, fitur, penyesuaian, 

kualitas kerja, kualitas kesesuaian, ketahanan, keandalan, kemudahan 

perbaikan, dan gaya. 

Desain produk dengan kapasitasnya menjadi sarana diferensiasi 

yang semakin penting di dunia usaha produk dan jasa. 

Dengan demikian, diferensiasi produk meliputi hal-hal 

berikut.

a. Bentuk, banyak produk yang didiferensiasikan berdasar  

ukuran, bentuk, atau struktur fisik produk.

b. Fitur, dapat ditawarkan dengan melengkapi fungsi dasarnya. 

Perusahaan dapat mendiferensiasikan dan memilih fitur baru 

yang tepat dengan menyurvei pembeli terbaru kemudian 

menghitung perbandingan nilai pelanggan dengan biaya 

perusahaan untuk setiap fitur potensial.

-- 180

c. Penyesuaian, pemasar dapat mendiferensiasikan produk dengan 

menyesuaikan produk dan keinginan perseorangan. Dapat 

pula penyesuaian massal, yaitu kemampuan perusahaan untuk 

memenuhi kebutuhan setiap pelanggan untuk menyiapkan 

produk, jasa, program, dan komunikasi berbasis massal yang 

dirancang secara individual.

d. Kualitas kinerja, yaitu tingkat karakteristik utama produk 

beroperasi. Kualitas menjadi dimensi yang sangat penting 

untuk diferensiasi saat  perusahaan menerapkan model nilai 

dan memberi  kualitas yang lebih tinggi dengan uang yang 

lebih rendah.

e. Kualitas kesesuaian,  pembeli  mengharapkan produk 

memiliki kualitas kesesuaian yang tinggi, yaitu setiap unit 

yang diproduksi indentik dan memenuhi spesifikasi yang 

dijanjikan.

f. Ketahanan, ukuran umur operasi produk dalam kondisi 

biasa atau penuh tekanan yaitu  atribut berharga untuk 

produk-produk tertentu.

g. Keandalan yaitu ukuran probabilitas bahwa produk tidak 

akan gagal dalam periode waktu tertentu.

h. Kemudahan perbaikan yaitu ukuran kemudahan perbaikan 

produk saat  produk itu tidak berfungsi atau gagal.

i. Gaya menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada 

pembeli.

Melalui desain produk, deferensiasi menjadi totalitas fitur 

yang memengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi produk berdasar  

kebutuhan pelanggan. Desain sangat penting dalam pembuatan 

dan pemasaran jasa eceran, busana, barang kemasan, dan peralatan 

tahan lama.

saat  suatu produk tidak mudah untuk didiferensiasikan, 

kunci keberhasilan competitive terletak pada menambah layanan 

yang bernilai dan meningkatkan kualitas. Adapun diferensiator jasa 

yang utama dibutuhkan, antara lain sebagai berikut.

-- 181

a. Kemudahan dalam pemesanan (ordering ease), mengacu pada 

mudah-tidaknya pelanggan menempatkan pesanan dengan 

perusahaan.

b. Pengiriman (delivery), mengacu pada baik-tidaknya produk 

atau jasa yang dibawa ke pelanggan. Pengiriman meliputi 

kecepatan, akurasi, dan perawatan sepanjang proses. Saat ini 

biasanya  pelanggan menginginkan pengiriman yang 

cepat.

c. Instalasi ( installation) ,  mengacu pada pekerjaan yang 

dilakukan untuk membuat produk beroperasi di lokasi yang 

direncanakan.

d. Pelatihan pelanggan (customer training), mengacu pada pelatihan 

karyawan pelanggan untuk memakai  peralatan pemasok 

dengan benar dan efisien.

e. Konsultasi pelanggan (customer consulting), mengacu pada 

data, sistem informasi, dan layanan nasihat yang ditawarkan 

penjual kepada pembeli.

f. Pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair), meng-

gambarkan program layanan untuk membantu pelanggan 

mempertahankan produk yang dibeli dalam kondisi yang 

baik.

g. Pengembalian, meskipun pengembalian produk pasti 

merisaukan pelanggan, produsen, pengecer, dan distributor, 

pengembalian juga menjadi realitas tidak terhindarkan dari 

bisnis, terutama pembelian online.

biasanya  harapan perusahaan ataupun konsumen 

terhadap produk baru, menjadi sangat penting peranannya bahwa 

produk baru dianggap mampu untuk mempertahankan tingkat 

pertumbuhan dan keuntungan perusahaan serta untuk menggantikan 

produk-produk yang sudah kuno dan usang. 

Harapan-harapan itulah yang menjadi dasar pertimbangan 

atas pentingnya pengembangan manajemen produk. Sesuai dengan 

-- 182

kapasitasnya manajemen produk berfungsi untuk mengoordinasikan 

sumber daya produk menjadi efisien dan efektif.

1. Pengertian dan Kosep Pengembangan Produk

a. Pengertian Pengembangan Produk 

Menurut Kotler (2000: 374), pengembangan produk pada 

dasarnya yaitu perusahaan harus mengembangkan produk 

baru. Pengembangan produk baru dapat diyakini berfungsi 

untuk membentuk masa depan perusahaan yang lebih baik dan 

berkualitas. 

Produk pengganti diciptakan untuk mempertahankan atau 

membangun penjualan. Perusahaan dapat menambah produk baru 

melaui akuisisi dan/atau pengembangan produk baru.

usaha  pengembangan produk, dapat dilakukan melalui 

beberapa strategi, antara lain riset pemasaran, rekayasa, dan 

desain.

b. Kategori Produk Baru

Ada beberapa hal yang dapat dikategorikan produk baru, 

yaitu:

1) produk yang inovatif dan unik;

2) produk pengganti berbeda dari produk yang sudah ada;

3) produk imitative yaitu  produk baru bagi perusahaan 

tertentu, bukan baru di pasar;

4) produk yang memakai  bahan baku yang baru.

Makna lain dari istilah produk baru sering membingungkan 

sebab  di dalamnya terkandung berbagai macam makna yang 

sangat luas. Sebuah produk dapat dikatakan baru bagi dunia pasar, 

konsumen, bagi produsen atau penjual atau kombinasi dari kategori 

di atas. 

Ada enam kategori lain dari produk baru, yaitu sebagai 

berikut.

-- 183

1) Baru bagi dunia produk (new-to the-world product), artinya suatu 

produk dapat dikatakan baru yaitu  hasil inovasi yang 

terhenti (discontinue innovations). Produk ini akan menciptakan 

pasar yang baru secara keseluruhan. Contoh, telepon, televisi, 

komputer, dan mesin faksimili.

2) Lini produk baru (new-product-lines), artinya suatu produk 

belum pernah ditawarkan oleh perusahaan sebelumnya, 

disediakan untuk memasuki pasar yang sudah terbentuk. 

Contoh, tambahan dari lini produk yang telah ada (additions-

to-existing product-lines).

3) Kategori produk baru, meliputi produk baru yang yaitu  

tambahan dari line produk yang sudah ada sebelumnya. 

Contoh, peningkatan atau perbaikan produk yang telah ada 

(improvements or revisions of existing products).

4) Suatu barang dikatakan produk baru dan dapat berubah secara 

signifikan. Contoh, memosisikan kembali produk-produk 

(repositioning products).

5) Sebuah produk dikatakan baru, jika  produk dengan harga 

yang lebih murah (lower-priced-products).

6) Kategori produk ini mengacu pada produk-produk yang 

memiliki kinerja serupa dengan merek yang bersaing dengan 

harga yang lebih rendah.

c. Modi kasi Produk

Modifikasi produk berfungsi untuk memperbaiki produk yang 

sudah ada, kegiatannya meliputi quality, feature, dan style yang 

tujuannya meningkatkan penjualan. Modifikasi produk menciptakan 

tiga dimensi, antara lain untuk perbaikan mutu (quality improvement), 

perbaikan ciri-ciri khas (feature improvement), dan perbaikan gaya 

(style improvement).

d. Merchandising

Merchandising yaitu semua aktivitas perencanaan, baik dari 

produsen maupun pedagang perantara yang dimaksudkan untuk 

-- 184

menyesuaikan antara produk-produk yang dihasilkan dengan 

permintaan pasar.

2. Tujuan Pengembangan Produk Baru

Menurut Buchari Alma (2000: 101), tujuan pengembangan 

produk, antara lain:

a. untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas,

b. untuk menambah omset penjualan,

c. untuk memenangkan persaingan,

d. untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi,

e. untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan 

yang sama,

f. untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan,

g. untuk mencegah kebosanan konsumen,

h. untuk menyederhanakan produk, pembungkus. 

3. Tahap Pengembangan Produk Baru

Suatu usaha  agar pelaksanaan pengembangan produk dapat 

berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan, 

perlu diperhatikan tahap-tahap dalam melaksanakan pengembangan 

produk. Kotler (2002: 382) mendesain tahap-tahap pengembangan 

produk menjadi delapan, yaitu sebagai berikut.

a. Pemunculan Gagasan

Tahap pengembangan produk berawal dari pencarian gagasan. 

Gagasan produk berasal dari berbagai sumber, di antaranya manajer 

pengembangan dan penelitian, pelanggan, ilmuwan, pesaing, 

pegawai, pesaing, saluran pemasaran, dan manajemen puncak.

b. Penyaringan Gagasan

Tahap ini memerlukan adanya gagasan yang disampaikan 

oleh pihak-pihak yang diringkas menjadi tiga kelompok, yaitu 

gagasan yang menjanjikan, gagasan yang pas-pasan, dan gagasan 

-- 185

yang ditolak. Dalam proses menyaring gagasan, perusahaan harus 

memperhatikan dan menghindari dua kesalahan, yaitu:

1) kesalahan membuang, kesalahan ini terjadi jika perusahaan 

membuang ide yang sebenarnya baik untuk dikembangkan. 

sebab  kurangnya gambaran perusahaan terhadap potensi 

ide ini  maka perusahaan membuangnya;

2) kesalahan jalan terus, kesalahan ini terjadi jika  perusahaan 

mengembangkan ide yang sebenarnya merugikan. ini  

akan memicu  produk yang dikembangkan mengalami 

kegagalan di pasar. 

c. Pengembangan dan Penyajian Konsep

Pada prinsipnya gagasan yang menarik harus disempurnakan 

menjadi konsep yang dapat diuji. Gagasan produk yaitu gagasan 

yang dapat ditawarkan oleh perusahaan ke pasar. Konsep produk 

yaitu versi terperinci dari suatu gagasan yang dinyatakan dalam 

istilah-istilah yang berarti bagi keinginan konsumen.

d. Pengembangan Strategi Pemasaran

biasanya , perusahaan yang mengembangkan produk 

melalui strategi pemasaran disebab kan perlu memperkenalkan 

produknya kepada pasar. Strategi pemasaran mencakup tiga bagian 

pokok.

1) Bagian Pertama

- Menjelaskan ukuran, struktur, dan perilaku pasar 

sasaran.

- Rencana penentuan posisi produk, penjualan, pangsa 

pasar, dan laba yang diinginkan dalam beberapa tahun 

yang akan datang.

2) Bagian Kedua

- Mengikhtisarkan rencana harga produk.

- Strategi distribusi.

- Anggaran pemasaran untuk tahun pertama.

-- 186

3) Bagian Ketiga

- Menjelaskan penjualan jangka panjang.

- Menjelaskan sasaran laba.

- Menjelaskan strategi bauran pemasaran selama jangka 

waktu itu.

e. Analisa  Bisnis

Analisa  bisnis dilakukan oleh perusahaan sesudah manajemen 

mengembangkan konsep produk dan strategi pemasaran, sehingga 

manajemen dapat mengevaluasi daya tarik bisnis. 

Selanjutnya, manajemen perlu melakukan persiapan proyeksi 

penjualan, biaya, dan laba. Hal itu diperlukan untuk menentukan 

tujuan perusahaan. Jika manajemen telah memenuhi konsep itu, 

kegiatan dapat dilanjutkan ke tahap pengembangan produk. 

f. Pengembangan Produk

Jika konsep produk dapat melewati pengujian bisnis maka 

berlanjut ke bagian litbang dan/atau rekayasa untuk dikembangkan 

menjadi produk fisik.

g. Pengujian Pasar 

Pengujian pasar yaitu  suatu tahap saat  produk diberi 

merek, kemasan, dan program atas tanggapan konsumen dan 

penyaluran terhadap masalah-masalah perlakuan, penggunaan, dan 

pembelian barang ulang produk serta pengkajian atas luas pasar 

sesungguhnya. 

Luasnya pengujian pasar yang harus diadakan akan bergantung 

pada dua segi, yaitu biaya dan risiko penanaman modal di satu 

pihak, keterbatasan waktu dan biaya penelitian di pihak lainnya. 

h. Tahap Komersialisasi

Tahapan komersialisasi yaitu  tahap peluncuran produk 

ke pasar saat  perusahaan yang berkapasitas sebagai produsen 

-- 187

suatu produk akan memutuskan mengenai peluncuran produk ke 

pasar. 

Tahap ini sepenuhnya menjadi kewajiban manajemen dalam 

ragka menentukan kapan (when), kepada siapa (who), dan bagaimana 

(how) produk-produk itu dipasarkan.

Sebuah perusahaan yang sukses dalam mengembangkan, 

memperkenalkan, dan menghasilkan produk baru, biasanya  

melakukan hal-hal berikut.

1) Memiliki dan menjalankan komitmen jangka panjang yang 

diperlukan untuk mendukung inovasi dan pengembangan 

produk baru.

2) Selalu memakai  pendekatan khusus perusahaan, digerakkan 

oleh tujuan korporasi dan memakai  strategi-strategi yang 

telah ditegaskan sebagai strategi utama perusahaan.

3) Memiliki pengalaman sebagai modal untuk mencapai 

dan mempertahankan keunggulan bersaing (competitive 

advantage).

4) Memiliki pandangan untuk membangun suatu lingkungan-

gaya manajemen, struktur oganisasi dan dukungan manajemen 

puncak yang kondusif untuk mencapai tujuan spesifik produk 

baru serta tujuan korporasi.

1. Hakikat Nilai Desain Produk

Produk yaitu  salah satu aspek penting dalam variabel 

marketing mix. Produk juga yaitu  salah satu variabel yang 

ikut menentukan dalam kegiatan suatu usaha. Tanpa produk, suatu 

perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan untuk mencapai hasil 

yang diharapkan. 

Banyaknya pesaing di dunia bisnis memerlukan suatu desain 

dan bentuk produk yang berbeda satu sama lain. Desain produk 

perusahaan harus memiliki suatu ketangguhan, keunggulan ataupun 

kelebihan dibandingkan dengan produk yang dihasilkan perusahaan 

lain, dalam ini  perusahaan pesaing.

-- 188

2. Permasalahan Desain Produk

a. Desain yang Tangguh

Dalam mendesain yang tangguh berarti suatu produk dirancang 

sedemikian rupa sehingga ada sedikit variasi pada produk atau 

perakitan tidak berdampak banyak pada produk akhir. 

Desain yang dapat diproduksi perlu menyesuaikan dengan 

persyaratan yang sudah ditentukan, bahkan dengan adanya kondisi 

proses produksi yang tidak sempurna, perlu mendapat perhatian 

yang serius. Ketidakseriusan dalam menyajikan desain yang tangguh, 

akan pemicu permasalahan bagi perusahaan.

b. Desain Moduler

Desain moduler yaitu  sebuah desain saat  bagian atau 

komponen dari suatu produk dibagi-bagi menjadi modul-modul 

yang dapat dipertukarkan dan diganti dengan mudah. Kemudahan 

itu juga berdampak pada ketidakstabilan dan kosistensi sebuah 

perusahaan. 

c. Computer-Aided Design

Computer-aided design yaitu penggunaan komputer secara 

interaktif untuk mengembangkan dan mendokumentasikan produk. 

Dokumentasi desain produk diperlukan saat  perusahaan akan 

memproduksi ulang suatu barang. Sebaliknya, desain tidak 

terdekumentasikan, sehingga perusahaan akan menemukan kesulitan, 

terutama dalam hal standar, bentuk, model, ukuran, dan sejenisnya. 

jika  hal itu terjadi akan berdampak pada hasil produk yang 

tidak terstandar.

d. Computer-Aided Manufacturing

Computer-aided manufacturing yaitu penggunaan teknologi 

informasi untuk mengendalikan mesin. Adapun manfaatnya yaitu 

kualitas produk menjadi semakin baik, waktu desain yang lebih 

singkat, pengurangan biaya produksi, ketersediaan basis data, 

memunculkan kemampuan baru.

-- 189

Tidak berfungsinya computer-aided manufacturing berarti 

tidak terkendalinya suatu desain ataupun produk. jika  hal itu 

terjadi, kualitas produk tidak akan terjamin. Keterjaminan sebuah 

produk menjadi tanggung jawab perusahaan. Produk tidak terjamin 

berdampak negatif terhadap perkembangan perusahaan.

e. Teknologi Virtual Reality

Bentuk komunikasi visual dipakai  sebagai pengganti 

dari benda aslinya, namun  masih memungkinkan pengguna untuk 

meresponsnya secara interaktif. 

Dengan perkembangan teknologi saat ini, perusahaan yang 

baik perlu mengikuti perkembangan teknologi. Sebaliknya, sebuah 

perusahaan tidak dapat memanfaatkan teknologi informasi dan 

komunikasi yang menjadi pemicu dari ketertinggalan.

3. Tantangan dalam Desain Produk

Banyak faktor dalam desain produk yang perlu diperhatian, 

di antaranya sebagai berikut.

a. Kebutuhan konsumen. Pelanggan akan memiliki pengaruh 

yang besar atas cara produk dirancang dan berkembang. 

Alasan produk dirancang harus mampu memenuhi kebutuhan 

pelanggan potensial yang akan dibidik. 

b. Segmentasi pasar. Pasar/konsumen perlu dibedakan, salah 

satunya mengingat perbedaan dalam selera konsumen. Semakin 

kompleks konsumen dalam stratanya, akan semakin banyak 

jenis produk yang diperlukan dalam melayani segmentasi 

konsumen.

c. Teknologi. Dalam mendesain produk teknologi berperan dalam 

menghasilkan produk yang diminati. Perkembangan teknologi 

mengharuskan produsen untuk menciptakan produk yang 

berkualitas.

d. Kondisi lokal. Dalam desain produk perlu dipertimbangkan 

budaya lokal warga /konsumen sehingga produk bisa 

dimanfaatkan dengan baik dan tidak menyusahkan.

-- 190

-- 191

Peran penting infomasi dalam dunia bisnis, teletak pada 

efektivitas tidaknya informasi yang dipakai  oleh jajaran 

manajemen. Informasi dipandang dari sudut manajemen dapat 

berfungsi untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan 

kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu 

perusahaan bergantung pada sistem informasi akuntansi manajemen 

(Mulyadi, 1993). 

Break even point (BEP) di Indonesia dikenal dengan titik impas, 

yaitu salah satu bentuk dari sekian banyak informasi akuntansi 

manajemen yang dipakai  dalam mengAnalisa  hubungan antara 

revenue/sales, cost, volume, dan profit. 

Analisa  break even point sangat penting peranannya bagi 

pimpinan perusahaan, berguna untuk mengetahui tingkat produksi, 

antara lain dalam menentukan jumlah penjualan atau seberapa jauh 

manajer mengetahui break even point perusahaanya. Para manajer akan 

lebih mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, 

biaya, rugi atau laba, perusahaannya, sehingga memudahkan bagi 

mereka untuk mengambil kebijaksanaan. biasanya , teknik 

Analisa  titik impas sudah dimiliki oleh segenap pelaku bisnis. Hal 

ini sangat berguna bagi pengaturan bisnis dalam cakupan yang 

luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. 

BAB 7

-- 192

1. Pengertian Break Even Point

Break even point di suatu perusahan yaitu keadaan perusahaan 

yang operasinya tidak memperoleh laba dan tidak mengalami 

kerugian atau total pengeluaran biaya sama nilainya dengan total 

hasil penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. 

Menurut Djarwanto (2002), break even point yaitu suatu 

keadaan impas, yaitu jika  telah disusun perhitungan laba dan 

rugi suatu periode tertentu, perusahaan tidak mendapat keuntungan 

dan tidak menderita kerugian.

Menurut Harahap (2004), break even point berarti suatu keadaan 

saat  perusahaan tidak mengalami laba dan tidak mengalami rugi, 

artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi 

ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya 

tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga 

tidak ada laba tidak ada rugi. 

Lain halnya dengan Garrison dan Noreen (2004) bahwa break 

even point yaitu tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi 

semua biaya operasional, yaitu saat  break even ini  laba sebelum 

bunga dan pajak sama dengan nol. 

S. Munawir (2002) menyatakan bahwa titik break even point atau 

titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan saat  

operasi perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita 

rugi (total penghasilan = total biaya). 

Menurut Jumingan (2006: 183), “Analisa  break even point 

diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, 

volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya yang 

bersifat tetap, variabel, dan laba atau rugi.” 

Salah satu usaha  untuk mencapai keuntungan semaksimal 

mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah, antara lain: 

a. menekan biaya produksi ataupun biaya operasional serendah-

rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas, 

dan kuantitas; 

-- 193

b. menentukan harga sesuai dengan laba yang dikehendaki; 

c. meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.

Langkah-langkah ini  di atas, tidak dapat dilakukan 

secara terpisah sebab  tiga faktor ini  memiliki  hubungan 

yang erat dan dan sinergis saling berkaitan. Dengan kata lain, salah 

satu faktor bermasalah dampaknya akan membawa akibat terhadap 

seluruh kegiatan operasi. 

Oleh sebab  itu, struktur laba dari dan oleh sebuah perusahaan 

dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami 

hubungan antara biaya, volume kegiatan, dan laba.

2. Mamahami Analisa  Break Even Point

Menurut Abdullah (2004), Analisa  break even point disebut 

juga cost volume profit analysis. Pentingnya Analisa  break even point 

bagi manajer perusahaan, terutama dalam mempertimbangkan 

pengambilan keputusan keuangan.

Dalam kapasitasnya, Analisa  break event yaitu suatu teknik 

Analisa  untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya 

variabel, keuntungan, dan volume aktivitas. 

Posisi suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu 

dapat menderita kerugian sebab  penghasilan penjualannya hanya 

mampu menutup biaya variabel dan menutup sebagian kecil biaya 

tetap.

Dengan demikian, arti penting dari sebuah Analisa  break even 

point, antara lain:

a. untuk menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi 

agar perusahaan tidak mengalami kerugian;

b. untuk penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai dalam 

mendapatkan laba tertentu;

c. untuk penetapan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar 

perusahaan tidak menderita kerugian.

-- 194

Menurut Rony (1990: 357), Analisa  titik impas atau Analisa  break 

even point sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan 

beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara 

berbeda namun tetap berkaitan, yaitu:

a. pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan tingkat 

penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh 

laba;

b. sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap 

tingkat operasional;

c. membantu manajemen dalam mengAnalisa  konsekuensi 

penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap sebab  

otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.

3. Memahami Landasan Break Even Point

Makna lain dari memahami landasan break even point, di 

antaranya tentang langkah-langkah untuk menentukan break even 

yaitu membagi harga pokok penjualan (HPP), dan biaya operasi 

menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu  fungsi 

dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan ditetapkan 

berdasar  kontrak, misalnya sewa gudang. Adapun biaya variabel 

bergantung pada penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya 

biaya angkut barang.

jika  sebuah perusahaan hanya memiliki  biaya variabel, 

masalah break even point dalam perusahaan ini  tidak akan 

muncul. Masalah break even point akan muncul jika  suatu 

perusahaan memiliki  biaya variabel dan biaya tetap. 

Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah sesuai 

dengan volume produksi perusahaan, sedang  besarnya biaya 

tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada 

perubahan volume produksi.

Dengan adanya unsur biaya variabel dan unsur biaya tetap, 

suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dikatakan 

menderita kerugian sebab  penjualan hanya menutupi biaya tetap. 

ini  mengisyaratkan bahwa bagian dari hasil penjualan yang 

-- 195

tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya, artinya tidak cukup 

untuk menutupi biaya variabelnya. 

jika  diketahui nilai volume penjualan atau penghasilan 

total sama besarnya dengan nilai biaya total, sehingga perusahaan 

tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian 

dinamakan break even point.

4. Manfaat Analisa  Break Event Point

Matz, Usry, dan Hammer (1991: 224) menjelaskan manfaat dari 

Analisa  break even point untuk kepentingan manajemen, yaitu: 

a. untuk membantu pengendalian melalui anggaran,

b. untuk meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan,

c. untuk mengAnalisa  dampak perubahan volume,

d. untuk mengAnalisa  harga jual dan dampak perubahan 

biaya,

e. untuk merundingkan upah,

f. untuk mangAnalisa  bauran produk,

g. untuk menerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi 

lanjutan,

h. untuk mengAnalisa  margin of safety.

Menurut Sigit (1993: 1), Analisa  break even point memiliki  

beberapa manfaat, antara lain:

a. sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha 

mencapai laba tertentu,

b. sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas 

yang sedang berjalan,

c. sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual,

d. sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan 

keputusan.

-- 196

Break even point dapat juga dipakai  untuk berbagai tujuan, 

terutama bagi perusahaan yang sedang menyusun perencanaan. 

Di samping itu, break even point dapat dipakai  pula sebagai alat 

pengendalian waktu perusahaan masih dalam kegiatan sebelum 

berakhirnya suatu periode.

Senada dengan itu, Sigit (1996: 3) juga menyatakan tentang 

berbagai manfaat Analisa  break even point, yaitu:

a. sebagai alat untuk merencanakan laba, 

b. sebagai alat untuk perencanaan budget,

c. sebagai penentu harga jual produk, 

d. sebagai dasar menentukan harga jual produk,

e. sebagai dasar rencana pengembangan, 

f. sebagai dasar pengambilan keputusan.

berdasar  uraian ini  di atas, dapat ditarik kesimpulan 

bahwa manfaat Analisa  break even point, antara lain:

a. dapat dipakai sebagai alat pemberi informasi kepada manajemen 

secara sederhana dan singkat;

b. Analisa  break even point dapat dipakai  sebagai alat pedoman 

dalam mengambil keputusan yang menyangkut biaya, 

pendapatan, dan perencanaan biaya;

c. dapat memberi  gambaran tentang biaya dan hasil produk 

yang diharapkan secara menyeluruh dalam aktivitas utama 

perusahaan untuk masa mendatang;

d. dapat dipakai  sebagai landasan untuk mengendalikan 

kegiatan oprasional yang sedang berjalan, yaitu sebagai sarana 

realisasi dengan perhitungan berdasar  Analisa  break even 

point sebagai alat pengendali atau controlling;

e. dapat dipakai  sebagai bahan pertimbangan dalam 

menentukan harga jual, yaitu sesudah diketahui hasil-hasil 

perhitungan menurut Analisa  break even point dan laba yang 

ditargetkan. 

-- 197

5. Kelemahan dalam Analisa  Break Event Point

Sesuai dengan karakteristiknya, Analisa  break even point tidak 

hanya mendatangkan manfaat dan kegunaan, namun  juga memiliki  

kelemahan. Sesuai dengan pernyataan Sofyan Syafri Harahap (1997: 

364), kelemahan dalam Analisa  BEP, antara lain sebagai berikut.

a. Asumsi yang menyatakan harga jual konstan, padahal 

kenyataannya harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai 

dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.

b. Asumsi terhadap penggolongan biaya tetap dan biaya variabel 

juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk 

memenuhi volume penjualan biaya harus berubah sebab  

pembelian mesin-mesin dan peralatan lainnya. Demikian juga 

perhitungan biaya variabel per unit akan dapat dipengaruhi 

perubahan ini.

c. Biaya tetap tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.

d. Biaya variable tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan 

volume.

Sekalipun Analisa  break even banyak dipakai  oleh perusahaan, 

namun  tidak dapat dilupakan bahwa Analisa  ini memiliki  beberapa 

kelemahan. Kelemahan utama dari Analisa  break even point, antara 

lain asumsi tentang linearity, klasifikasi biaya, dan penggunaannya 

terbatas untuk jangka waktu yang pendek. 

a. Asumsi tentang Linearity 

biasanya , harga jual per unit ataupun variabel cost per 

unit tidak berdiri sendiri dari volume penjualan. Dengan perkataan 

lain, tingkat penjualan yang melewati titik tertentu hanya dicapai 

dengan jalan menurunkan harga jual per unit. ini  tentu akan 

memicu  garis renevue tidak lurus, namun  melengkung. Di 

samping itu, variabel operating cost per unit akan bertambah besar 

dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas 

penuh. ini  bisa disebabkan menurunnya efesiensi tenaga kerja 

atau bertambah besarnya upah lembur.

-- 198

b. Klasi kasi Biaya 

Kelemahan kedua dari Analisa  break even point yaitu kesulitan 

dalam mengklasifikasikan biaya sebab  adanya semivariabel cost, 

yaitu biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu kemudian 

berubah sesudah melewati titik ini .

c. Jangka waktu Penggunaan

Kelemahan lain dari Analisa  break even point yaitu jangka 

waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya dipakai  dalam 

pembuatan proyeksi operasi selama setahun. jika  perusahaan 

mengeluarkan biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang 

cukup besar, namun  hasil dari pengeluaran ini  (tambahan 

investasi) tidak terlihat dalam waktu yang dekat, sedang  operating 

cost sudah meningkat, sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang 

harus dicapai menurut Analisa  break even point agar dapat menutup 

semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Analisa  break 

even point antara lain sebagai berikut. 

1) Analisa  BEP memerlukan adanya asumsi, terutama mengenai 

hubungan antara biaya dengan pendapatan.

2) Analisa  BEP bersifat statis, artinya hanya dipakai  pada 

titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.

3) Analisa  BEP tidak dipakai  untuk mengambil keputusan 

akhir, namun  dipakai  jika ada penentuan kegiatan lanjutan 

yang dapat dilakukan.

4) Analisa  BEP tidak menyediakan pengujian aliran kas yang 

baik, artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran 

kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-

hal lainnya dianggap sama.

5) Analisa  BEP kurang memperhatikan risiko-risiko yang terjadi 

selama masa penjualan, misalnya kenaikan harga bahan 

baku.

-- 199

1. Asumsi Dasar Analisa  Break Even Point

Memahami dasar Analisa  break even point diawali dengan 

melihat asumsi-asumsi yang berpengaruh dalam Analisa  break even 

point. Oleh sebab  itu, menjelaskan bahwa 

beberapa asumsi yang berpengaruh dalam BEP, antara lain:

a. variabilitas biaya dianggap mendekati pola perilaku yang 

diramalkan;

b. harga jual produk dianggap tidak berubah pada berbagai 

tingkat kegiatan;

c. kapasitas produksi pabrik dianggap relatif konstan;

d. harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah;

e. efisiensi produksi dianggap tidak berubah;

f. perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak 

signifikan;

g. komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah;

h. volume yaitu  faktor satu-satunya yang memengaruhi 

biaya.

Analisa  break even point akan berguna saat  beberapa asumsi 

dasar dipenuhi oleh asumsi-asumsi ini , antara lain sebagai 

berikut.

a. Biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan 

jumlahnya secara tepat. Perubahan tingkat produksi dapat 

dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.

b. Biaya yang dapat diperkirakan, dipisahkan dengan yang bersifat 

variabel dan yaitu  beban tetap (fixed cost). Analisa  break 

even hanya dapat dihitung jika sebagian biaya yaitu  

biaya tetap.

c. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa 

yang diproduksi dianggap terjual habis. Dengan demikian, 

tingkat persediaan barang jadi tidak mengalami perubahan 

atau perusahaan tidak menyediakan stok barang jadi.

-- 200

d. Harga jual produk perusahaan di berbagai tingkat penjualan 

tidak mengalami perubahan. ini  berarti pasarnya demikian 

sempurna atau share pasaran perusahaan sedemikian kecil 

sehingga tidak mampu mengubah harga pasar yang terjadi.

e. Efesiensi perusahaan di berbagai tingkat kegiatan juga tidak 

berubah, sehingga biaya variabel setiap unit produk sama 

untuk berbagai volume produksi.

f. Tidak ada perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan 

yang secara langsung berpengaruh terhadap beban tetap 

keseluruhan. Dengan demikian, biaya tetap keseluruhan juga 

tidak berubah.

g. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam 

produk akhir. jika  dalam kenyataannya produk yang 

dibuat lebih dari satu macam, sales mix dipertahankan tetap 

sama.

Pada kenyataannya, lebih banyak asumsi yang tidak dapat 

dipenuhi. Walaupun demikian, perubahan asumsi ini tidak 

mengurangi validitas dan kegunaan Analisa  BEP sebagai alat bantu 

pengambilan keputusan. Oleh sebab  itu, diperlukan modifikasi 

tertentu dalam penggunaannya.

2. Asumsi Keterbatasan Analisa  BEP

Diketahui bahwa salah satu keterbatasan dari Analisa  BEP 

dikarekan banyaknya asumsi yang mendasari Analisa  ini. Di 

sisi lain, asumsi-asumsi ini  diperlukan jika  Analisa  ini 

ingin dilakukan secara cepat dan akurat. Asumsi-asumsi yang 

dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggung jawabannya 

sering diambangkan. Oleh sebab  itu, para manajer menganggap 

bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan yaitu  salah satu 

keterbatasan Analisa  BEP. Adapun keterbatasan asumsi-asumsi 

dalam Analisa  BEP, antara lain sebagai berikut.

a. Biaya dalam Analisa  BEP

Dalam Analisa  BEP, hanya memakai  dua macam biaya, 

yaitu fixed cost dan variable cost. Oleh sebab  itu, dalam memulai 

-- 201

Analisa  BEP, perlu diawali dengan memisahkan komponen antara 

biaya tetap dan biaya variabel. 

Untuk memisahkan kedua biaya ini  relatif  sulit 

disebab kan adanya biaya yang tergolong semivariabel dan tetap. 

Untuk memisahkan kedua biaya ini  dapat dilakukan melalui 

dua pendekatan berikut. 

1) Pendekatan analitis, yaitu harus meneliti setiap jenis dan 

unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang 

ada beserta sifat-sifat biaya ini . 

2) Pendekatan historis, yaitu harus dilakukan pemisahan biaya 

tetap dan variabel berdasar  angka-angka dan data biaya 

masa lampau.

b. Biaya Tetap (Fixed Cost) 

Biaya tetap yaitu  biaya yang secara total tidak mengalami 

perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau 

penjualan (dalam batas tertentu). Artinya, biaya tetap konstan 

sampai kapasitas tertentu, yaitu kapasitas produksi yang dimiliki. 

Contoh, gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya 

kantor, dan lainnya. 

c. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variable yaitu  biaya yang secara total berubah-

ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. 

Artinya, asumsi biaya variabel berubah-ubah secara sebanding 

(proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. 

ini  sulit terjadi dalam mempraktiknya sebab  dalam penjualan 

jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang 

diterima maupun diberikan perusahaan. Contoh, biaya bahan baku, 

upah buruh langsung, komisi penjualan, dan lainnya.

d. Harga Jual 

Harga jual hanya dipakai  untuk satu macam harga jual 

atau harga barang yang dijual atau diproduksi.

-- 202

e. Tidak Ada Perubahan Harga Jual

Harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode 

Analisa . ini  bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, 

yaitu saat  harga jual dalam suatu periode dapat berubah seiring 

dengan perubahan biaya lainnya yang langsung ataupun tidak 

berhubungan langsung dengan produk. 

3. Tujuan Analisa  BEP

biasanya , salah satu tujuan perusahaan yaitu mencapai 

laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan.

Menurut Adikoesoemah (1996: 359), Analisa  break even point 

dipakai  oleh perusahaan dengan tujuan untuk:

a. mengevaluas i  tu juan  laba  dar i  perusahaan  seca ra 

keseluruhan,

b. menyajikan data biaya dan laba kepada top management, yang 

diperlukan untuk mengambil keputusan dan merumuskan 

kebijakan,

c. mengganti sistem laporan yang tebal dengan suatu grafik yang 

mudah dibaca dan dimengerti.

Dalam penggunaan Analisa  BEP, ada  beberapa tujuan 

yang ingin dicapai, yaitu:

a. mendesain spesifikasi produk;

b. menentukan harga jual per satuan;

c. menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar 

tidak mengalami kerugian;

d. memaksimalkan jumlah produksi;

e. merencanakan laba yang diinginkan.

Pada prinsipnya, dalam break even point ada  beberapa 

asumsi yang harus dipenuhi, yaitu harga jual per unit tidak berubah 

selama periode yang diAnalisa , demikian pula dengan biaya variabel 

-- 203

per unit dan biaya tetap. jika  asumsi-asumsi ini  tidak 

terpenuhi, titik break even akan mengalami perubahan. Perubahan-

perubahan ini , antara lain sebagai berikut.

1. Perubahan Harga Jual Per Unit 

Perubahan harga jual per unit akan memengaruhi besarnya 

titik break even. jika  harga jual per unit naik sementara biaya 

tidak berubah maka akan menurunkan titik break even. Demikian 

pula sebaliknya, jika  harga jual turun maka akan menaikkan 

titik break even.

2. Perubahan Biaya Variabel Per Unit

Terjadinya perubahan pada biaya variabel juga akan mengubah 

posisi titik break even, yaitu jika  biaya variabel naik akan 

menaikkan titik break even dan jika  turun maka akan menurunkan 

break even point. 

3. Perubahan Biaya Tetap 

Demikian pula perubahan biaya tetap akan mengubah posisi 

BEP menjadi lebih besar jika  biaya tetap naik dan akan turun 

jika  biaya tetap turun.

4. Perubahan Komposisi Sales Mix

Pada dasarnya, dalam asumsi BEP dinyatakan bahwa 

jika  perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk 

dan menghasilkan lebih dari dua macam produk, tidak boleh 

ada perubahan komposisi dalam sales mix-nya. Peran sales mix 

menunjukkan perimbangan penjualan antara beberapa macam 

produk yang dihasilkan. jika  ada perubahan sales mix akan 

memicu  perubahan pada BEP secara total.

Menurut Mulyadi (1993: 259), dampak perubahan bisa terjadi 

dari beberapa faktor dalam Analisa  break even point, faktor-faktor 

ini , antara lain sebagai berikut.

-- 204

a. jika  terjadi perubahan dalam biaya variabel akan 

memicu  perubahan dalam contribution margin dan 

impas.

b. Terjadinya perubahan dalam harga jual akan memicu  

perubahan pada contribution margin dan impas.

c. Angka laba kontribusi hanya akan dipengaruhi oleh perubahan 

pada biaya variabel dan harga jual.

d. Terjadinya perubahan dalam biaya tetap memicu  

perubahan pada impas, namun  tidak memengaruhi laba 

kontribusi.

e. Terjadinya perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya 

variabel pada arah yang sama akan memicu  perubahan 

tajam terhadap impas.

1. Pengertian dan Tujuan Penetapan Harga 

Harga yaitu  salah satu bagian yang penting dalam 

pemasaran suatu produk. Harga yaitu satu dari empat bauran 

pemasaran/marketing mix (4P = product, price, place, promotion). 

Dalam pengertian lain, harga yaitu suatu nilai tukar dari 

produk barang ataupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. 

Dalam konteks ini, harga yaitu  salah satu penentu keberhasilan 

perusahaan sebab  harga menentukan jumlah keuntungan yang 

akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya, baik berupa 

barang maupun jasa.

Menurut Alex S. Nitisemito (1991: 55), harga diartikan sebagai 

nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan beberapa uang, 

yaitu berdasar  nilai ini  seseorang atau perusahaan bersedia 

melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. Stanton 

(1984) mendefinisikan harga sebagai nilai yang dinyatakan dalam 

dolar dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar.

Adapun tujuan dalam penetapan harga, yaitu sebagai 

berikut.

-- 205

a. Berorientasi pada Laba 

Setiap usaha selalu memilih penetapan harga yang bertujuan 

menghasilkan laba paling banyak. Besarnya persaingan memicu  

suatu usaha sulit dalam memastikan harga yang dapat menghasilkan 

laba paling banyak. 

Sebagai solusinya, para pelaku usaha memakai  pendekatan 

target laba, yaitu besar laba yang sesuai dengan sasaran laba. 

Berorientasi pada volume, penetapan harga sedemikian rupa dapat 

mencapai tingkat volume penjualan tertentu, nilai penjualan atau 

pangsa pasar tertentu.

b. Berorientasi pada Volume

Penetapan yang berorientasi pada volume bertujuan menetapkan 

harga untuk mencapai target volume penjualan atau pangsa 

pasar tertentu. Harganya lebih murah dibandingkan harga yang 

berorientasi pada laba.

c. Berorientasi pada Stabilitas Harga

Tujuan berorientasi pada stabilitas harga untuk menjaga 

kestabilan