Tampilkan postingan dengan label kondisi perekonomian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kondisi perekonomian. Tampilkan semua postingan

kondisi perekonomian








Financial distress atau sering disebut dengan kesulitan keuangan, teIjadi 
sebelum suatu perusahaan benar-benar mengalami kebangkrutan. Financial 
distress merupakan suatu kondisi yanE; menunjukkan tahap penurunan dalam 
kondisi keuangan perusahaan yang teIjadi sebelum terjadinya kebangkrutan 
ataupun likuidasi , Financial distress juga bisa didefinisikan sebagai 
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban financial yang telah 
jatuh tempo  mendefinisikanfinar.'Cial distress sebagai, "Financial distress 
is lIsed to mean severe liquidity problems that cannot be resolved without a 
sizable rescaling of the entity's operations or structure." 
Financial distress bisa terjadi d berbagai perusahaan dan bisa menjadi 
penanda/sinyal dari kebangkrutan yang mungkin akan dial ami perusahaan. Jika 
perusahaan sudah masuk dalam kondisijinancial distress, maka manajemen harus 
berhati-hati karena bisa saja masuk paela tahap kebangkrutan. Manajemen dari 
perusahaan yang mengalami financial distress harus melakukan tindakan untuk 
mengatasi masalah keuangan ini  dan mencegah terjadinya kebangkrutan. 
Perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dapat dilihat atau 
ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: 
a. Lau (1987, dalam Spica, yang dikutip oleh Almilia, 2006), menyatakan bahwa 
financial distress teIjadi dalam suatu perusahaan jika terdapat pemberhentian 
tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran dividen. 
b. Asquith, Gertner dan Scharfstein , memakai  
interest coverage ratio untuk mendefinisikan kondisifinancial distress. 
c.  menyatakan bahwa 
financial distress terjadi jika arus kas masuk lebih rendah dari arus kas keluar. 
d.  mendefinisikan keadaan 
financial distress jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban yang 
tercantum eli elalam laporan keuangannya. 
e.  menyatakan bahwa 
financial distress terjadi pada peru,ahaan yang profitabilitasnya menurun. Dengan menurunnya profitabilitas, maka kemampuan perusahaan untuk 
membayar pokok pinjaman dan bunga dui pinjaman akan menurun. 
f. mengukur financial distress dengan 
cara adanya arus kas yang lebih kecil dari utangjangka panjang saat ini. 
g. 
menyatakan bahwafinancial distress teIjadi pada perusahaan yang mengalami 
laba bersih operasi (net operating income) negatif. 
h.  bahwa 
perusahaan dikatakan mengalami financial distress jika perusahaan ini  
dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan ini  
dipersyaratkan melakukan perencanaan r~strukturisasi. 
i.  bahwa perusahaan 
dikatakan mengalami financial distress jika perusahaan ini  mengalami 
pelanggaran teknis dalam hutang dan diprediksikan perusahaan ini  
mengalami kebangkrutan pada peri ode yang akan datang. 
j.  menyatakan bahwa, "Increase in 
the cost of capital, stricter requirements by creditors and suppliers to finance 
the company, decrease in the cash now, increase of financial leverage, and 
regular change of the key employees are among the signals of financial 
distress ". 
k. menyatakan bahwa saat  perusahaan tidak bisa memenuhi apa yang 
tercantum dalam kontrak hutang, maka perusahaan itu mengalami financial 
distress. 
1.  menyatakan bahwa perusahaan 
yang melaporkan rugi selama 3 periode berturut-turut, mengalami financial 
distress. 
m.  menyatakan bahwa 
penangguhan dari dividen saham prefen~n dan penurunan dalam dividen kas 
merupakan tanda darifinancial distress. Penurunan dividen kas dapat menjadi 
informasi yang negatiftentang arus kas masa depan perusahaan. 
2. Kebangkrutan 
Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi atau penutupan perusahaan 
atau insolvensi. Biasanya, kebangkrutan suatu perusahaan ditandai dengan 
financial distress, yaitu keadaan dimana perusahaan lemah dalam menghasilkan 
laba atau cenderung mengalami defisit. Dengan kata lain, kebangkrutan dapat 
diartikan juga sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi 
perusahaan untuk memperoleh laba 
Kebangkrutan sebagai kegagalan diartikan sebagai kegagalan keuangan dan 
kegagalan ekonomi yang terjadi pad a perusahaan Kegagalan dalam arti ekonomi 
(economic failure) merupakan keadaan dimana perusahaan kehilangan uang atau 
pendapatan perusahaan tidak bisa menutupi biayanya sendiri. Atau dengan kata lain nilai sekarang dari arus kas sebenamya lebih kecil dari kewajiban atau laba 
lebih kecil dari modal kerja 
Kegagalan keuangan diartikan sebagai insolvensi yang membedakan 
antara arus kas dan dasar saham . Insolvensi 
atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu: 
a. Insolvensi teknik, merupakaan keadaan dimana perusahaan dianggap tidak 
dapat memenuhi kewajibannya pada saat kewajiban telah jatuh tempo. 
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan diartikan dalam ukuran kekayaan 
bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas 
yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. 
Kebangkrutan bisa disebabkan deh banyak faktor. Dalam beberapa kasus 
alasannya bisa dikenali setelah analisis laporan keuangan. Tapi ada beberapa 
kasus dimana perusahaan sedang mengalami penurunan, namlln beberapa item 
dalam laporan keuangan masih menun.lukkan kinerja jangka pendek yang baik. 
Ada beberapa perusahaan yang mengalami tahapan 
kebangkrutan. Namun ada juga yang tidak mengalami tahapan kebangkrutan. Tahapan dari kebangkrutan ini  dijabarkan sebagai berikut 
a. Latency. Pada tahap latency, Retllrn 011 Assets (ROA) akan mengalami 
penurunan. 
b. Shortage of Cash. Dalam tahap kekurangan kas, perusahaan tidak memiliki 
cukup sumber daya kas untuk memenuhi kewajiban saat ini, meskipun masih 
mungkin memiliki tingkat profitabilitas yang kuat. c. Financial Distress. Kesulitan keuangan dapat dianggap sebagai keadaan 
darurat keuangan, dimana kondisi ini mendekati kebangkrutan. 
d. Bankruptcy. Jika perusahaan tidak dapat menyembuhkan gejala kesulitan 
keuangan (financial distress), maka perusahaan akan bangkrut. 
Kebangkrutan dapat disimpulkan s<:bagai suatu keadaanlsituasi di mana 
perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban kepada debitor 
karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk 
menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin 
dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai 
saat  perusahaan sudah tidak mampu lagi dalam memenuhi kewajibannya dan 
menjalankan operasi perusahaan, maka selaruutnya akan ditutup atau dilikuidasi. 
3. Penyebab Financial Distress 
Financial distress bisa teIjadi pada semua perusahaan. Penyebab 
teIjadinya financial distress juga bermacam-macam. Lizal (2002, dalam 
Fachrudin, 2008) mengelompokkan penyebab kesulitan, yang disebut dengan 
Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Pelyebab Kesulitan Keuangan. Terdapat 
3 alas an utama mengapa perusahaan bisl mengalami financial distress dan 
kemudian bangkrut, yaitu: 
a. Neoclassical model 
Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya di dalam 
perusahaan tidak tepat. Manajemen yang kurang bisa mengalokasikan sumber 
daya (aset) yang ada di perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan. 
b. Financial model 
Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dengan liquidity 
constraints. iberarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup 
dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. 
c. Corporate governance model 
Menurut model ini, kebangkrutan mernpunyai campuran aset dan struktur 
keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini 
mendorong perusahaan menjadi Ollt of the market sebagai konsekuensi dari 
masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan. 
Pada krisis keuangan di Asia yarg terjadi tahun 1997-1998, banyak 
literatur yang menunjukkan bahwa corporate governance adalah salah satu faktor 
kunci yang terkait dengan kesulitan keuangan Corporate governance yang bisa 
menyebabkan perusahaan mengalami financial distress adalah kepemilikan yang 
terkonsentrasi (ownership concentration) dan tata kelola yang buruk (poor 
cO/po rate governance) 
Tata kelola yang buruk dalam perusahaan dapat memfasilitasi peluang untuk 
pemegang saham pengendali (mayoritas) untuk mentransfer nilai perusahaan ke 
kantong mereka sendiri,  Pengurangan nilai perusahaan akan 
membuat perusahaan mempunyai kemungkinan mengalami financial distress 
yang lebih besar ). Selain masalah corporate governance, financial distress juga bisa 
disebabkan kondisi eksternal yang berada di luar perusahaan, seperti kondisi 
makro ekonomi. Sejumlah penulis mengemukakan bahwa faktor makro ekonomi 
mempunyai dampak signifikan pada tetjadinya kesulitan keuangan, dan kemudian 
akan berdampak pada kebangkrutan pemsahaan . Namun, 
faktor makro ekonomi ini relatif jarang. Beberapa faktor makro ekonomi yang 
bisa menyebabkan financial distress antara lain fluktuasi dalam inflasi, suku 
bunga, Gross National Product, ketersediaan kredit, tingkat upah pegawai, dan 
sebagainya 
mencatat bahwa kebijakan moneter yang ketat dapat meningkatkan kemungkinan 
kebangkrutan, karena ekspektasi investor yang negatif tentang kondisi moneter. 
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan perusahaan sangat 
erat terkait dengan kondisi makro ekonomi 
4. Manfaat Melakukan Prediksi Fimmcial Distress 
Prediksi financial distress ini sangat penting bagi berbagai pihak. i
menjadi perhatian bagi berbagai pihak karena dengan mengetahui kondisi 
perusahaan yang mengalami financial distress, maka berbagai pihak ini  
dapat mengambil keputusan atau tindakan untuk memperbaiki keadaan ataupun 
untuk menghindari masalah. Ada berbagai macam cara atau metode yang bisa 
digunakan untuk melakukan prediksifinancial distress. Berbagai cara atau metode 
ini  dibahas dalam bagian pembahasan dari artikel ini. 
Berbagai pihak yang berkepelltingan untuk melakukan prediksi atas 
kemungkinan terjadinyajinancial distress adalah 
a. Pemberi Pinjaman atau Kreditor. Institusi pemberi pinjaman memprediksi 
financial distress dalam memutuskan apakah akan memberikan pinjaman dan 
menentukan kebijakan mengawasi pinjaman yang telah diberikan pada 
perusahaan. Selain itu juga digunakan untuk menilai kemungkinan masalah 
suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga. 
b. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor saat  
akan memutuskan untuk berinvestasi pad a suatu perusahaan. 
c. Pembuat Peraturan atau Badan Regulator. Badan regulator mempunyai 
tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan 
perusahaan individu. imenyebabkan perlunya suatu model untuk 
mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas 
perusahaan. 
d. Pemerintah. Prediksi financial distress penting bagi pemerintah dalam 
melakukan antitrust regulation. 
e. Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna 
bagi auditor dalam membuat penilaian going concern perusahaan. Pada tahap 
penyelesaian audit, auditor harus membuat penilaian tentang going concern 
perusahaan. Jika ternyata perusahaan diragukan going concern-nya, maka 
auditor akan memberikan opini wajar tanpa pengeculian dengan paragraf 
penjelas atau bisa juga memberikan opini disclaimer (atau menolak 
memberikan pendapat). 
f. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan 
akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak 
langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksaan akibat ketetapan 
pengadilan). Oleh karena itu, manajemen harus melakukan prediksi financial 
distress dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk dapat mengatasi 
kesulitan keuangan yang teIjadi dan mencegah kebangkrutan pada perusahaan. 
5. Cara Memprediksi Financial Distress 
Ada berbagai macam cara yang bisa digunakan untuk memprediksi 
financial distress hingga kebangkrutan, yaitu: 
a. Analisis Rasio Keuangan 
Merupakan cara yang paling sering digunakan untuk memprediksi financial 
distress. Banyak penelitian dilakukan ur.tuk menemukan rasio keuangan yang 
bisa digunakan untuk memprediksi financial distress. Berbagai model untuk 
memprediksifinancial distress yang disusun dari berbagai rasio keuangan: 
I. Model Z-Score 
Model ini dikembangkan oleh Altman pada tahun 1968. Altman 
memakai  5 rasio keuangan untuk memprediksi corporate failure. 
(Fachrudin, 2008). Model Z-Score yang dikembangkan Altman, yaitu: 
(a). Untuk erusahaan go ublie: 
Z = O,012Xl + O,OUX:! + O,033X3 + O,OO6X4 + O.999xsl 
Keterangan: 
Xl = working capital to total assets 
X2 = retained earning to total assets 
X3 = earning before interest and taxes to total assets 
X4 = market value of equity to book value of total debt 
X5 = sales to total asselS 
Z = overall index 
(b). Untuk erusahaan yang tidak a ublic: 
Z = 0.717Xl + 0.847X2 + 3.l07X3 + 0,420X4 + O.998x'':; 
Keterangan: 
Xl = working capital to total assets 
X2 = retained earning to total assets 
X3 = earning before interest and taxes to total assets 
X4 = book value of eqUity to book value of total debt 
X5 = sales to total assets 
Nilai cut-off adalah Z < 1,81 perusahaan masuk kategori bangkrut; 
1,81 < Z-Score < 2,67 perusahaan mas uk wilayah abu-abu (grey area 
atau zone of ignorance); dan Z >2,67 perusahaan tidak bangkrut. 
2. Model Zeta 
Model ini dikembangkan pada tahun 1977 oleh Altman dan Zeta 
Service Inc., sebuah perusahaan keuangan, di mana model ini lebih 
akurat dalam mengklasifikasikan kebangkrutan. Varibel yang masuk 
dalam model Zeta antara lain return on assets, stability of earnings, 
debt service, cumulative projitability, liquidity/current ratio, 
capitalization (five year average of total market value), dan size (total 
tangible assets) (Jones, 2002; dalam Fachrudin, 2008) 
3. Model O-Score 
Ohlson pada tahun 1980 menemukan tujuh rasio keuangan yang 
mampu mengindetifikasi perusahaan yang pailit dengan memakai  
regresi logistik, di mana tingkat ketepatan yang mendekati hasil 
penelitian Altman Berikut adalah formula dari model O-Score: 
O-score = -1.32 - 0.407 ,log (total assets) 
+6,03 (to/alliabilities to total assets) 
-1.43 (working capital to total assets) 
+0,076 (curlellt liabilities to Cllrrellt assets) 
-1. 72 (1 if iotalliabilitics > total assets, ° if othcmise) 
-2.37 (lief mcolllc to total assets) 
-1.83 (jll1WS from operations to total liabilities) 
+0,285 (1 if nct loss for the last two ycars. ° othemise) 
-0,521 lIet I11COIII(" -lIct illcOJi/ct.l 
IlIc! incolll(" 1+ Illct inC0Il1(".1 I 
Makin tinggi nilai O-Score maka makin tinggi peluang perusahaan 
untuk mengalamijinancial distress dan kebangkrutan. 
4. Model Zmijewski 
Zmijewski pada tahun 1984 (dalam Anandarajan et al., 2001, dikutip 
oleh Fachrudin, 2008) melakukan penelitian untuk memprediksi 
kebangkrutan yang tidak dilakukan dalam industri spesifik sehingga 
dapat ditera kan secara universallintas industri. Model Zmijewski: 
b* = -4,803 - 3.6 ROA + 5,4FNL - 0,1LIQ I 
Keterangan: 
b* menunjukkan kemungkinan bangkrut, semakin besar nilainya 
menunjukkan kemungkinan bangkrut yang lebih besar. 
ROA = net income to total assets 
FNL = Total debt to assets 
LIQ = Current assets to current liabilities. 
5. Rasio CAMEL 
Rasio CAMEL merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk 
menilai kinerja perusahaan perbankan. Penilaian kinerja Ill) 
memakai  lima aspek pl~nilaian, yaitu: I) capital; 2) assets; 3) 
management; 4) earnings; 5) liquidity yang disebut CAMEL. Almilia 
dan Herdiningtyas (2005) menguji faktor-faktor yang menentukan 
kebangkrutan di sektor perbankan dengan memakai  rasio 
CAMEL, di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa CAMEL 
memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang 
mengalami kesulitan keuangan dan yang mengalami kebangkrutan. 
b. Analisis Arus Kas 
Laporan arus kas melaporkan arus kas perusahaan pada periode berjalan 
sekaligus menggambarkan arus kas masa depan. Kordestani et al. (2011) 
menemukan bahwa ada perbedaan signifikan dalam komposisi arus kas pada 
peri ode satu, dua dan tiga tahun sebelumfinancial distress. Artinya,financial 
distress bisa diprediksi atas dasar isi dan komposisi laporan arus kas. Casey & 
Bartczak (1985) juga memberikan bukti tentang apakah data arus kas operasi 
dapat meningkatkan akurasi model t.ntuk membedakan antara perusahaan 
yang bangkrut dan tidak bangkrut. 
c. Prediksi melalui Corporate Governance Perusahaan 
Prediksi financial distress bisa dilakukan melalui evaluasi corporate 
governance atau tata kelola perusahaan. Jika perusahaan tidak dikelola dengan 
baik, maka imenjadi prediksi bagi terjadinyafinancial distress. i

d. Prediksi melalui Kondisi Makro Ekonomi 
Kondisi financial distress bisa diprediksi melalui evaluasi kondisi makro 
ekonomi yang ada di suatu negara. Jika kondisi makro ekonomi di negara 
terse but memburuk, maka ada kemungkinan perusahaan di negara terse but 
mengalami financial distress. 8eberapa faktor makro ekonomi yang bisa 
menyebabkan financial distress, antara lain fluktuasi dalam inflasi, suku 
bunga, Gross National Product, ketersediaan kredit, tingkat upah pegawai, 
dan sebagainya (Liou dan Smith, 2007). Tsai et at. (2009) juga meneliti faktor 
makro ekonomi yang bisa digunakan untuk memprediksifinancial distress. 
e. Credit Cycle Index 
Kim  mengembangkan credit cycle index 
dengan memakai  faktor-faktor makro ekonomi untuk menentukan 
indikator cutoffdarifinancial distress. Hasil penelitian Tsai dan Chang (2010) 
menunjukkan bahwa credit cycle index dapat meningkatkan kinerja indikator 
cutoff untuk memprediksi financial distress. Model ini dapat memprediksi 
financial distress, terutama di pasar negara berkembang. Secara teoritis, credit 
cycle index negatifmenunjukkan resesi ekonomi (Tsai dan Chang, 2010). 
f. Artificial Neural Networks 
memprediksi kesulitan keuangan perusahaan dengan 
memakai  artificial neural networks dan faktor internal yang 
mempengaruhi perusahaan (variabel keuangan mikro). Hasil penelitian 
 bahwa penggunaan faktor mikro 
ekonomi dapat memainkan peran penting dalam memprediksi financial 
distress. Artificial neural networks digunakan dalam berbagai kebutuhan 
seperti sistem militer, perala tan rumah l:angga otomatis, perbankan, elektronik, 
industri, pertahanan, kesehatan, audio dan video, robot, telekomunikasi, dan 
sistem transportasi. Artificial neural networks ini menjadi populer di masa 
depan dengan memakai  komputer kecepatan tinggi dan komputasi 
algoritma yang belajar lebih cepat 
g. Prediksi melalui Opini Auditor Independen 
Auditor independen pada tahap penyeksaian audit, harus melakukan evaluasi 
terhadap going concern perusahaan. Jika terdapat keraguan atas going concern 
perusahaan, maka auditor tidak bisa memberi pendapat wajar tanpa 
pengecualian, melainkan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas atau tidak memberikan pendapat. Dari membaca laporan audit, para 
stakeholder dapat memprediksi kondisi perusahaan apakah mengalami 
financial distress yang akan mengarah pada kebangkrutan. Kennedy dan Shaw 
(1991) menemukan bahwa opini auditor merupakan variabel yang signifikan 
dalam memprediksi financial distrei's. Tsai et al. (2009) juga meneliti opini 
auditor untuk memprediksifinancial distress. 
h. Rough Set TheO/y (RST) dan Support Vector Machine (SVM) 
Yu et al. (2011) melakukan prediks .. financial distress dengan memakai  
integrated model of RST dan support vector machine (SVM) dalam rangka 
peringatan dini dan metode yang lebih baik meningkatkan akurasi prediksi. 
RST dan SVM merupakan alat yang bisa meningkatkan akurasi prediksi dari 
financial distress. RST adalah keran,~ka kerja formal untuk menemukan fakta 
dari data yang tidak sempuma , dan telah berhasil diterapkan 
untuk reduksi data, ekstraksi aturan, data mining dan granularity computation. 
SVM berdasarkan teori pembelajaran statistik, di mana peneliti dapat secara 
efektif mengklasifikasikan data ke kelas yang berbeda. 
6. Dampak dari Financial Distress 
saat  manajemen perusahaan yang go public mengumumkan bahwa 
mereka sedang mengalami kondisi financial distress, maka pasar modal akan 
bereaksi.  meneliti tentang reaksi pasar setelah perusahaan 
melakukan pengumuman financial distress. Almilia menguji abnormal return 
perusahaan pasca pengumuman financial distress. Hasilnya pelaku pasar modal 
bereaksi terhadap pengumumanfinanciai distress ini . 
Kondisi financial distress merupakan kondisi yang tidak diinginkan oleh 
berbagai pihak. Jika terjadi financial distress, maka investor dan kreditor akan 
cenderung berhati-hati dalam melakukan investasi atau memberikan pinjaman 
pada perusahaan terse but. Stakeholder akan cenderung bereaksi negatif terhadap 
kondisi ini. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus segera mengambil 
tindakan untuk mengatasi masalahfinancial distress dan mencegah kebangkrutan. 
Kwon dan Wild (1994) menemukan bLhwa financial distress secara signifikan 
terkait dengan informativeness lapomn tahunan. Hasil penelitian ini  
menunjukkan bahwa pemegang saham b~reaksi terhadap laporan tahunan ini  
secara signifikan yang bisa dilihat melalui harga saham dan reaksi ini  lebih 
besar untuk dua tahun sebelum, dan tahlln pada saat teIjadinyafinancial distress 
dibandingkan dengan peri ode sebelum teljadinyafinancial distress. 
7. Solusi untuk Perusahaan yang Mengalami Financial Distress 
Kondisi financial distress memberikan dampak buruk bagi perusahaan 
karena kepercayaan investor dan kreditor serta pihak ekstemal lainnya. Oleh 
karena itu, manajemen harus melakukan tindakan untuk dapat mengatasi kondisi 
financial distress dan mencegah terj<ldinya kebangkrutan. Perusahaan yang 
mengalami financial distress biasanya rnemiliki arus kas yang negatif sehingga 
mereka tidak bisa membayar kewajiban yang jatuh tempo. Ada 2 solusi yang bisa 
diberikan jika perusahaan mempunyai ams kas negatif , yaitu: a. Restrukturisasi utang 
Manajemen bisa melakukan restrukturisasi hutang yaitu mencoba meminta 
perpanjangan waktu dari kreditor untuk pelunasan hutang hingga perusahaan 
mempunyai kas yang cukup untuk melunasi hutang terse but. 
b. Perubahan dalam manajemen 
Jika memang diperlukan, perusahaan mungkin harus melakukan penggantian 
manajemen dengan orang yang lebih berkompeten. Dengan begitu, mungkin 
saja kepercayaan stakeholder bisa kembali pada perusahaan. iuntuk 
menghindari larinya investor potensial perusahaan pada kondisi financial 
distress. 
Simp ulan 
Financial distress merupakan kondisi yang menunjukkan tahap penurunan 
dalam kondisi keuangan perusahaan yang tl!rjadi sebelum terjadinya kebangkrutan 
ataupun likuidasi. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi atau penutupan 
perusahaan atau insolvensi. Kebangkrutan sebagai kegagalan diartikan sebagai 
kegagalan keuangan dan kegagalan ekonomi yang terjadi pada perusahaan. 
Financial distress juga bisa didefinisikan sebagai ketidakmampuan perusahaan 
untuk membayar kewajiban-kewajibanfinancial yang telah jatuh tempo. 
Kondisi financial distress dihindari oleh perusahaan karena dapat 
mengakibatkan kebangkrutan jika manajemen tidak mampu mengambil tindakan 
yang tepat untuk mengatasi masalah keuangan yang ada. Dari pembahasan, dapat 
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 
a. Financial distress bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) kesalahan 
dalam alokasi sumber daya, 2) struktur keuangan yang salah; 3) tata kelola 
yang buruk, dan 4) kondisi makro ekonomi yang buruk. 
b. Financial distress merupakan hal yang buruk, banyak pihak di dalam dan di 
luar perusahaan yang merasa penting untuk melakukan prediksi financial 
distress. Pihak-pihak ini  antara lain: kreditor, investor, pembuat 
peraturan atau badan regulator, pemerintah, auditor, dan manajemen. 
c. Ada berbagai cara untuk memprediksi financial distress, antara lain: 1) 
analisis rasio keuangan; 2) analisis arus kas; 3) prediksi melalui corporate 
governance perusahaan; 4) prediksi melalui kondisi makro ekonomi; 5) credit 
cycle index; 6) artificial neural netwGrks; 7) prediksi melalui opini auditor 
independen; serta 8) rough set theory dan support vector machine. 
d. Financial distress dapat berdampak buruk bagi perusahaan. Pengumuman 
perusahaan tentang financial distress dapat menimbulkan reaksi pasar modal 
di mana investor kehilangan kepercayaan kepada perusahaan. Oleh karena itu, 
manajemen perusahaan harus seger a mengambil tindakan untuk bisa 
mengatasi masalahfinancial distress dan mencegah kebangkrutan. 
e. Solusi yang bisa dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengatasi 
financial distress, yaitu: 1) melakukan restrukturisasi hutang; dan 2) 
penggantian manajemen perusahaan. 



Kondisi perekonomian akhir-akhir ini mengalami goncangan yang cukup 
besar akibat berbagai permasalahan yang terjadi. Krisis ekonomi pada negara￾negara di Eropa sedikit banyak juga mernbawa dampak pada perekonomian 
negara-negara di dunia. Sebelumnya, sekitar tahun 2008, dunia dikejutkan dengan 
krisis ekonomi di Amerika Serikat akibat subprime mortgage. Dampak dari krisis 
ini  juga dirasakan oleh negara-negara di dunia, termasuk juga di negara kita . 
negara kita  sendiri pemah mengalami krisis multi dimensi pada pertengahan tahun 
1997, yang sering disebut krisis moneter. Krisis ini dimulai dari merosotnya nilai 
rupiah terhadap dolar hingga sampai pada masalah likuidasi di bidang perbankan. 
Kepercayaan investor mulai menurun dan banyak masalah keuangan yang 
dihadapi oleh perusahaan-perusahaan di negara kita . Banyak perusahaan yang 
mengalami kondisi yang disebut denganfinancial distress. 
Fenomena kesulitan keuangan (jinancial distress) di perusahaan publik 
negara kita  yang ada akhir-akhir ini terjadi kctika peningkatan harga minyak yang 
mengejutkan pada tahun 2005 dan krisis subprime mortgage pada 2008 , Pada tahun 2005, pemerintah negara kita  mengurangi subsidi untuk 
harga min yak lokal. imembuat biaya produksi mengalami peningkatan dan  akhimya menurunkan profitabilitas perusahaan. Selain itu non perfonning loan 
(NPL) pada bank umum yang meningkat menjadi 68 triliun rupiah pada Maret 
2006 dari 61 triliun rupiah pada Oktober 2005. Banyak perusahaan publik yang 
terdaftar di Bursa Efek negara kita  (BEl) menjadi delisting sebagai akibat dari 
kerugian besar dan kekurangan uang tunai. Fenomena yang sama telah terjadi 
pad a tahun 2008, kegiatan bisnis yang mengalami kontraksi di pasar intemasional 
karena krisis keuangan global melanda dunia dan NPL meningkat lagi menjadi 
60,6 triliun rupiah pada Maret 2009 dan 55.4 triliun rupiah pada November 2008. 
(http://www.bi.go.id. dalam Pranowo et al., 2010). Dengan demikian, perusahaan 
publik yang terdaftar di BEl menjadi sangat sensitif dengan faktor-faktor ekstemal 
dan mengalamifinancial distress. 
Financial distress merupakan suatu kondisi yang menunjukkan tahap 
penurunan dalam kondisi keuangan pe:usahaan yang terjadi sebelum terjadinya 
kebangkrutan ataupun likuidasi (Plat dan Plat, 2002, dalam Almilia, 2006). 
Kebangkrutanjuga sering disebut likuid:tsi perusahaan atau penutupan perusahaan 
atau insolvensi. Kebangkrutan sebagai kegagalan diartikan sebagai kegagalan 
keuangan (financial failure) dan kegagalan ekonomi (economic failure) yang 
terjadi pada perusahaan.  Financial distress 
juga bisa didefinisikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar 
kewajiban-kewajibanjinancial yang telahjatuh tempo. 
Financial distress bisa dialami oleh semua perusahaan, terutama jika 
kondisi perekonomian di negara t'~mpat perusahaan ini  beroperasi 
mengalami krisis ekonomi. Untuk mengatasi atau meminimalisir teIjadinya 
kebangkrutan di perusahaan, pihak manajemen harus melakukan pengawasan 
terhadap kondisi keuangan perusahaan dengan memakai  analisis laporan 
keuangan ,Analisis laporan keuangan 
merupakan alat penting untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi keuangan 
perusahaan. Analisis keuangan mempunyai 2 alat utama yang bisa digunakan, 
yaitu: analisis rasio (ratio analysis) dan anal isis arus kas (cash flow analysis). 
 Kedua alat ini  bisa digunakan oleh 
manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam perusahaan untuk 
menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai oleh perusahaan dari strategi yang 
dijalankan dan juga kegagalan apa yang terjadi. Jika kondisi keuangan perusahaan 
tampak mengalami penurunan, maka sebaiknya manajemen mulai berhati-hati, 
karena kondisi yang demikian bisa mengarah padafinancial distress. 
Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian bagi banyak pihak, tidak 
hanya manajemen perusahaan, karena kelangsungan hidup dan kondisi keuangan 
perusahaan menentukan kemakmuran berbagai pihak yang berkepentingan 
(stakeholder), seperti investor, kreditor, dan pihak lainnya. Stabilitas keuangan 
perusahaan menjadi perhatian penting bagi karyawan, investor, pemerintah, 
pemilik bank, dan otoritas pengatur re5ulasi ,Oleh karena itu, 
banyak dikembangkan metode atau can untuk memprediksi terjadinya financial 
distress. Jika kondisifinancial distress ini dapat diprediksi lebih dini, maka pihak 
manajemen perusahaan bisa melakukan tindakan-tindakan yang bisa digunakan 
untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan. Prediksi ini sekaligus bisa 
digunakan oleh berbagai pihak untuk pengambilan keputusannya, seperti pihak kreditor. Kreditur yang mengetahui bahwa perusahaall sedang dalam kondisi 
financial distress, sebaiknya tidak memberikan pinjaman karena akan sangat 
berisiko, kecuali manajemen perusahaan suclah mempersiapkan strategi yang tepat 
untuk mengatasi masalahfinancial distress ini . Pihak lain yang juga terkait 
dengan masalahfinancial distress aclalah investor. Tentu saja investor tidak akan 
melakukan investasi pada perusahaan yang ,.edang mengalamifinancial distress. 
Ada berbagai metode yang dikembangkan untuk memprediksi financial 
distress yang terjadi di perusahaan. Salah satunya adalah penggunaan analisis 
rasio dari informasi keuangan yang disajikan di dalam laporan keuangan 
perusahaan.menjabarkan 4 hal 
yang mendorong dilakukannya analisis rasio, yaitu: (1) mengendalikan pengaruh 
perbedaan be saran antar perusahaan atau antar waktu, (2) membuat data menjadi 
lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan, (3) menginvestigasi teori 
yang terkait dengan rasio keuangan, dan (4) mengkaji hubungan empiris antara 
rasio keuangan dan estimasi atau prediksi yariabel tertentu (seperti kebangkrutan 
atau financial distress). Analisis rasio kel.langan merupakan cara yang paling 
banyak digunakan dalam memprediksifinm'Cial distress. Ada berbagai rasio yang 
bisa dipakai untuk menentukan bagaimana kondisi keuangan perusahaan dan 
apakah perusahaan sedang mengalami financial distress atau tidak. Banyak 
penelitian yang mengemukakan gagasan analisis rasio untuk digunakan sebagai 
alat untuk memprediksi financial distress, seperti penelitian Almalia 
Prediksi financial distress juga bisa dilakukan melalui analisis arus kas. 
F ASB  menyatakan bahwa semakin 
banyakjumlah kas masuk bersih dari opera:;i di masa depan, maka semakin besar 
kemampuan perusahaan untuk dapat berdiri dan mengatasi perubahan yang terjadi 
dalam kondisi operasional perusahaan. Dengan kata lain, jika perusahaan 
mempunyai arus kas dari aktivitas operasi yang terbatas, bahkan negatif, maka ada 
kemungkinan perusahaan ini  akan m~ngalami financial distress. Jika ada 
perubahan yang terjadi dalam kondisi perekonomian dan mempengaruhi aktivitas 
operasional perusahaan, maka perusahaan akan cenderung mengalami financial 
distress jika arus kas operasi mereka tidak banyak atau bahkan negatif. Penelitian 
tentang memprediksi .financial distress melalui cash flow pemah dilakukan  
Selain dua analisis di atas, ada berbagai mac am cara yang bisa digunakan 
untuk memprediksi financial distress, sepe::ii model yang diperkenalkan Altman 
(1968) yaitu Z-score. Model ini merupakan model multivariat dari financial 
distress yang telah dikembangkan di beberapa negara.  melakukan survei mocel ini di Amerika Serikat, Jepang, 
Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris, lrlandia, Kanada, Belanda, dan Prancis. 
Model ini  kemudian dikembangkan lagi oleh Altman et al. pada tahun 1977 
dan diberi nama model ZETA. Model ZETA mirip dengan Z-score, namun 
Altman menambahkan beberapa variabel dalam memprediksi financial distress, 
seperti stabilitas harga, debt service coverage, dan ukuran perusahaan. Prediksi financial distress juga bisa dilakukan melalui evaluasi corporate 
governance atau tata kelola dari perusahaan. Jika perusahaan tidak dike lola 
dengan baik, maka imenjadi prediksi terjadinya financial distress. i
 Selain itu juga bisa diprediksi 
melalui opini auditor independen ata:; audit laporan keuangan perusahaan. 
Penelitian tentang prediksi melalui opini auditor ini 
Artikel ini membahas berbagai hal tentang financial distress, mulai dari 
penyebab terjadinyafinancial distress di perusahaan, cara atau metode yang bisa 
dilakukan untuk memprediksi financial distress serta dampak yang ditimbulkan 
dari terjadinya financial distress. Selain itu juga dikemukakan solusi yang bisa 
dilakukan oleh manajemen saat  teIjadifinancial distress di perusahaan