manajemen bisnis 10




 i memandang bahwa dalam manajemen tidak hanya 

berdasar  kemanusiaan, namun  secara ilmiah dapat dilakukan 

observasi terhadap pekerja. Selain itu pekerja memiliki  sistem 

saraf dan alat perasa lainnya sebagaimana manusia lainnya, dan ingin 

menempati kedudukan sosial yang layak dalam warga . 

Pada tahapan ini,  pandangan terhadap pekerja pada 

dasarnya ingin memanusiakan manusia dan disarankan susaha  

pekerja diperlakukan yang wajar dan manusiawi, dengan lebih 

memperhatikan perasaan manusia.

d. Pekerja Dianggap sebagai Partner

Sebagai kelanjutan konsepsi tentang pekerja yang harus 

dimanusiakan, kemudian berkembang konsep partnership. Konsepsi 

ini pada prinsipnya ingin menjembatani perbedaan atau pertentangan 

antara pemilik usaha dengan pekerjanya. Di sini ditekankan bahwa 

pemilik usaha tidak mungkin menjalankan usahanya tanpa bantuan 

orang lain atau pekerja, demikian pula sebaliknya, pekerja tidak 

bisa melakukan kegiatan atau pekerjaan jika  tidak ada pemilik 

usaha. 

Oleh sebab  itu, perlu adanya kerja sama yang yaitu  

suatu sistem yang bermanfaat untuk terjadinya partnership. Konsep 

partnership ini dikembangkan oleh Ouchi dengan Teori Z yang saat 

ini banyak diterapkan pada manajemen Jepang. Secara mendasar 

konsep ini ingin menerapkan bahwa pekerja tidak tunduk sepenuhnya 

-- 313

pada kekuasaan manajemen yang absolut, namun  memandang pekerja 

sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari manajemen. 

Pekerja memiliki  hak yang sama untuk berperan aktif dalam 

mencapai tujuan organisasi, seperti halnya kelompok ahli dan 

kelompok manajemen lain terlibat dalam pengambilan keputusan dan 

menentukan kebijaksanaan penting organisasi. Konsep partnership 

ini sering dinamakan ko-determinasi (co-determinas).

3. Peran SDM dalam Organisasi dan Produksi

a. Sumber Daya Manusia yaitu  Aset Organisasi 

Perusahaan

Sumber daya manusia yaitu  aset organisasi perusahaan 

yang sangat vital sebab  keberadaannya dalam organisasi perusahaan 

atau organisasi tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. 

Betapa pun modern teknologi yang dipakai  atau seberapa 

banyak dana yang disiapkan, tanpa dukungan sumber daya manusia 

yang memiliki kemampuan profesional, semuanya menjadi tidak 

bermakna. Persoalan yang muncul yaitu cara mendapatkan sumber 

daya manusia profesional sesuai kualifikasi yang dibutuhkan, dan 

cara mereposisi peran sumber daya manusia dalam menghadapi 

tantangan aktivitas perusahaan global.

Dinamika kehidupan manusia senantiasa berkembang seiring 

dengan perubahan lingkungannya, baik internal maupun eksternal. 

Lingkungan internal manusia berkaitan dengan tingkat penguasaan 

pengetahuan dan keterampilan, keluasan wawasan, habit, perasaan, 

harapan, kebutuhan, filosofi, dan keyakinan diri.

Lingkungan eksternal menyangkut berbagai unsur yang ada 

di luar diri manusia, baik fisik maupun sosial, seperti alam sekitar, 

teknologi, sarana/prasarana, ekonomi, aktivitas perusahaan, 

pemerintah, politik, hukum, sosial kewarga an, budaya, dan 

hubungan internasional.

Dalam mencapai tujuannya, suatu organisasi memerlukan 

sumber daya manusia sebagai pengelola sistem. Agar sistem ini 

berjalan, tentu dalam pengelolaannya harus memperhatikan beberapa 

aspek penting seperti pelatihan, pengembangan, motivasi, dan 

aspek-aspek lainnya. ini  akan menjadikan manajemen sumber 

-- 314

daya manusia sebagai salah satu indikator penting pencapaian 

tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

b. Eksistensi Sumber Daya Manusia dalam Kondisi Lingkungan

Eksistensi sumber daya manusia dalam kondisi lingkungan 

yang terus berubah tidak dapat dimungkiri. Oleh sebab  itu, dituntut 

kemampuan beradaptasi yang tinggi agar mereka tidak tergilas 

oleh perubahan itu. Sumber daya manusia dalam organisasi harus 

senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan, dan sasaran 

organisasi saat  berada di dalamnya (Tjutju, 2008).

Untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, manusia harus 

memiliki  nilai kompetensi. Karakteristik kompentensi menurut 

Spencer dan Spencer (1993: 9-11), yaitu:

1) motif (motive), hal-hal yang secara konsisten dipikirkan atau 

keinginan yang memicu  melakukan tindakan;

2) sifat/ciri bawaan (trait), ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat 

konsisten terhadap situasi atau informasi;

3) konsep diri (self concept), sikap, nilai dari orang-orang;

4) pengetahuan (knowledge), yaitu suatu informasi yang dimiliki 

seseorang pada bidang yang spesifik; 

5) keterampilan (skill), kemampuan untuk melaksanakan tugas-

tugas fisik dan mental tertentu.

Walaupun demikian, agar peran sumber daya manusia 

dapat sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan harapan organisasi 

maka manusia harus dapat melakukan penyesuaian terhadap 

perkembangan organisasi yang semakin kompetitif. 

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan 

merespons perubahan ini . Menurut Tjutju (2008), ada empat 

strategi utama untuk melakukan perubahan, yaitu:

1) pengendalian dir i  secara lebih baik dengan disertai 

kearifan;

2) beradaptasi dengan perubahan yang terjadi disertai mengubah 

paradigma berpikir dan bertindak;

-- 315

3) komunikasi yang efektif untuk membangun kepercayaan dan 

mengembangkan networking; 

4) penyelarasan dan/atau menyeimbangkan antara kematangan 

IQ, EQ, dan ESQ.

Dengan strategi ini , sumber daya manusia dalam 

organisasi akan melakukan usaha  untuk menyesuaikan diri dengan 

tuntutan global yang cenderung bersifat tanpa batas.

Implementasi strategi membutuhkan berbagai kebijakan 

(policy) yang mengatur mekanisme kerja dalam struktur organisasi 

perusahaan, sehingga bisa menciptakan budaya kerja yang profesional 

dalam usaha nya mencapai visi organisasi perusahaan ini . Visi 

yang benar akan menjadi daya tarik bagi berbagai pihak untuk 

membentuk komitmen. Selanjutnya, untuk menunjang ketercapaian 

visi dibutuhkan adanya misi yang dirumuskan dengan jelas. Misi 

menampilkan eksistensi organisasi perusahaan terhadap karyawan, 

dan dirumuskan dalam bentuk kegiatan nyata timbal balik yang 

akan dilakukan organisasi di sebuah perusahaan untuk mencapai 

visi ini .

Terkait dengan posisi sumber daya manusia dalam perusahaan, 

lingkungan internal yang akan dijumpai menyangkut kondisi 

ergonomis dalam hubungannya dengan lingkungan fisik dan sosial. 

Lingkungan fisik organisasi dalam perusahaan menyangkut sarana 

dan prasarana kerja, serta kondisi alam sekitar.

Cakupan manajemen sumber daya manusia, meliputi:

1) melakukan Analisa  jabatan;

2) merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan merekrut calon 

tenaga kerja;

3) menyeleksi calon tenaga kerja;

4) memberi  orientasi dan pelatihan bagi karyawan baru;

5) menata olah upah dan gaji;

6) menyediakan insentif dan kesejahteraan;

7) menilai kinerja;

-- 316

8) mengomunikasikan (wawancara, penyuluhan, pendisiplin-

an);

9) pelatihan dan pengembangan;

10) membangun komitmen karyawan;

Manajemen sumber daya manusia yang strategis, meliputi:

1) kenyataan bahwa karyawan yaitu sentral untuk mencapai 

keunggulan bersaing telah mengarah pada munculnya bidang 

yang dikenal sebagai MSDM yang strategis;

2) sebagai tautan dari SDM dengan tujuan dan sasaran strategis 

untuk meningkatkan kinerja bisnis dan mengembangkan kultur 

organisasi.

Dalam menghadapi situasi lingkungan yang terus berubah, 

menuntut pergeseran peran manajemen sumber daya manusia 

dari paradigma lama (yang berfokus pada implementasi fungsi 

operatif) menuju paradigma baru (yang berfokus pada empowering 

human capital dalam menjalankan knowledge management). Manusia 

sebagai salah satu sumber daya harus memiliki  nilai kompetensi 

dengan selalu mengikuti perkembangan zaman dan meningkatkan 

ilmu pengetahuan.

Mengingat pentingnya peranan sumber daya manusia dalam 

suatu organisasi maka sudah sepatutnya manusia tidak hanya 

diperlakukan sebagai faktor produksi, namun  juga dipandang 

secara manusiawi, agar mereka dapat bekerja dengan baik. Untuk 

memotivasi karyawan bekerja lebih produktif, perlu diciptakan suatu 

iklim oleh karyawan seoptimal mungkin dengan melaksanakan 

program yang diarahkan pada pencapaian keseimbangan kebutuhan 

antara karyawan dan perusahaan.

Peran fungsi sumber daya manusia dalam organisasi atau 

perusahaan semakin mendapat perhatian dalam aktivitas bisnis 

organisasi. Pada masa lalu peran sumber daya manusia (SDM) bersifat 

administratif, operasional, dan transaksional (Conner dan Ulrich, 

1996). Peran sumber daya manusia kurang mendapat perhatian jika 

dianggap sebagai investasi, hasilnya sulit dikuantifikasi, sulit dilihat, 

dan bersifat jangka panjang (Ulrich, 1998). Akan namun , perkembangan 

-- 317

peran-peran SDM cenderung berbeda dalam perspektif kekinian. 

Peran-peran sumber daya manusia dari waktu ke waktu semakin 

mendapat tempat yang strategis dalam akitivitas bisnis. 

ini   digambarkan sebagai kapabilitas SDM yang dapat 

membantu perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dengan 

praktik-praktik manajemen sumber daya manusia dan mendorong 

fokus pada pelanggan (Schuler, 1994).

Sejalan dengan pandangan ini , fungsi SDM harus dapat 

memahami cara meningkatkan nilai dalam organisasi membantu 

manajer lini menyejajarkan strategi-strategi sumber daya manusia, 

proses, dan praktik, dengan kebutuhan bisnis.

Oleh sebab  itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang 

berkemampuan baik (perform) sehingga dapat berperan dalam 

tuntutan terhadap peran mereka yang semakin kompleks. Peran-

peran ini  menempatkan SDM sebagai aktor kritikal dalam 

meningkatkan keefektifan dan kemampuan organisasi untuk dapat 

berkompetisi.

4. Fungsi Operasional Manajemen Sumber Daya Manusia

Fungsi operasional manajemen sumber daya manusia, antara 

lain sebagai berikut.

a. Perencanaan Tenaga Kerja

Perencanaan tenaga kerja yaitu  operasi dari manajemen 

sumber daya manusia. Dengan perencanaan tenaga kerja, ada usaha  

untuk merencanakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk 

memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan. 

Fungsi ini mulai dari Analisa  pekerjaan, rekrutmen, penempatan 

sampai pada orientasi pekerjaan. Kegiatan rekrutmen atau penarikan 

sumber daya manusia bertujuan agar organisasi dapat memperoleh 

sumber daya manusia sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan. 

Dengan adanya seleksi yang dilakukan untuk dapat mengetahui 

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja. 

jika  sudah memenuhi syarat, tenaga kerja ini  dapat 

ditempatkan sesuai dengan keahliannya masing-masing.

-- 318

b. Pengembangan Tenaga Kerja

Pengembangan tenaga kerja yaitu  suatu kondisi yang 

menunjukkan adanya peningkatan kualitas tenaga kerja sehingga 

dapat mengurangi kebergantungan organisasi untuk menarik 

karyawan baru. 

Adapun tujuan pengembangan sumber daya manusia diarahkan 

untuk mengubah sumber daya manusia yang potensial menjadi 

tenaga kerja yang produktif, serta mampu dan terampil sehingga 

menjadi efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi.

Pengembangan tenaga kerja dapat dilakukan dengan 

mengadakan pendidikan dan latihan yang rutin, promosi dan mutasi. 

Pendidikan dan latihan dilakukan agar tenaga kerja dapat selalu 

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Promosi 

dapat dipakai  untuk cara pengembangan tenaga kerja sebab  

promosi yaitu  perpindahan karyawan ke jenjang yang lebih 

tinggi. Sementara mutasi yaitu perpindahan karyawan dari satu 

unit ke unit yang lain tanpa mengubah jenjang yang ada. Adanya 

mutasi ini diharapkan karyawan memiliki  multiskill.

Adanya pengembangan tenaga kerja, baik melalui pendidikan 

dan latihan, promosi maupun mutasi akan dapat memotivasi 

karyawan untuk memiliki  kinerja yang baik sehingga dalam 

penilaian prestasi kerja dapat maksimal.

c. Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian prestasi kerja yaitu  salah satu aspek yang 

penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Dengan adanya 

penilaian prestasi kerja, dapat diketahui karyawan yang memiliki  

prestasi kerja yang baik ataupun yang kurang. ini  akan berdampak 

pada pemberian kompensasi.

d. Pemberian Kompensasi

Fungsi pemberian kompensasi meliputi kegiatan pemberian 

balas jasa kepada para karyawan. Kompensasi ini dapat berupa 

finansial ataupun nonfinansial. Kegiatan disini meliputi penentuan 

sistem kompensasi yang mampu mendorong prestasi karyawan, 

-- 319

dan menentukan besarnya kompensasi yang akan diterima oleh 

masing-masing pekerja secara adil.

e. Pemeliharaan Tenaga Kerja

Di dalam pemeliharaan tenaga kerja ada pelaksanaan aspek 

ekonomis dan nonekonomis yang diharapkan dapat memberi  

ketenangan kerja dan konsentrasi penuh bagi pekerja untuk 

menghasilkan prestasi kerja yang diharapkan oleh organisasi. 

Aspek ekonomis berhubungan dengan pemberian kompensasi 

berupa gaji dan bonus yang sebanding dengan hasil kerjanya. Aspek 

nonekonomis berupa adanya jaminan kesehatan, kesejahteraan, 

dan keamanan serta kenyamanan dalam bekerja. Adanya kegiatan 

pemeliharaan tenaga kerja yang memadai akan memperkecil adanya 

konflik antara tenaga kerja dengan pemberi kerja.

Dalam pemeliharaan sumber daya manusia, ada beberapa 

yang perlu dikaji, antara lain kepuasan kerja karyawan, pengelolaan 

konflik, motivasi karyawan, dan komunikasi yang terjadi dalam 

organisasi.

f. Pemberhentian

Pemberhentian yaitu fungsi operatif terakhir manajemen 

sumber daya manusia. Fungsi pemberhentian harus mendapat 

perhatian yang serius dari manajer SDM sebab  telah diatur oleh 

undang-undang dan mengikat bagi perusahaan ataupun karyawan. 

Istilah pemberhentian yaitu putusnya hubungan kerja seseorang 

dari organisasi (perusahaan) yang disebabkan oleh keinginan 

karyawan, keinginan organisasi, pensiun, atau sebab-sebab lain 

yang diatur oleh undang-undang.

5. Perubahan Peran Manajemen Sumber Daya Manusia 

Perubahan lingkungan bisnis demikian kuat pengaruhnya 

terhadap organisasi. Setiap perubahan yang terjadi akan membawa 

dampak bagi setiap aspek organisasi, seperti nilai tambah hasil, 

struktur kompleks, span of control, manajemen, kelompok kerja, 

susunan pekerjaan, proses aktivitas, dan bentuk komunikasi atau 

pendelegasian wewenang.

-- 320

Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi menuntut organisasi 

untuk membuka diri terhadap tuntutan perubahan dan berusaha  

menyusun strategi dan kebijakan yang selaras dengan perubahan 

lingkungan bisnis dan akan bergantung pada kemampuan organisasi 

dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Artinya 

suatu organisasi mampu menyusun strategi dan kebijakan yang 

ampuh untuk mengatasi setiap perubahan yang terjadi. Keberhasilan 

penyusunan kebijakan dan strategi organisasi akan didukung lebih 

banyak fungsi manajerial yang ada. 

MSDM harus dipandang sebagai perluasan dari pandangan 

tradisional untuk mengelola orang secara efektif. Oleh sebab  itu, 

dibutuhkan pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan 

untuk mengelolanya. 

a. Perubahan Lingkungan Bisnis

Schuller (1990) melihat berbagai perubahan lingkungan 

bisnis meliputi aspek internal dan eksternal. Perubahan eksternal 

lebih banyak melihat pada berbagai faktor di luar organisasi yang 

memengaruhi perubahan peran SDM. Sementara perubahan internal 

lebih banyak melihat pada berbagai faktor dalam organisasi yang 

memengaruhi perubahan peran SDM.

1) Perubahan Eksternal

Perubahan eksternal di lingkungan bisnis meliputi tantangan 

global berupa ekspansi  global dan persaingan penugasan 

internasional, persaingan domestik dan internasional (kinerja 

karyawan dan pemberdayaan), karekterisitik demografi (gender, 

pendapatan, glass-ceilling effect, minoritas, mayoritas, dan diversitas 

angkatan kerja), karakterisitik angkatan kerja (tingkat pendidikan 

dan nilai budaya kerja). 

Tren ekonomi dan organisasional meliputi perubahan skill dan 

pekerjaan, perubahan organisasi, kemajuan teknologi, otomatisasi, 

dan robotis.

-- 321

2) Perubahan Internal

Perubahan internal di lingkungan bisnis meliputi permasalahan 

manajemen puncak (nilai budaya, hak dan etika, serta program 

pengembangan), struktur organisasional (manajemen SDM 

strategis), budaya organisasi (filosofi SDM), ukuran organisasional 

(pengendalian perilaku). 

b. Tantangan Kualitas 

Tantangan kualitas berupa penciptaan produk dan jasa 

berkualitas, tingginya tuntutan untuk semakin kreatif, berani 

mengambil risiko, dapat beradaptasi, mampu bekerja dalam 

kelompok serta bertambahnya tekanan untuk meningkatkan kualitas 

kerja dan partisipasi kerja tim.

1) Tantangan Teknologi

Tantangan teknologi berupa perubahan struktural dan 

perubahan peran dari SDM, bertambahnya tekanan untuk 

membuktikan peran dari SDM dalam meningkatkan kualitas SDM 

dan memberi  pelayanan terbaik kepada departemen lain, semakin 

bervariasinya pengalaman dan latar belakang karyawan yang aktif 

berkarya dalam suatu organisasi.

2) Tantangan Sosial 

Tantangan sosial berusaha  menangani kompetensi karyawan 

dan konflik kerja. Semakin meningkatnya tekanan untuk mengukur 

produkvitas kerja sebab  adanya benchmarking, organisasi harus 

berlomba dalam meningkatkan kinerja agar mampu bersaing di 

arena bisnis global dan berubahnya tekanan dari penghargaan 

berdasar  lama pekerjaan dan prestasi kerja.

Perubahan eksternal ataupun internal memiliki implikasi lebih 

lanjut terhadap organisasi untuk melihat keunggulan kompetitif yang 

dimiliki, terutama potensi SDM demi memenangkan persaingan 

global sehingga organisasi perlu mengkaji ulang strategi bisnis 

demi meningkatkan kinerja daya saing. 

-- 322

c. Perubahan Peran SDM

Perubahan lingkungan bisnis akan membawa dampak 

perubahan pada strategi bisnis. Sebagaimana telah diketahui 

perubahan strategi bisnis akan semakin mengarahkan manajer 

untuk memperjelas ke arah visi dan misi bidang SDM yang akan 

dibawa. Dalam pengertian bahwa SDM yaitu  bagian yang 

tidak terpisahkan dari organisasi. Perubahan ini menyangkut banyak 

aspek dan tuntutan yang harus dicapai sehingga perlu dilakukan 

pengembangan kualitas SDM. 

Pengembangan kualitas SDM dilakukan melalui kegiatan 

investasi SDM. Dengan adanya investasi SDM maka pola strategi 

SDM akan berubah dan menuntut perubahan tipe kompetensi pada 

tipe tugas berbeda yang akan berdampak pada perubahan peran 

SDM.

Cascio (1995) menggarisbawahi beberapa peran SDM pada 

paradigma lama, yaitu sebagai berikut.

1) Attraction, meliputi identifikasi persyaratan pekerjaan, 

menentukan jumlah orang dan kombinasi keterampilan 

yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan serta menyediakan 

kesempatan yang sama bagi setiap kandidat terpilih.

2) Selection, memilih orang yang terbaik bagi pekerjaan yang 

bersangkutan.

3) Retention, memberi  reward bagi orang yang bekerja efektif 

serta mempertahankan keamanan dan kenyamanan lingkungan 

kerja.

4) Development, meningkatkan dan menyiapkan kompetensi 

karyawan melalui peningkatan knowledge, skill, abilities, dan 

pendekatan spesialis fungsi perusahaan.

5) Assesment, pengamatan dan penilaian perilaku serta sikap 

yang relevan dengan pekerjaan dan kinerja SDM.

6) Adjusment, pemeliharaan pemenuhan kebutuhan yang terkait 

dengan kebijakan SDM perusahaan.

-- 323

Pemahaman peran SDM secara tradisional akan berakibat pada 

dipakainya struktur organisasi sentralisasi saat  keterlibatan dari 

manajer lini sangat terbatas kemudian tipe perencanaan dari atas ke 

bawah (top-down) yang memiliki kelemahan tidak ada komunikasi 

dua arah dan keterlibatan karyawan dalam proses perencanaan 

bisnis sangat terbatas.

Berawal dari keterbatasan paradigma lama dan adanya tuntutan 

dalam evolusi SDM di atas maka terjadi revolusi pemikiran baru 

pada era 1980-1990 yang disebut the age of gaining and sustaining 

competitive advantage.

Dalam paradigma lama, peran departemen SDM hanya 

pelengkap. Dalam paradigma baru, peran SDM sudah memiliki 

peran strategis. Artinya, peran SDM memiliki kontribusi dalam 

menentukan masa depan organisasi melalui orientasi fungsional, 

bukan hanya pada pengawasan, pengarahan, dan pengendalian, 

namun  juga pada pengembangan, kreativitas, fleksibelitas, dan 

manajemen proaktif (coordination).

Paradigma pengembangan SDM baru ternyata sudah lebih 

mengoptimalkan pada proses komunikasi dua arah dan perencanaan 

dari bawah ke atas (bottom-up). 

Lebih khusus, perubahan yang terjadi juga menyangkut 

perubahan peran SDM. Manajer harus mampu melihat perubahan 

peran SDM seperti yang harus dimainkan. Tuntutan ini terjadi 

sebab  dalam paradigma baru akan tercermin budaya kerja baru, 

strategi dan peran SDM baru dalam suatu tipologi organisasi baru, 

sebagaimana tabel 11.1 di bawah ini yang secara spesifik melukiskan 

pergeseran peran ini .

-- 324

Tabel 11.1

Tipologi Organisasi Baru

Jenis Organisasi Peran penting SDM

Organisasi di 

lingkungan lama

Berkonsentrasi pada fungsi produksi, 

keuangan dan pemasaran serta 

bukan yaitu  tipe manajemen 

yang efektif sebab  berorientasi 

jangka pendek

Organisasi di 

lingkungan baru

Tipe manajemen yang efektif sebab  

berorientasi jangka panjang

berdasar  tabel di atas terlihat bahwa dengan adanya 

perubahan lingkungan organisasi maka konsentrasi seorang manajer 

SDM dituntut berubah. ini  memicu  tipe peran yang 

harus diambil.

d. Repositioning Peran SDM

usaha  repositioning pada dasarnya yaitu  transformasi 

peran yang menuntut kemampuan, cara kerja, cara pikir, dan peran 

baru dari SDM. Untuk dapat melakukan proses repositioning dengan 

baik, organisasi perlu mempersiapkan SDM yang mampu bersaing 

untuk masa depan.

Repositioning perilaku SDM berkaitan dengan peningkatan 

inisiatif bekerja dalam diri seseorang dan diperlukan etos kerja 

yang baik. Sementara repositioning kompetensi SDM berkaitan 

dengan peningkatan kualitas dari SDM lengkap dengan SDM yang 

dibutuhkan (fasilitas). 

Manajer SDM diharapkan mampu mengoordinasikan semua 

elemen organisasional untuk dikelola secara bersama dengan 

harapan dapat meningkatkan kinerja organisasi yang bersangkutan. 

Masalah proses repositioning menyangkut perubahan peran SDM 

yang menuntut berbagai macam peningkatan kualitas dalam diri 

-- 325

karyawan sehingga SDM harus dikembangkan dulu sebelum 

dinyatakan layak untuk menjalankan peran SDM strategis.

Menyimak uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa organsisasi 

yang ingin bertahan di lingkungan persaingan yang ketat harus 

melakukan repositioning peran SDM dengan cara melatih (investasi) 

dan melatih kembali (reinvestasi) SDM, baik dalam aspek perilaku 

maupun kompetensi SDM.

e. Repositioning Perilaku SDM

Hubungan strategi kompetitif yang menjelaskan bahwa untuk 

mencapai strategi kompetitif dibutuhkan adanya perilaku tertentu 

dan mereka mengajukan suatu hipotesis tentang model manajemen 

SDM yang dapat mencapai kondisi organisasi yang memiliki  

keunggulan kompetitif. 

Ada tiga strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif, 

yaitu:

1) strategi inovasi dipakai  untuk mengembangkan produk 

atau jasa yang berbeda dari para pesaing; 

2) strategi kualitas lebih mengutamakan pada penawaran produk 

atau jasa yang lebih berkualitas, meskipun produknya sama 

dengan pesaing; 

3) strategi pengurangan biaya menekankan pada usaha perusahaan 

untuk menjadi produsen dengan penawaran harga produk 

rendah.

Beberapa dimensi peran perilaku karyawan yang diperlukan 

untuk mendukung penerapan atau implikasi tiga strategi di atas 

tentu akan berbeda-beda. ini  dapat dilihat sebagai berikut.

1) Strategi inovasi, perilaku karyawan yang diperlukan yaitu 

tingkat kreativitas tinggi, berfokus pada jangka panjang, 

memiliki  tingkat kerja sama yang tinggi, perilaku mandiri, 

cukup memiliki perhatian pada kualitas dan kuantitas, seimbang 

dalam orientasi proses dan hasil, penerimaan risiko pada tingkat 

yang lebih tinggi serta toleransi yang cukup tinggi terhadap 

ketidakpastian. Sebagai implikasinya, dalam mengelola 

-- 326

karyawan sebaiknya memberi  sedikit pengawasan, memilih 

karyawan yang memiliki  keterampilan tinggi, memberi  

sumber daya yang lebih banyak untuk bereksperimen, dan 

melakukan penilaian kinerja jangka panjang.

2) Strategi kualitas, perlu didukung dengan profil perilaku 

karyawan seperti perilaku yang relatif berulang dan dapat 

diprediksi, berfokus pada jangka menengah, mau melakukan 

kerja sama, perilaku mandiri, perhatian yang tinggi terhadap 

kualitas, fokus tinggi terhadap proses, kurang berani mengambil 

risiko, dan cukup komitmen terhadap tujuan organisasi. Sebagai 

implikasinya, sebab  strategi kualitas melibatkan komitmen 

dan pemanfaatan karyawan secara lebih besar maka organisasi 

hanya membutuhkan sedikit karyawan untuk membuat output 

yang sama atau standar.

3) Strategi pengurangan biaya, diperlukan perilaku karyawan yang 

relatif berulang dan dapat diprediksi, berfokus jangka pendek, 

lebih mengutamakan pada kegiatan individu dan otomatisasi, 

cukup memberi  perhatian kualitas, perhatian terhadap 

kuantitas output lebih tinggi, kurang berani menanggung 

risiko, dan lebih menyukai kegiatan yang bersifat stabil. Sebagai 

implikasinya, perusahaan akan banyak memakai  tenaga 

kerja yang part time, subkontrak, menyederhanakan pekerjaan 

dan prosedur pengukuran, melakukan otomatisasi, perubahan 

aturan kerja, dan fleksibelitas penugasan.

f. Repositioning Kompetensi SDM

Peran strategi SDM juga menyangkut masalah kompetensi 

SDM, baik dalam kemampuan teknis, konseptual maupun hubungan 

manusiawi. usaha  repositioning kompetensi SDM dilakukan dengan 

mengubah pemahaman organisasi tentang peran SDM yang semula 

people issues menjadi people related business issues. People issues dapat 

didefinisikan sebagai isu bisnis yang hanya dikaitkan dengan orang 

bisnis (business competency is only business people). Artinya lebih 

banyak yang terlibat yaitu eksekutif bisnis dan eksekutif SDM 

tidak perlu terlalu banyak terlibat dalam perencanaan strategi bisnis 

yang akan diambil.

-- 327

Sebagai implikasinya kompetensi karyawan atau eksekutif SDM 

cenderung kurang diakui. sesudah terjadi paradigma manajemen SDM 

maka pemahaman ini  berubah menjadi people related business 

issues (business competence is for every business people in the organization 

included human resources management people or Excecutives).

Dengan adanya kecenderungan ini  maka peran SDM 

akan semakin dihargai, terutama dalam hal kompetensi SDM untuk 

pengelolaan bisnis. Penghargaan terhadap kompetensi SDM memang 

diperlukan sebab  ini   akan memengaruhi keefektifan 

kegiatan bisnis.

Secara terperinci berbagai tipe pengelolaan ini  dapat 

disajikan dalam tabel 11.2 di bawah ini.

Tabel 11.2

Tipe Pengelolaan SDM

Bidang Elemen Penting

Kompetensi Tenaga 

Kerja

Diversitas Angkatan 

Kerja

Dukungan Keunggulan

Globalisasi Tenaga Kerja

Kompetensi transformasional, 

berbasis input dan output

Ras, jenis kelamin, umur dan 

bahasa

Customer values dan kompetensi 

manajerial

Expatriate, standardisasi SDM 

internasional

1) Pengelolaan Kompetensi Tenaga Kerja

Pengelolaan ini meliputi beberapa kompetensi SDM seperti: 

a) Kompetensi berbasis input: lebih menekankan pada manager-

strategy-fit melalui proses pengangkatan karyawan untuk 

organisasi dalam bentuk integrasi SDM.

b) Kompetensi berbasis output: lebih menekankan pada 

keterlibatan yang lebih tinggi dari karyawan melalui proses 

-- 328

pembelajaran positif, pembangunan reputasi yang baik, dan 

hubungan positif dengan para stakeholder.

c) Kompetensi transformasional: lebih menekankan inovasi dan 

pemanfaatan kewirausahaan melalui proses pembentukan 

dan sosialisasi perilaku karyawan atas dasar kreativitas, kerja 

sama, dan saling percaya.

2) Pengelolaan Diversitas Angkatan Kerja

Pengelolaan ini yaitu  pengelolaan terhadap berbagai 

aspek yang membedakan SDM satu sama lain: ras, jenis kelamin,umur 

dan bahasa, namun  ada juga yang melihat bahwa diversitas ini 

meliputi pemahaman diversitas sebagai pengetahuan sosial serta 

diadakannya paket pelatihan bagi manajer dengan topik terkait.

3) Pengelolaan Dukungan Keunggulan Kompetitif Tenaga Kerja

ini  yaitu  usaha  yang membuat staf SDM dan manajer 

lini mampu mendukung usaha  organisasi untuk mencapai tujuan 

dalam suatu lingkungan yang lebih flat, bersih, dan fleksibel. 

Untuk merealisasikan ini   mutlak diperlukan 

pengembangan SDM atau dapat juga dikatakan bahwa pengelolaan 

keunggulan kompetitif meliputi kemampuan organisasi merumuskan 

strategi untuk memaksimalkan profit dan membuat organisasi 

memiliki  nilai transaksi yang baik, unik, dan tidak dapat ditiru 

pesaing di mata pelanggan (customer values). 

Tambahan kompetensi, yaitu kompetensi manajerial artinya 

manajer SDM memiliki peran dalam pembentukan visi strategis, 

penyusunan model organisasional, dan adaptasi terhadap perubahan 

lingkungan.

4) Pengelolaan Globalisasi Tenaga Kerja

Globalisasi akan membuat tantangan khusus, terutama bagi 

para profesional dalam dekade 90-an. Beberapa aspek pengetahuan 

akan globalisasi yang perlu diketahui meliputi pemahaman 

tentang expatriate, kebijakan SDM negara berkembang, penugasan 

internasional, standardisasi internasional, dan diversitas SDM.

-- 329

g. Implikasi Repositioning Peran SDM

Untuk menunjang proses repositioning peran SDM, dapat 

memakai  beberapa usaha  customerizing peran SDM sebagai 

pertimbangan, yaitu:

1) kondisi wajar segala aktivitas SDM melalui pendefinisian 

tanggung jawab departemen SDM untuk memaksimalkan 

pencapaian tujuan organisasi. Faktor kuncinya yaitu time 

and money management, motivating, quality work of life and 

competency;

2) agenda aksi SDM melalui pelaporan periodik dari manajer 

SDM kepada manajer puncak perihal tugas-tugasnya. Kuncinya 

yaitu people is most important factor;

3) implementasi agenda aksi SDM melalui pemberian tanggung 

jawab pekerjaan yang tepat sesuai dengan kapabilitas staf 

SDM. Kuncinya yaitu the right man on right jobs;

4) evaluasi dan validasi aktivitas SDM melalui pembelajaran 

para eksekutif SDM untuk berperilaku seperti orang bisnis. 

Kuncinya yaitu large contribution to company with the fairly 

competition and increase the cost control.

berdasar  empat faktor customerization di atas maka 

organisasi dapat melakukan repositioning divisi SDM yang akan 

meliputi peran baru, hubungan baru, cara berpikir dan cara kerja 

baru manajer lini dan manajer SDM.

Proses repositioning selanjutnya dihasilkan divisi SDM baru 

yang terdiri atas para staf SDM yang peduli terhadap isu bisnis, 

berfokus pada pelanggan, bekerja dalam kelompok, dan memiliki 

tipe perencanaan bottom-up. 

Peran baru manajer SDM diharapkan memiliki dampak positif 

terhadap keefektifan pengembangan organisasional sebab  pada 

dasarnya eksekutif SDM dapat menjadi agen perubahan organisasi 

yang andal.

-- 330

h. Pencapaian Peran Strategi SDM

Peran strategis SDM sebagai outcome proses repositioning 

diharapkan dapat memberi  kontribusi signifikan dalam 

perencanaan strategi bisnis. ini  berarti pencapaian peran strategi 

SDM sudah selayaknya dimulai dari Analisa  kompetensi SDM dan 

perilaku SDM.

Pencapaian peran strategis SDM dapat dilakukan dengan 

beberapa tahapan yang meliputi connecting role, enabling role,monitoring 

role, inovating role, dan adapting role, 

Berbagai bentuk peran baru SDM sebagai hasil proses 

repositioning seperti:

1) business person, meliputi praktisi SDM, partisipasi dalam bidang 

keuangan dan operasional, rotasi posisi antarfungsi SDM dan 

fungsi lain;

2) shaper of change, seperti partisispasi tim atas perubahan, 

melakukan penelitian, dan partisipasi aktif pembentukan misi 

dan tujuan perusahaan;

3) consultant to organizer or partner to line, seperti aktif dalam 

konsorsium, penyiapan proposal, dan partisipasi dalam sistem 

komputerisasi;

4) strategy formulator and implementator, seperti mengerti strategi 

bisnis, orientasi bisnis secara strategis, strategi semua divisi 

organisasi, dan aplikasi praktik manajemen SDM dari berbagai 

lini strategis;

5) talent manager, seperti komunikasi dengan semua manajer 

lini secara terus-menerus, konferensi pengembangan jaringan 

kerja, dan computer intillegent;

6) asset manager and cost controller, seperti kursus akuntansi dan 

keuangan, baca artikel atau jurnal dan prosedur akuntansi.

Beberapa peran baru ini  dapat dikategorikan sebagai 

peran strategis SDM sebab  terkait langsung secara aktif dengan 

kegiatan bisnis organisasi. Adapun kategorisasi peran strategis 

SDM sebagai berikut.

1) Menjadi partner manajer dalam pelaksanaan strategi. Artinya 

manajer SDM mampu untuk melakukan audit organisasional, 

menemukan metode pengembangan yang tepat, melakukan 

prioritas dalam penentuan skala dan pelaksanaan tindakan.

2) Menjadi eksekutif administratif yang ahli. Artinya manajer 

SDM tidak hanya terampil dalam pekerjaan administrasi, namun  

juga terampil dalam pekerjaan manajerial yang membutuhkan 

pengambilan keputusan yang tepat, cepat, dan benar.

-- 332

3) Menjadi eksekutif yang juara. Artinya mampu menjadi panutan 

bagi karyawan lain dalam bekerja dan fasilitator serta motivator 

jika karyawan lain mengalami kesulitan.

4) Menjadi agen perubahan. Artinya menjadi inovator dalam arti 

memberi  nilai tambah bagi kemajuan organisasi dalam 

mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis yang terjadi di 

sekitarnya.

Dalam setiap kegiatan atau aktivitas organisasi dari waktu 

ke waktu selalu timbul masalah. Untuk mengatasi masalah yang 

timbul ada beberapa pendekatan sesuai dengan periodenya. Artinya 

pendekatan yang lebih akhir menunjukkan lebih baru ditinjau dari 

segi waktunya. 

Di bawah ini dikemukakan tiga pendekatan, yaitu sebagai 

berikut.

1. Pendekatan Mekanis (Klasik)

Perkembangan di bidang Industri dengan penggunaan mesin-

mesin dan alat-alat elektronika membawa kemajuan yang sangat 

pesat dalam efisiensi kerja.

Dalam pendekatan mekanis, jika  ada permasalahan yang 

berhubungan dengan tenaga kerja, unsur manusia dalam organisasi 

disamakan dengan faktor produksi lain. Pimpinan perusahaan 

cenderung menekan pekerja dengan upah yang minim sehingga 

biaya produksi rendah. Pandangan pendekatan ini menunjukkan 

sikap bahwa tenaga kerja harus dikelompokkan sebagai modal yang 

yaitu  faktor produksi. 

Dalam ini , diusahakan untuk memperoleh tenaga kerja 

yang murah, namun bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin dan 

memperoleh hasil yang lebih besar untuk kepentingan pemberi 

kerja. Pendekatan ini cukup dominan di negara-negara industri 

barat sampai dengan tahun 1920-an.

-- 333

2. Pendekatan Paternalisme (Paternalistik)

Dengan adanya perkembangan pemikiran yang semakin maju 

dari para pekerja, yang menunjukkan bahwa mereka dapat melepaskan 

diri dari kebergantungan manajemen maka pimpinan perusahaan 

mengimbangkan dengan kebaikan untuk para pekerja.

Paternalisme yaitu  suatu konsep yang menganggap 

manajemen sebagai pelindung terhadap karyawan, berbagai usaha 

telah dilakukan oleh pimpinan perusahaan susaha  para pekerja 

tidak mencari bantuan dari pihak lain. Pendekatan ini mulai hilang 

pada periode tahun 1930-an.

3. Pendekatan Sistem Sosial (Human Relation)

Manajemen sumber daya manusia atau personalia yaitu  

proses yang kompleks. Dengan kekomplekan kegiatan manajemen 

sumber daya manusia, pimpinan perusahaan mulai mengarah 

pada pendekatan yang lain, yaitu pendidikan sistem sosial yang 

yaitu  suatu pendekatan dengan memperhitungkan faktor-faktor 

lingkungan dalam pemecahan masalah. Setiap ada permasalahan 

dipecahkan dengan sebaik mungkin, dengan risiko yang paling 

kecil, baik bagi pihak tenaga kerja maupun pemberi kerja.

1. Makna Desain Pekerjaan

Desain pekerjaan yaitu fungsi penetapan kegiatan kerja 

seorang atau sekelompok karyawan secara organisasional. 

Menurut Greenberg dan Baron (1996: 163), desain pekerjaan 

yaitu suatu pendekatan dalam pekerjaan yang dilakukan untuk 

memetik minat pekerja dengan mengadakan job enlargement. Job 

enlargement yaitu praktik untuk memperluas isi dari suatu pekerjaan 

yang meliputi jenis dan tugas dalam tingkat yang sama.

2. Tujuan Desain Pekerjaan

Tujuan desain pekerjaan untuk mengatur penugasan kerja 

susaha  dapat memenuhi kebutuhan organisasi. Beberapa hal penting 

-- 334

dalam mendesain pekerjaan untuk pegawai, yaitu signifikansi 

tugas, keberagaman tugas, penggunaan dan pengembangan 

kemampuan.

3. Elemen-elemen Desain Pekerjaan

Menurut Handoko (2001: 33), elemen-elemen desain pekerjaan 

yaitu sebagai berikut.

a. Elemen Organisasional 

Elemen organisasional pada desain pekerjaan berkaitan dengan 

efisiensi dan efektivitas. Untuk mencapainya, organisasi cenderung 

ke arah pendekatan:

1) mekanistik, pendekatan ini mendekatkan efisiensi waktu, 

tenaga, biaya tenaga kerja, latihan, dan pengembangan.

2) prosedur, prosedur dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi 

oleh sifat produk atau jasa. Produk atau jasa menentukan 

urutan dan keseimbangan pekerjaan sehingga dibutuhkan 

prosedur dari suatu kegiatan.

3) ergonomi, yaitu  cara-cara pelaksanaan kerja yang 

ditetapkan. 

b. Elemen Lingkungan 

Para perancang pekerjaan tidak dapat mengabaikan pengaruh 

lingkungan eksternal. Pertimbangan elemen lingkungan berkaitan 

dengan aspek-aspek:

1) kemampuan dan tersedianya para pegawai potensial, 

pertimbangan efisiensi harus diselaraskan dengan kemampuan 

dan tersedianya pegawai  yang akan melaksanakan 

pekerjaan;

2) harapan warga , hal-hal yang diharapkan warga  

tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

-- 335

c. Elemen Keperilakuan

Elemen keperilakuan berkaitan dengan pemberian beberapa 

aspek dari pekerjaan yang dapat memenuhi keinginan/motif manusia 

dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, yaitu:

1) otonomi, yaitu sejauh mana seseorang melaksanakan tugas-

tugas dan tanggung jawab atas pekerjaannya;

2) task variety, dengan variasi pekerjaan yang baik maka tingkat 

kebosanan dalam melaksanakan tugas akan dapat ditekan;

3) task identity, identitas pekerjaan yaitu  ciri-ciri, jenjang 

atau tingkatan dan klasifikasi dari suatu pekerjaan;

4) task significance, sejauh mana suatu pekerjaan memiliki  arti 

penting bagi rekan kerja atau orang lain;

5) feedback ,  jika  pekerjaan yang dilaksanakan pegawai 

memberi  umpan balik tentang seberapa baik pelaksanaan 

pekerjaan mereka maka para pegawai memiliki  pedoman 

dan motivasi untuk melaksanakan perkerjaan dengan lebih 

baik. 

1. Analisa  Pekerjaan

a. Memahami Analisa  Pekerjaan

Analisa  yaitu  aktivitas berpikir untuk menjabarkan 

pokok persoalan menjadi bagian, komponen, atau unsur, serta 

kemungkinan keterkaitan fungsinya. Pekerjaan yaitu sekumpulan/

sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang, dan 

telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu. 

Dengan demikian, Analisa  pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu 

aktivitas untuk mengkaji, mempelajari, mengumpulkan, mencatat, 

dan mengAnalisa  ruang lingkup suatu pekerjaan secara sistematis 

dan sistemis (Sastrohadiwiryo, 2002: 127). Analisa  pekerjaan 

yaitu  bagian dari perencanaan sumber daya manusia. Menurut 

Flippo (1994), Analisa  pekerjaan yaitu proses mempelajari dan 

mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan operasi dan 

-- 336

tanggung jawab suatu pekerjaaan tertentu. Flippo menekankan dua 

kegiatan utama dalam Analisa  pekerjaan, yaitu mengumpulkan 

informasi tentang operasi dan tanggung jawab suatu pekerjaan 

serta mempelajarinya lebih mendalam.

Menurut Dessler (2006), Analisa  pekerjaan yaitu  prosedur 

yang dilalui untuk menentukan tanggung jawab posisi-posisi yang 

harus dibuatkan stafnya, dan karakteristik orang-orang yang bekerja 

untuk posisi-posisi ini . 

Analisa  pekerjaan berfungsi memberi  informasi yang 

dipakai  untuk membuat deskripsi pekerjaan (daftar tentang 

pekerjaan ini ) dan spesifikasi pekerjaan (jenis orang yang 

harus dipekerjakan untuk pekerjaan ini ). 

Oleh sebab itu, menurut Dessler (2005), penyelia atau spesialis 

dalam sumber daya manusia biasanya mengumpulkan beberapa 

informasi melalui Analisa  pekerjaan, yaitu aktivitas pekerjaan, 

perilaku manusia, mesin, perangkat, peralatan, dan bantuan 

pekerjaan, standar prestasi, konteks pekerjaan, dan persyaratan 

manusia.

b. Tujuan Analisa  Pekerjaan

Tujuan Analisa  pekerjaan menurut Sastrohadiwiryo (2002), 

yaitu:

1) memperoleh tenaga kerja pada posisi yang tepat, 

2) memberi  kepuasan pada diri tenaga kerja, 

3) menciptakan iklim dan kondisi kerja yang kondusif. 

Menurut Flippo (1994), hasil-hasil dari Analisa  pekerjaan, 

seperti uraian dan spesifikasi pekerjaan dapat dipakai  untuk 

kegiatan pengabsahan atas prosedur-prosedur pengangkatan, 

pelatihan, evaluasi pekerjaan, penilaian prestasi, pengembangan 

karier, organisasi, perkenalan, penyuluhan, hubungan perburuhan, 

dan penataan kembali pekerjaan. 

-- 337

c. Metode Analisa  Pekerjaan

Menurut Sastrohadiwiryo (2002), metode yang dipakai  

dalam Analisa  pekerjaan yaitu metode kuesioner, wawancara, 

pencatatan rutin, dan observasi.

Metode kuesioner dipakai  sebagai alat pengumpul data 

secara tertulis yang dibagikan kepada tenaga kerja operasional 

atau para kepala departemen untuk mengisi keterangan dan fakta 

yang diharapkan. biasanya , kuesinoer memuat pertanyaan 

mengenai pekerjaan yang dilakukan, tanggung jawab yang diberikan, 

kecakapan, keahlian, atau pelatihan yang diperlukan, kondisi yang 

diharapkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan figur atau 

jenis yang diperlukan untuk pekerjaan ini .

Metode wawancara dilakukan dengan tenaga kerja operasional 

atau dengan kepala departemen, dapat juga dengan kedua-duanya. 

Di samping itu, para penyelia sering ditugaskan untuk memperoleh 

data Analisa  pekerjaan. Keuntungan dari metode ini yaitu penyajian 

keterangan dan fakta dari pihak pertama. Akan namun , metode ini 

sangat membutuhkan waktu yang cukup lama.

Metode pencatatan rutin, tenaga kerja diperintahkan mencatat 

hal yang dikerjakan tiap hari secara rutin, alokasi yang dibutuhkan, 

saat dimulai dan saat akhir tiap-tiap tugas dilakukan. Alokasi waktu 

yang lama, pengerjaan yang cermat dan rutin yaitu  kelemahan 

dari metode ini.

Metode observasi biasanya  dilakukan oleh job analyst 

yang sebelumnya memperoleh pelatihan dan upgrading secara 

khusus. Metode observasi tidak dilakukan bersamaan dengan 

metode wawancara. Job analyst mengadakan observasi terhadap 

masing-masing pekerjaan dan mengadakan wawancara dengan 

tenaga operasional serta kepala departemen.

2. Kuali kasi Karyawan yang Dibutuhkan

Beberapa kualifikasi yang menjadi dasar bagi pelaksanaan 

seleksi di berbagai perusahaan menurut Malayu S.P. Hasibuan 

(2001) yaitu sebagai berikut.

-- 338

a. Keahlian 

Keahlian digolongkan menjadi tiga macam, yaitu teknikal skill 

(keahlian yang dimiliki oleh pegawai), human skill (keahlian yang 

dimiliki subpimpinan), konseptual skill (keahlian yang dimiliki oleh 

pucuk pimpinan).

b. Pengalaman

Pengalaman kerja seseorang pelamar hendaknya mendapat 

pertimbangan utama dalam proses seleksi. Orang yang berpengalaman 

yaitu  calon karyawan yang telah siap pakai.

c. Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik penting untuk dapat menduduki suatu jabatan. 

Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugasnya 

dengan baik jika sering sakit. Bahkan, perusahaan akan dibebani 

pengeluaran biaya perawatan yang cukup besar.

d. Pendidikan

Pendidikan yaitu  suatu indikator yang mencerminkan 

kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. 

Dengan latar belakang pendidikkan pula seseorang dianggap akan 

mampu menduduki suatu jabatan tertentu.

e. Umur

Umur harus mendapat perhatian sebab  akan memengaruhi 

kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab 

seseorang. Umur pekerja juga diatur oleh undang-undang perburuhan. 

Karyawan muda biasanya  memiliki  fisik yang lebih kuat, 

dinamis, dan kreatif, namun  cepat bosan, kurang bertanggung jawab, 

cenderung absensi, dan turnover-nya tinggi. Keryawan yang umurnya 

tua kondisi fisiknya kurang, namun  bekerja ulet, tanggung jawabnya 

besar, serta absensi dan turnover-nya rendah.

-- 339

f. Kerja Sama

Kerja sama harus diperhatikan dalam proses seleksi sebab  

kesediaan kerja sama, baik vertikal maupun horizontal yaitu  

kunci keberhasilan perusahaan, asalkan kerja sama itu sifatnya 

positif serta berasaskan kemampuan.

g. Kejujuran

Kejujuran yaitu  kualifikasi seleksi yang sangat penting 

sebab  yaitu  kunci untuk mendelegasikan tugas kepada 

seseorang. Perusahaan tidak akan mendelegasikan wewenang kepada 

seseorang yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab.

h. Inisiatif dan Kreatif

ini  yaitu  kualifikasi seleksi yang penting sebab  

inisiatif dan kreativitas dapat membuat seseorang mandiri dalam 

menyelesaikan pekerjaannya.

i. Kedisiplinan

Untuk menyelesaikan tugas dengan baik seseorang harus 

disiplin, baik pada dirinya sendiri maupun pada peraturan 

perusahaan.

Sistem yaitu  kumpulan elemen yang berhubungan antara 

satu dan lainnya dengan membentuk kesatuan dalam usaha mencapai 

tujuan. Dalam konteks perusahaan, sistem yaitu departemen 

internal, seperti persediaan barang mentah, operasi atau produksi, 

persediaan barang jadi, promosi, penjualan, keuangan, personalia; 

serta pihak eksternal seperti supplier dan konsumen yang saling 

terkait satu sama lain dan membentuk satu kesatuan usaha. 

Informasi yaitu hasil pemrosesan data yang diperoleh dari 

setiap elemen sistem menjadi bentuk yang mudah dipahami dan 

yaitu  pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan oleh orang 

untuk menambah pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada. 

Informasi bagi setiap elemen akan berbeda satu sama lain sesuai 

dengan kebutuhannya masing-masing. Manajemen terdiri atas 

proses atau kegiatan yang dilakukan oleh pengelola perusahaan 

seperti merencanakan (menetapkan strategi, tujuan, dan arah 

tindakan), mengorganisasikan, memprakarsai, mengoordinasi, 

dan mengendalikan operasi untuk mencapai tujuan yang telah 

ditetapkan.

Sistem informasi manajemen yaitu penerapan sistem di dalam 

organisasi atau perusahaan yang diperlukan untuk mendukung 


informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan 

manajemen. 

1. Pengertian Sistem, Informasi, dan Manajemen

a. Sistem

 mendefinisikan sistem sebagai 

berikut:

 “Sistem yaitu suatu keseluruhan atau totalitas yang terdiri 

atas bagian, subsistem, atau komponen yang saling berintelerasi 

dan berinteraksi satu sama lain dan dengan keseluruhan itu 

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.” 

 bahwa pengertian sistem yaitu abstrak ataupun fisik. Abstrak 

yaitu suatu susunan teratur gagasan atau konsepsi yang saling 

bergantung.

menjelaskan  bahwa,

 “Sistem yaitu suatu totalitas himpunan bagian-bagian yang 

satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi 

mencapai suatu tujuan tertentu di suatu lingkungan. Bagian 

atau subsistem ini  yaitu  suatu kompleksitas 

tersendiri, namun  dalam kebersamaan mencapai suatu tujuan 

secara harmonis dalam ketentuan yang pasti.”

b. Informasi

 “Informasi yaitu semua hal yang diperlukan dalam proses 

pembuatan keputusan, misalnya pengetahuan, fakta, data, 

angka, dan sebagainya. Informasi bermakna bagi pimpinan 

untuk membuat keputusan atau untuk memengaruhi tingkah 

laku.”

menjelaskan  bahwa, 

 “Informasi yaitu data yang telah diproses ke dalam suatu 

bentuk yang memiliki  arti bagi si penerima dan memiliki  

nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan 

mendatang.”

Dengan demikian, informasi yaitu  salah satu jenis 

sumber daya paling utama yang harus dimiliki oleh suatu organisasi. 

Dengan kata lain, tanpa informasi maka tidak akan ada organisasi. 

Informasi melalui komunikasi menjadi perekat bagi suatu organisasi 

sehingga organisasi ini  bisa bersatu. 

c. Manajemen

Pengertian manajemen menurut G.R Terry 

 “…sebuah proses yang luas, yang terdiri atas tindakan 

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan 

yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-

sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber 

daya manusia dan sumber-sumber lainnya.”

Menurut Koont dan O’donnel , “Management is getting things done through and with people” 

(manajemen berhubungan dengan pencapaian tujuan yang dilakukan 

melalui dan dengan orang lain).

Pengertian lain mengenai manajemen dikemukakan oleh Miftah 

Toha , sebagai aktivitas menggerakan 

segenap orang dan mengarahkan semua fasilitas yang dipunyai 

oleh sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan 

tertentu.

berdasar  definisi ini  di atas, dapat disimpulkan 

bahwa manajemen pada prinsipnya yaitu  proses kegiatan 

dari seorang pimpinan atau manajer yang harus dilakukan dengan 

memakai  pemikiran, baik secara ilmiah maupun secara praktis 

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui jalinan 

hubungan kerja sama dengan orang lain sebagai sumber tenaga 

kerja serta dapat memanfaatkan sumber-sumber lainnya dan waktu 

yang tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya. 

2. Pengertian Sumber Daya dan Komponen Sistem Informasi

a. Pengertian Sistem Informasi 

Pengertian sistem informasi 

yaitu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, 

jika  dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung 

pengambilan keputusan dan pengendalian dalam organisasi.

Rommey (1983) memaknai sistem informasi sebagai cara-cara 

yang diorganisasi untuk mengumpulkan, memasukkan, mengolah, 

menyimpan data, mengendalikan, dan melaporkan informasi 

sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan 

yang telah ditetapkan.

bahwa sistem informasi yaitu kombinasi dari orang-orang, fasilitas, 

teknologi, media, prosedur,