relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan
sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya, industri
genteng, industri batu bata, dan industri pengolahan rotan.
3) Industri sedang, yaitu industri yang memakai tenaga
kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang yaitu
memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki
keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki
kemampuan manajerial tertentu. Misalnya, industri konveksi,
industri bordir, dan industri keramik.
4) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih
dari 100 orang. Ciri industri besar yaitu memiliki modal
besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan
saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan
pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan
kelayakan (fit and profer test). Misalnya, industri tekstil, industri
mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
c. Klasi kasi Industri berdasar Produksi yang Dihasilkan
1) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang
atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang
atau benda yang dihasilkan ini dapat dinikmati atau
dipakai secara langsung. Misalnya, industri anyaman,
industri konveksi, industri makanan dan minuman.
2) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang
atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum
dinikmati atau dipakai . Misalnya, industri pemintalan
benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
3) Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa
barang atau benda yang dapat dinikmati atau dipakai , baik
secara langsung maupun tidak langsung, namun berupa jasa
layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan
warga . Misalnya, industri angkutan, industri perbankan,
industri perdagangan, dan industri pariwisata.
-- 275
d. Klasi kasi Industri berdasar Bahan Mentah
1) Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah
yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya, industri
minyak goreng, industri gula, industri kopi, industri teh, dan
industri makanan.
2) Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan
mentah yang berasal dari hasil pertambangan. Misalnya,
industri semen, industri baja, industri bahan bakar minyak
bumi, dan industri serat sintetis.
3) Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang
dapat mempermudah dan meringankan beban warga ,
namun menguntungkan. Misalnya, industri perbankan, industri
perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri
seni dan hiburan.
e. Klasi kasi Industri berdasar Lokasi Unit Usaha
1) Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry),
yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran
konsumen.
2) Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented
industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah
pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak
angkatan kerja namun kurang pendidikannya.
3) Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry),
yaitu industri yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan.
Misalnya, industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan
batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan
sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan
Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
4) Industri berorientasi pada bahan baku (raw oriented industry),
yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku.
Misalnya, industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil,
industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut,
dan industri gula berdekatan lahan tebu.
-- 276
5) Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose
industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh
syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di semua
tempat sebab bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat
luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya, industri
elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.
f. Klasi kasi Industri berdasar Proses Produksi
1) Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan
mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya
hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri
yang lain. Misalnya, industri kayu lapis, industri alumunium,
industri pemintalan, dan industri baja.
2) Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah
jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat
langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya,
industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif,
dan industri mebel.
g. Klasi kasi Industri berdasar Barang yang Dihasilkan
1) Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin
atau alat produksi lainnya. Misalnya, industri alat-alat berat,
industri mesin, dan industri percetakan.
2) Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang
siap pakai untuk dikonsumsi. Misalnya, industri obat-obatan,
industri makanan, dan industri minuman.
h. Klasi kasi Industri berdasar Modal yang dipakai
1) Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN),
yaitu industri yang memperoleh dukungan modal dari
pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri). Misalnya,
industri kerajinan, industri pariwisata, industri makanan dan
minuman.
2) Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri
yang modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya,
-- 277
industri komunikasi, industri perminyakan, dan industri
pertambangan.
3) Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri
yang modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN
dan PMA. Misalnya, industri otomotif, industri transportasi,
dan industri kertas.
i. Klasi kasi Industri berdasar Subjek Pengelola
1) Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola yaitu milik
rakyat, misalnya industri mebel, industri makanan ringan, dan
industri kerajinan.
2) Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan yaitu milik
negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya industri
kertas, industri pupuk, industri baja, industri pertambangan,
industri perminyakan, dan industri transportasi.
j. Klasi kasi Industri berdasar Cara Pengorganisasian
1) Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri modal
relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10
orang dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana,
dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal).
Misalnya, industri kerajinan dan industri makanan ringan.
2) Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri modal
relatif besar, teknologi cukup maju namun masih terbatas,
pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi
pemasarannya relatif lebih luas (berskala regional). Misalnya,
industri bordir, industri sepatu, dan industri mainan anak-
anak.
3) Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri modal
sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur,
tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya
berskala nasional atau internasional. Misalnya, industri barang-
barang elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan
industri persenjataan.
-- 278
k. Klasi kasi Industri berdasar Surat Keputusan Menteri
Perindustrian
1) Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri kimia dasar yaitu industri yang memerlukan
modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi
maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah:
a) industri kimia organik, misalnya industri bahan peledak dan
industri bahan kimia tekstil;
b) industri kimia anorganik, misalnya industri semen, industri
asam sulfat, dan industri kaca;
c) industri agrokimia, misalnya industri pupuk kimia dan industri
pestisida;
d) industri selulosa dan karet, misalnya industri kertas, industri
pulp, dan industri ban.
2) Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini yaitu industri yang mengolah bahan mentah
logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan.
Adapun yang termasuk industri ini adalah:
a) industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya
mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa;
b) industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya mesin pemecah
batu, buldozer, excavator, dan motor grader;
c) industri mesin perkakas, misalnya mesin bubut, mesin bor,
mesin gergaji, dan mesin pres;
d) industri elektronika, misalnya radio, televisi, dan komputer;
e) industri mesin listrik, misalnya transformator tenaga dan
generator;
f) industri kereta api, misalnya lokomotif dan gerbong;
g) industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya mobil, motor,
dan suku cadang kendaraan bermotor;
-- 279
h) industri pesawat, misalnya pesawat terbang dan helikopter;
i) industri logam dan produk dasar, misalnya industri besi baja,
industri alumunium, dan industri tembaga;
j) industri perkapalan, misalnya pembuatan kapal dan reparasi
kapal;
k) industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya mesin produksi,
peralatan pabrik, blower, dan kontruksi.
3) Aneka Industri (AI)
Industri ini yaitu industri yang bertujuan menghasilkan
bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun
yang termasuk industri ini adalah:
a) industri tekstil, misalnya benang, kain, dan pakaian jadi;
b) industri alat listrik dan logam, misalnya kipas angin, lemari
es, dan mesin jahit, televisi, dan radio;
c) industri kimia, misalnya sabun, pasta gigi, sampo, tinta, plastik,
obat-obatan, dan pipa;
d) industri pangan, misalnya minyak goreng, terigu, gula, teh,
kopi, garam dan makanan kemasan;
e) industri bahan bangunan dan umum, misalnya kayu gergajian,
kayu lapis, dan marmer.
4) Industri Kecil (IK)
Industri ini yaitu industri yang bergerak dengan jumlah
pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan
industri rumah tangga, misalnya industri kerajinan, industri alat-
alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
5) Industri Pariwisata
Industri ini yaitu industri yang menghasilkan nilai
ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya dapat berupa wisata
seni dan budaya, wisata pendidikan, arsitektur, alat-alat observasi
alam, dan museum geologi, wisata alam, dan wisata kota.
Tata letak atau layout bisa dimaknai sebagai landasan utama
dalam dunia industri. Tata letak layout yang terencana dengan baik
akan ikut menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan produksi,
dalam beberapa hal, tata letak juga dapat berperan dalam menjaga
kelangsungan hidup atau keberhasilan suatu perusahaan.
Peralatan produksi yang canggih dan mahal harganya tidak
berarti jika perencanaan tata letak yang diterapkan tidak
proposional sebab aktivitas produksi suatu industri secara normal
harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan tata
letak yang tidak berubah-ubah. Dengan kekeliruan yang dibuat dalam
perencanaan tata letak ini akan berdampak negatif, lebih jauh dari
itu dapat memicu kerugian bagi industri atau perusahaan.
sesudah memililih dan menetapkan lokasi untuk menempati
suatu daerah dengan memperhitungkan berbagai faktor yang
diperlukan, hal lain yang perlu mendapat perhatian salah satunya
menempatkan layout sebab ini yaitu usaha untuk
meminimumkan biaya produksi. Perpindahan dan pergerakan
barang yang tidak perlu memicu adanya tambahan pengeluaran
biaya. Dengan demikian, perusahaan membutuhkan layout yang
tepat untuk mengurangi tambahan biaya, sehingga biaya yang
dipakai akan lebih efektif dan efisien.
Layout yaitu salah satu keputusan yang menentukan
efisiensi dan efektivitas operasional sebuah perusahaan dalam
jangka waktu panjang. Layout juga memiliki berbagai implikasi
strategis sebab ikut dan berperan dalam menentukan daya saing
perusahaan dalam hal kapasitas proses, fleksibilitas, dan biaya,
serta mutu kehidupan kerja.
Mengingat pentingnya faktor layout, perancanaan layout harus
dilakukan dengan proporsional sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan untuk tetap bertahan dalam menghadapi persaingan.
1. Pengertian Tata Letak (Layout)
Layout di lihat dari segi etimologis memiliki arti tata
letak. Menurut istilah, layout yaitu sebuah usaha untuk
menyusun, menata, atau memadukan elemen-elemen atau unsur-
unsur komunikasi grafis (teks, gambar, tabel). Hal itu menjadikan
komunikasi visual yang komunikatif, estetik dan menarik.
Layout disebut juga tata letak atau tata ruang. Layout yaitu
cara penempatan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperlancar
proses produksi yang efektif dan efisien, yaitu berupa mesin-mesin,
alat-alat produksi, alat pengangkutan bahan, dan peralatan pabrik,
serta peralatan yang diperlukan dalam pengawasan.
Layout yaitu suatu informasi, sehingga memerlukan
pertimbangan seefektif mungkin yang matang saat mendesainnya,
agar layout dapat bermanfaat dalam posisinya.
menyatakan bahwa tata letak
(layout) yaitu satu keputusan penting yang menentukan
efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang.
tata ruang yaitu tatanan
secara fisik dari terminal kerja beserta peralatan dan perlengkapan
yang mengacu pada proses produksi.
Adapun plant layout
mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-bagian pusat kerja
dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah
menjadi bahan jadi.
-- 283
Sofjan Assauri (2004: 57) mengartikan plant layout sebagai fase
yang termasuk dalam desain dari suatu produksi.
berdasar beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa plant layout yaitu suatu keputusan yang menyangkut
penyusunan fasilitas operasi secara teratur dan efisien yang mencakup
desain atau konfigurasi dari bagian-bagian pusat kerja dan peralatan
yang mengacu pada proses produksi (input-proses-output), baik yang
ada di dalam bangunan ataupun di luar sehingga kegiatan operasi
berjalan dengan lancar.
2. Tujuan Tata Letak (Layout)
Pada prinsipnya, tujuan utama layout yaitu menampilkan
elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah
cara yang dapat menerima informasi yang disajikan.
Menurut Sri Tomo Wignjosoebroto (2003: 68), tujuan utama
dalam desain tata letak untuk meminimalkan total biaya yang
menyangkut elemen-elemen biaya, yaitu:
a. biaya konstruksi dan instalasi untuk bangunan mesin ataupun
fasilitas produksi lainnya;
b. biaya pemindahan bahan (material handling cost);
c. biaya produksi maintenance, safety, dan biaya penyimpanan
produk setengah jadi.
menjelaskan bahwa
layout yang efektif dapat membantu perusahaan dalam mencapai
hal-hal seperti:
a. pemanfaatan yang lebih besar atas ruangan, peralatan dan
manusia;
b. arus informasi, bahan baku, dan manusia yang lebih baik;
c. lebih memudahkan konsumen;
d. peningkatan moral karyawan dan kondisi kerja yang lebih
aman.
-- 284
Lebih spesifik bahwa suatu tata letak yang baik dapat
memberi keuntungan dalam sistem produksi, antara lain:
a. menaikkan output produksi;
b. mengurangi waktu tunggu (delay);
c. mengurangi proses pemindahan bahan (material handling);
d. penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang, dan
service;
e. pendaya untuk yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga
kerja, dan atau fasilitas produksi lainnya;
f. mengurangi inventory in process;
g. proses manufacturing yang lebih singkat;
h. mengurangi risiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari
operator;
i. memperbaiki moral dan kepuasan kerja;
j. mempermudah aktivitas supervisi;
k. mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran;
l. mengurangi faktor yang bisa merugikan dan memengaruhi
kualitas dari bahan baku ataupun produk jadi.
Dengan demikian, tujuan layout yaitu meminimumkan
biaya dan meningkatkan efisiensi dalam pengaturan segala fasilitas
produksi dan area kerja, sehingga proses produksi dapat berjalan
lancar. Efisiensi ini dapat dicapai dengan menekan biaya produksi
dan transportasi.
3. Manfaat Tata Letak (Layout)
Manfaat layout di antaranya yaitu sebagai berikut.
a. Meningkatkan jumlah produksi, sehingga proses produksi
berjalan lancar yang berimpas pada output yang besar, biaya
dan jam tenaga kerja serta mesin minimum.
b. Mengurangi waktu tunggu, artinya terjadi keseimbangan beban
dan waktu antara mesin yang satu dengan mesin lainnya,
-- 285
selain itu juga dapat mengurangi penumpukan bahan dalam
proses dan waktu tunggu.
c. Mengurangi proses pemindahan bahan dan meminimalkan
jarak antara proses yang satu dengan yang berikutnya.
d. Hemat ruang sebab tidak terjadi penumpukan material dalam
proses dan jarak antara masing-masing mesin berlebihan
sehingga akan menambah luas bangunan yang tidak
dibutuhkan.
e. Mempersingkat waktu proses, jarak antarmesin pendek atau
antara operasi yang satu dengan yang lain.
f. Efisiensi penggunaan fasilitas, pendayagunaan elemen produksi,
yaitu tenaga kerja, mesin, dan peralatan.
g. Meningkatkan kepuasan dan keselamatan kerja, sehingga
menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman, nyaman,
tertib, dan rapi, sehingga dapat mempermudah supervisi,
mempermudah perbaikan dan penggantian fas i l i tas
produksi, meningkatkan kinerja menjadi lebih baik, dan akan
meningkatkan produktivitas.
h. Mengurangi kesimpangsiuran yang disebabkan oleh material
menunggu, adanya gerak yang tidak perlu, dan banyaknya
perpotongan aliran dalam proses produksi (intersection).
4. Faktor-Faktor Pertimbangan Perencanaan Layout
Perencanaan layout menurut James A. Moore (1973) yaitu
rencana dari keseluruhan tata fasilitas industri yang berada di
dalamnya, termasuk cara personel ditempatkan, operasi gudang,
pemindahan material, dan alat pendukung lain sehingga dapat
mencapai suatu tujuan yang optimum dengan kegiatan yang ada
dengan memakai fasilitas yang ada di perusahaan. Dengan
layout yang baik di perusahaan, akan menimbulkan impulse buying
bagi konsumen.
Dalam menyusun plant layout yang baik perlu memperhatikan
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan. Menurut Sofjan Assauri
(2004: 61) faktor-faktor ini , antara lain sebagai berikut.
-- 286
a. Produk yang dihasilkan. Sejak awal didirikannya sebuah
perusahaan sudah memiliki tujuan, yaitu akan memproduksi
apa, bagaimana hasil dan kualitasnya, serta seberapa besar
jumlah yang akan dihasilkannya.
b. Urutan produksinya. Faktor ini penting terutama bagi product
layout. Penyusunan product layout didasarkan pada urutan-
urutan produksinya (operation sequence).
c. Kebutuhan akan ruang yang cukup luas (special requirement).
Dalam ini diperhatikan luas ruangan pabrik.
d. Peralatan/mesin-mesin, yaitu mesinnya berat atau ringan
sehingga diperlukan lantai yang lebih kukuh.
e. Maintenance dan replacement. Pada prinsipnya mesin-mesin
harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga maintenence-nya
mudah dilakukan dan replacement-nya juga mudah.
f. Adanya keseimbangan kapasitas (balance capacity). Keseimbangan
suatu kapasitas harus diperhatikan, terutama dalam product
layout sebab mesin-mesin diatur menurut urutan-urutan
(sequence) prosesnya.
g. Minimum movement. Dengan gerak yang sedikit, biayanya akan
lebih rendah.
h. Aliran (flow) dari material. Flow ini dapat digambarkan, yaitu
arus yang harus diikuti oleh produknya pada waktu dibuat,
gambar yang sangat penting bagi perencanaan lantai atau
ruangan.
i. Employee area. Tempat kerja harus cukup luas, sehingga tidak
mengganggu keselamatan dan kesehatannya serta kelancaran
produksinya.
j. Service area. Tempat istirahat, seperti cafeteria, toilet, tempat
parkir mobil, dan sebagainya diatur sedemikian rupa sehingga
dekat dengan tempat kerja.
k. Waiting area. ini untuk mencapai flow material yang
optimum, sehingga harus diperhatikan tempat-tempat saat
menyimpan barang-barang pada saat menunggu proses
selanjutnya.
-- 287
l. Plant climate. Udara harus diatur, yaitu harus sesuai dengan
keadaan produk, jangan terlalu panas, jangan terlalu dingin,
dan jangan merusak kesehatan buruh.
m. Flexibility. Perubahan dari produk atau proses/mesin-mesin
dan sebagainya hampir tidak dapat dihindarkan sebab sesuai
dengan perkembangan teknologi dan perubahan kecil yang
terjadi tidak memerlukan biaya yang tinggi.
1. Prinsip Umum yang Berhubungan dengan Layout
a. Kesederhanaan
Prinsip kesederhanaan erat hubungannya dengan kemampuan
daya tangkap rata-rata manusia dalam menerima informasi. Secara
insting, manusia menginginkan kesederhanaan dalam menerima
informasi. Dalam penyederhanaan juga harus memperhatikan
segmen bahwa informasi itu akan disampaikan, serta hal-hal yang
diharapkan.
b. Kontras
Krontras sangat diperlukan dalam rangka menarik perhatian,
memberi penekanan terhadap elemen atau pesan yang ingin
disampaikan.
c. Keseimbangan
Keseimbangan yaitu suatu hal yang sangat penting
dalam penyampaian suatu informasi. Keseimbangan juga dapat
yaitu keseimbangan yang formal dengan susunan yang
simetris. Susunan yang simetris mampu memberi kesan yang formal,
dapat dipercaya, dan mapan. Sebaliknya, susunan yang asimetris
sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu dinamika, energi
serta pesan yang tidak formal.
-- 288
d. Keharmonisan
Keharmonisan berawal dari harmoni, yaitu memiliki keselarasan
antara satu elemen dengan elemen grafis yang lain. Harmoni dapat
diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu:
1) Harmoni dilihat dari segi bentuk, misalnya adanya keserasian
dalam penempatan elemen grafis. Hal itu dapat dilihat dari
segi bentuk dan ukurannya apakah itu kartu nama, stiker,
poster dan sebagainya. Pemilihan bentuk huruf juga memiliki
peranan yang penting sebagaimana tujuan dari desain itu
dibuat.
2) Harmoni dilihat dari segi warna, misalnya warna memiliki
pengaruh yang amat besar sebab tiap-tiap warna memiliki
sifatnya masing-masing, seperti merah yang memiliki arti
berani, biru yang memiliki kesan tenang, dan sebagainya.
Lihat kembali tujuan dari desain yang telah dibuat sebab
ketepatan dalam memilih warna dapat membuat informasi
yang di dalamnya menjadi lebih efektif.
e. Stressing
Stressing disebut sebagai sebuah penekanan, memiliki fungsi
untuk memberi titik-titik tertentu yang memperoleh fokus
perhatian. Streesing lebih mengarah pada titik perhatian atau
eye catching dalam suatu publikasi. Pada sebuah karya grafis
memungkinkan adanya lebih dari satu stressing, namun harus
dibedakan dari sisi yang akan dijadikan fokus utama agar tidak
mengesankan berebut perhatian yang akhirnya membuat pesan di
dalamnya menjadi tidak efektif.
2. Prinsip Dasar Penyusunan Layout
Prinsip dasar yang dipakai dalam penyusunan layout,
yaitu sebagai berikut.
a. Integrasi secara total terhadap faktor-faktor produksi. Dalam
tata letak diperlukan secara terintegrasi dari semua faktor
yang memengaruhi proses produksi menjadi satu organisasi
yang besar.
-- 289
b. Jarak pemindahan bahan paling minimum. Waktu pemindahan
bahan dari satu proses ke proses yang lain dalam industri
dapat dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan.
c. Memperlancar aliran kerja, diusaha kan untuk menghindari
gerakan balik (back tracking), gerakan memotong (cross
movement), dan gerak macet (congestion). Dengan kata lain,
material diusahakan bergerak terus tanpa adanya interupsi
oleh gangguan jadwal kerja.
d. Kepuasan dan keselamatan kerja, sehingga memberi suasana
kerja yang menyenangkan.
e. Fleksibilitas, yaitu dapat mengantisipasi perubahan teknologi,
komunikasi, dan kebutuhan konsumen. Untuk menjaga
fleksibilitas, diadakan penyesuaian kembali (relayout), yaitu
suatu perubahan kecil dalam suatu penataan ruangan, namun
tidak menutup kemungkinan adanya desain produk yang
memungkinkan berubahnya layout secara total.
3. Prinsip Teknis Perencanaan Tata Letak
berdasar tujuan, keuntungan, dan aspek dasar dalam tata
letak yang terencana dengan baik, dapat disimpulkan enam prinsip
dasar berikut ini.
a. Prinsip integrasi secara total. Tata letak ini yaitu integrasi
secara total dari seluruh elemen produksi yang menjadi satu
unit operasi yang lebih besar.
b. Prinsip perpindahan jarak yang minimal. Dalam proses
pemindahan bahan dari satu operasi ke operasi berikutnya,
waktu dapat dihemat dengan mengurangi jarak perpindahan
ini .
c. Prinsip aliran dari suatu proses kerja. Aliran kerja yang
baik yaitu aliran konstan dengan minimum interupsi,
kesimpangsiuran, dan kemacetan dalam proses produksi.
d. Prinsip pemanfaatan ruangan. Pengaturan ruangan yang akan
dipakai secara optimum dengan memanfaatkan tiga dimensi
ruang (cubic space).
-- 290
e. Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja. Tata letak yang baik
akan dapat membuat suasana kerja menjadi menyenangkan dan
memuaskan sehingga dapat meningkatkan moral karyawan.
f. Prinsip fleksibilitas. Dengan kemajuan IPTEK memicu
dunia industri berpacu untuk mengimbanginya. Perubahan
yang mungkin terjadi pada desain produk, peralatan produksi,
delivery, dan sebagainya akan berakibat pengaturan kembali
(re-layout) tata letak yang sudah ada. jika tata letak
direncanakan cukup fleksibel, penyesuaian kembali dapat
dilakukan dengan lebih cepat dan murah.
Layout yang baik mudah untuk mengikuti dan memberi
fokus jelas kepada khalayak untuk membantu menemukan cara
melalui publikasi, presentasi, atau halaman web. Layout mengatur
dan menekankan informasi untuk membuat pesan.
1. Pedoman Mengorganisasi Layout
Pedoman untuk mengorganisasi layout, antara lain:
a. memakai berbagai jenis ukuran untuk berbagai
elemen;
b. membentuk suatu hierarki dari jenis ukuran untuk utama,
subheads, teks, dan lain-lain sesuai dengan format;
c. semua format utama sama, semua teks harus diformat
sama;
d. membuat elemen yang paling penting agar khalayak bisa
menemukan hal yang besar pada hal-hal yang kecil;
e. memakai rules (baris) untuk memisahkan informasi ke
dalam grup;
f. memakai berbagai jenis ketebalan font;
g. memakai spasi kosong untuk tujuan desain dalam
publikasi;
h. informasi posisi penting di sudut kiri atas;
-- 291
i. berikan bullet pada item-item yang penting;
j. gunakan warna kebalikan (jenis putih pada latar belakang
gelap) untuk memisahkan atau menekankan.
2. Panduan Umum Layout
Beberapa langkah untuk mengerjakan layout, antara lain:
a. menentukan tujuan publikasi, presentasi, atau situs web
sebelum memulai layout;
b. membuat dasar pesan yang akan disampaikan dan rencana
tata ruang di sekitarnya;
c. memilih yang sesuai jenis media (halaman web, presentasi,
cetak buku, newsletter, atau brosur), termasuk ukuran;
d. mengidentifikasi target, menulis dan mendesain publikasi,
presentasi, atau situs web agar selalu berada dalam benak
khalayak;
e. mempertimbangkan kepentingan mereka, membaca tingkat,
latar belakang, dan lain-lain.
3. Strategi Dasar Layout
Menetapkan suatu layout yang akan dipakai oleh suatu
perusahaan diperlukan pertimbangan berbagai keputusan operasional
yang telah dibuat sebelumnya. Keputusan operasional yang berkaitan
dengan layout di antaranya desain produk, lokasi, proses ataupun
kapasitas perusahaan.
Strategi layout secara umum bertujuan agar perusahaan dapat
melakukan pengaturan tenaga kerja, ruang yang tersedia, peralatan
atau fasilitas yang dipakai sehingga segala macam aliran yang
ada di perusahaan, baik berupa informasi maupun bahan dapat
berjalan secara efektif dan fisien.
Layout yang efektif akan menunjang pelaksanaan strategi bisnis
yang telah ditetapkan perusahaan, baik diferensiasi, low cost atau
respons yang cepat.
-- 292
4. Langkah-langkah Perencanaan Layout
Langkah-langkah dalam perencanaan tata letak, yaitu sebagai
berikut.
a. Analisa produk. MengAnalisa macam dan jumlah produk
yang harus dibuat memakai pertimbangan kelayakan
teknis dan ekonomis.
b. Analisa proses. MengAnalisa macam dan urutan proses
pengerjaan produksi yang telah ditetapkan untuk dibuat.
c. Analisa pasar. Mengidentifikasi macam dan jumlah produk
yang dibutuhkan oleh konsumen. Informasi ini dipakai
untuk menentukan kapasitas produksi yang berikutnya dapat
memberi keputusan tentang banyaknya mesin dan fasilitas
produksi yang diberikan.
d. Analisa macam dan jumlah mesin/equipment dan luas area
yang dibutuhkan. Dengan memperhatikan volume produk
yang akan dibuat, waktu standar, jam kerja, dan efisiensi
mesin maka jumlah mesin dan fasilitas yang diperlukan (juga
operator) dapat dihitung. Untuk selanjutnya luas area, stasiun
kerja, kebutuhan area, jalan lintasan dapat ditentukan agar
proses berlangsung dengan lancar.
e. Pengembangan alternatif tata letak. Sebelum menentukan tata
letak terbaik yang harus dipilih, terlebih dahulu dilakukan
pengembangan alternatif dengan mempertimbangkan:
1) Analisa ekonomi didasarkan macam tipe layout yang
dipilih;
2) perancanaan pola aliran material yang harus dipindah
dari satu proses ke proses berikutnya;
3) pertimbangan yang terkait dengan luas area, kolom
bangunan, struktur organisasi, dan lain-lain;
4) analisi aliran material dengan memperhatikan volume,
frekuensi dan jarak perpindahan material sehingga
diperoleh total biaya yang paling minimum;
-- 293
5) perancangan tata letak mesin. Hasil Analisa terhadap
layout dipakai dasar pengaturan fasilitas fisik dan
pengaturan departemen penunjang.
1. Memahami Arti Penting Perancangan Tata Letak
(Layout) Fasilitas
Tata letak fasilitas menurut Tompkins (1999) yaitu ilmu
yang multidisiplin, yang berkaitan dengan merencanakan layout
fasilitas, memilih material handling sistem, dan menentukan peralatan
proses yang diperlukan.
Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000), perancangan tata
letak fasilitas diartikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas
fisik pabrik untuk menunjang kelancaran proses produksi.
James Apple (1997) menjelaskan bahwa tata letak fasilitas
sebagai mengAnalisa , membentuk konsep, merancang, dan
mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa.
berdasar beberapa pengertian di atas, kegiatan perancangan
fasilitas berhubungan dengan perancangan unsur fisik suatu
lingkungan.
Pada dasarnya, tata letak dan pemindahan bahan yaitu
salah satu kegiatan rekayasawan industri tertua. Seiring dengan
meluasnya pandangan rekayasawan industri ke arah fasilitas fisik,
saat ini reakayasawan menjadi sebuah pemahaman bahwa semua
kegiatan yang memiliki arti, akan menuntut fasilitas fisik dan
fasilitas itu harus direncanakan serta dirancang untuk mengikuti
prinsip serta aturan yang hampir sama dengan yang dipakai
dalam tata letak.
Dalam perkembangannya sampai saat ini, perancangan
fasilitas memiliki tujuan secara umum untuk mempertimbangkan
masukan yang tepat dan merancang susunan yang dalam waktu
tersingkat dengan biaya yang wajar untuk mencapai keluaran yang
diinginkan.
-- 294
Pada prinsipnya sebuah perancangan fasilitas bagi operasi
suatu perusahaan tidak dapat ditunjukkan. Akan namun , perlu
diketahui bahwa aliran barang yaitu tulang punggung
fasilitas produksi yang harus dirancang dengan cermat serta tidak
boleh dibiarkan tumbuh dan berkembang menjadi satu pola yang
membingungkan. Oleh sebab itu, perancangan fasilitas perlu
dilakukan lebih dulu, misalnya seseorang sebelum membangun
satu ruangan sebuah rumah disesuaikan dahulu dengan barang
yang sesuai dengan rumah ini .
2. Model Tata Letak (Layout)
Dalam merancang tata letak, yang perlu dipahami terlebih
dahulu, antara lain tipe-tipe tata letak sebagai dasar perancangan.
Pemahaman ini diperlukan sebab tipe tata letak menentukan
keberhasilan strategi manufaktur yang telah ditetapkan.
Menurut Wignjosoebroto, (2000), empat model tata letak
(layout), antara lain sebagai berikut.
a. Model Product Layout
Produk layout biasanya dipakai untuk pabrik yang
memproduksi satu macam atau kelompok produk dalam jumlah
yang besar dan dalam waktu yang lama.
Model layout berdasar al iran produksi , menurut
Wignjosoebroto (2000), mesin dan fasilitas produksi lainnya akan
diatur menurut prinsip mesin after mesin. Selanjutnya mesin disusun
menurut urutan proses yang ditentukan pada pengurutan produksi,
tidak peduli macam/jenis mesin yang dipakai . Tiap komponen
berjalan dari satu mesin ke mesin berikutnya melewati seluruh daur
operasi yang dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya, Wignjosoebroto
(2000) mengilustrasikan pada gambar 10.1 berikut.
-- 295
Mesin
Bubut
Mesin
Bubut
Mesin
Press
Mesin
Perata
Mesin
Drill
Mesin
Perata
Mesin
Pelengkung
Mesin
Drill
Mesin
Gerinda
Mesin
Drill
Mesin
Drill
Mesin
Drill
Gambar 10.1 Model Product Layout
Sumber: Wignjosoebroto (2000)
Dengan layout tipe ini, suatu produk akan dikerjakan
sampai selesai dalam departemen tanpa perlu dipindah-pindah ke
departemen lain. Dalam model ini, bahan baku akan dipindahkan
dari satu operasi ke operasi berikutnya secara langsung.
Dengan demikian, tujuan utama dari model ini yaitu untuk
mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan
dalam aktivitas produksi.
Keuntungan dari model layout produk, antara lain:
1) aliran material yang simpel dan langsung,
2) persediaan barang dalam proses yang rendah,
3) total waktu produksi per unit yang rendah,
4) tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi,
5) kebutuhan material handling yang rendah,
6) dapat memakai mesin khusus atau otomatis,
7) dapat memakai ban berjalan sebab aliran material sudah
tertentu,
8) kebutuhan material dapat diperkirakan dan dijadwalkan
dengan lebih mudah.
-- 296
Adapun kelemahan dari model layout produk, antara lain:
1) kerusakan pada mesin dapat menghentikan produksi;
2) perubahan desain produk dapat memicu tidak efektifnya
layout yang bersangkutan;
3) jika ada bottle neck dapat memengaruhi proses
keseluruhan;
4) memerlukan investasi mesin/peralatan yang besar;
5) sebab sifat pekerjaannya yang monoton dapat memicu
kebosanan.
b. Model Process Layout
Pada prinsipnya, proses layout yaitu metode pengaturan
dan penempatan fasilitas, yaitu fasilitas yang memiliki tipe dan
spesifikasi sama ditempatkan dalam satu departemen. Hal itu
umumnya dipakai di perusahaan yang beroperasi dengan
menerima order dari pelanggan.
Selain itu dipakai oleh perusahaan yang memiliki produk
bervariasi dan memproduksi dalam jumlah kecil. Untuk lebih jelasnya
mengenai model proses layout, sebagaimana diilustrasikan oleh
Wignjosoebroto (2000) pada gambar 10.2 berikut.
Mesin
Bubut
Mesin
Bubut
Mesin
Perata
Mesin
Bubut
Mesin
Perata
Mesin
Gerinda
Mesin
Bubut
Mesin
Perata
Mesin
Gerinda
Perakitan
Mesin
Drill
Mesin
Drill
Pengelasan
Pengecatan
Pengelasan
Pengecatan
Perakitan
Gambar 10.2 Process Layout
Sumber: Wignjosoebroto (2000)
-- 297
Proses layout umumnya dipakai untuk industr i
manufakturing yang bekerja dengan jumlah/volume produksi yang
relatif kecil dan untuk produk yang tidak standar. Tipe ini akan
terasa lebih fleksibel dibadingkan dengan tata letak berdasar
aliran produk. Pabrik yang beroperasi berdasar job order (job
lot production), akan lebih tepat menerapkan layout tipe ini untuk
mengatur segala fasilitas produksinya.
Keuntungan yang akan didapat dari layout proses, antara
lain:
1) memungkinkan utilitas mesin yang tinggi,
2) memungkinkan penggunaan mesin-mesin yang multiguna
sehingga dapat dengan cepat mengikuti perubahan jenis
produksi,
3) memperkecil terhentinya produksi yang diakibatkan oleh
kerusakan mesin,
4) sangat fleksibel dalam mengalokasikan personel dan
peralatan,
5) investasi yang rendah sebab dapat mengurangi duplikasi
peralatan,
6) memungkinkan spesialisasi supervisi.
Adapun kelemahan dari model ini, antara lain:
1) meningkatnya kebutuhan material handling sebab aliran
proses yang beragam dan tidak dapat dipakai nya ban
berjalan;
2) pengawasan produksi yang lebih sulit;
3) meningkatnya persediaan barang dalam proses;
4) total waktu produksi per unit yang lebih lama;
5) memerlukan skill yang lebih tinggi;
6) pekerjaan rutin, penjadwalan dan akunting biaya yang
lebih sulit sebab setiap ada order baru harus dilakukan
perencanaan/perhitungan kembali.
-- 298
c. Model Fixed Position Layout
Pada dasarnya, model ini mengondisikan bahwa yang tetap
pada posisinya yaitu material, sedang fasilitas produksi seperti
mesin, peralatan, serta komponen-komponen pembantu lainnya
bergerak menuju lokasi material atau komponen produk utama.
Untuk lebih jelas dalam memahami model ini, sebagaimana
diilustrasikan oleh Wignjosoebroto (2000) pada gambar 10.3
berikut.
Mesin
Las
Mesin
Gergaji
Mesin
Gerinda
Mesin
Gerinda
Mesin
Keling
Fasilitas
Pengecatan
Gambar 10.3 Fixed Position Layout
Sumber: Wignjosoebroto (2000)
Prinsip tata letak berdasar lokasi material tetap dipakai
untuk produk yang ukurannya besar seperti kapal dan pesawat
terbang.
d. Model Group Technology Layout
Model ini mengelompokkan produk atau komponen yang
akan dibuat berdasar kesamaan dalam proses. Pengelompokan
produk ini memicu mesin dan fasilitas produksi lainnya
ditempatkan dalam sebuah sel manufaktur sebab setiap kelompok
memiliki urutan proses yang sama.
-- 299
Tujuan dari group technology layout yaitu menghasilkan
efisiensi yang tinggi dalam proses manufakturnya. Untuk lebih
jelasnya dalam memahami model ini, sebagaimana diilustrasikan
oleh Wignjosoebroto (2000) pada gambar 10.4 berikut.
Mesin
Bubut
Mesin
Gerinda
Mesin
Perata
Mesin
Press
Mesin
Drill
Mesin
Drill
Mesin
Drill
Mesin
Gerinda
Perakitan Pengecatan
Mesin
Bubut
Mesin
Drill
Mesin
Press
Perakitan
Mesin
Gerinda
Perakitan
Mesin
Las
Perakitan
Gambar 10.4 Group technology layout
Sumber: Wignjosoebroto (2000)
Pada prinsipnya model ini yaitu kombinasi tipe tata
letak produk dan proses. Model ini juga dikenal dengan tata letak
pembelajar. Tipe ini memberi pembelajaran kepada operator
agar menguasai keterampilan.
3. Model Pendekatan Layout
Dalam semua kasus yang terjadi, menurut Moore (2000), layout
seharusnya mempertimbangkan cara mencapainya, antara lain:
a. pemanfaatan lebih tinggi atas ruang, fasilitas, dan tenaga
kerja;
b. perbaikan aliran informasi, barang atau tenaga kerja;
c. meningkatkan moral kerja dan kondisi keamanan yang lebih
baik;
d. meningkatkan interaksi perusahaan dengan konsumen;
e. peningkatan fleksibilitas.
-- 300
Agar dapat menetapkan layout yang efektif, perlu menetapkan
beberapa hal, di antaranya peralatan penanganan bahan, kapasitas
dan persyaratan luas ruangan, lingkungan hidup dan estetika, aliran
informasi, biaya perpindahan antarwilayah kerja yang berbeda.
Moore (2000) memperkenalkan enam pendekatan layout, yaitu
sebagai berikut.
a. Layout Posisi Tetap (Fixed Position Layout)
Permasalahan yang dihadapi dalam layout posisi tetap yaitu
cara mengatasi kebutuhan layout proyek yang tidak berpindah atau
proyek yang menyita tempat yang luas (seperti pembuatan jalan
layang, gedung).
Adapun teknik untuk mengatasi layout posisi tetap, jika
tidak dikembangkan dengan baik maka kerumitannya akan
bertambah. Adapun penyebabnya terdiri atas tiga faktor, antara
lain:
1) tempatnya yang terbatas di semua lokasi produksi,
2) setiap tahapan berbeda pada proses produksi dan kebutuhan
bahan sehingga banyak hal yang menjadi penting sejalan
dengan perkembangan proyek,
3) volume bahan yang dibutuhkan sangat dinamis.
Disebab kan permasalahan pada layout posisi tetap sulit
diselesaikan di lokasi maka ada hal-hal yang dikerjakan di luar lokasi
untuk melengkapi proyek, misalnya pada proyek pembuatan jalan
layang maka pembuatan konstruksi besi dilakukan di luar lokasi
kemudian melakukan penanamannya di lokasi proyek.
b. Layout Berorientasi Proses (Process Oriented Layout)
Layout ini berkaitan dengan proses produksi bervolume rendah
dan variasi tinggi. Layout jenis ini marupakan cara tradisional untuk
mendukung strategi diferensiasi produk. Layout jenis ini paling
tepat jika dipakai untuk pembuatan produk yang melayani
konsumen dengan kebutuhan berbeda-beda. Pada prosesnya disebut
-- 301
job shop, yaitu tiap produk dalam kelompok kecil melalui urutan
operasi yang berbeda, tiap produk atau pesanan yang sedikit
diproduksi dengan memindahkannya dari satu departemen ke
departemen lain dalam urutan tertentu dari tiap produk.
Kelebihan dari layout ini yaitu adanya fleksibilitas peralatan
dan penugasan tenaga kerja. Dengan demikian, jika terjadi
permasalahan pada suatu mesin, pekerjaan tidak perlu berhenti
dan dapat dialihkan pada mesin lain atau departemen yang sama.
Layout ini sangat tepat jika diterapkan pada produksi komponen
dalam skala kecil atau disebut job lot serta produksi komponen
dalam ukuran dan bentuk yang berbeda.
Kelemahan layout ini ada pada peralatan yang memiliki
kegunaan umum. Waktu produksi menjadi lama sebab memerlukan
waktu lama untuk berpindah dalam sistem sebab sulitnya
penjadwalan, perubahan penyetelan mesin, keunikan penanganan
bahan. Adapun peralatan yang memiliki kegunaan umum
membutuhkan operator yang terampil dan persediaan barang
setengah jadi menjadi lebih tinggi sebab ketidakseimbangan proses
produksi. Pada akhirnya kebutuhan modal akan semakin banyak.
c. Layout Perkantoran (Of ce Layout)
Layout ini yang membedakan antara layout kantor dan pabrik
terletak pada kepentingan informasi. Di beberapa lingkungan kantor,
produksi sangat bergantung pada aliran bahan.
Cara penyelesaian layout kantor yaitu memakai Analisa
diagram hubungan (relationship chart). Contoh, suatu kantor memiliki
sembilan ruangan, yaitu untuk direktur, direktur teknologi, ruang
para insinyur, sekretaris, pintu masuk kantor, pusat arsio, lemari
peralatan, peralatan fotokopi, dan gudang.
Pada layout ini ada dua kecenderungan yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1) teknologi seperti telepon seluler, pager, fax, internet, laptop
PDA memicu layout perkantoran menjadi semakin
fleksibel dengan memindahkan informasi secara elektronik;
-- 302
2) virtual company menciptakan kebutuhan dinamis akan ruang
dan jasa. Kedua macam kecenderungan ini memicu
kebutuhan karyawan lebih sedikit berada di kantor.
d. Layout Usaha Eceran (Ritel Layout)
Layout usaha eceran yaitu sebuah pendekatan yang
berkaitan dengan aliran pengalokasian ruang dan merespons pada
perilaku konsumen.
Layout ini didasarkan pada ide bahwa penjualan dan keuntungan
akan bervariasi pada produk yang menarik perhatian konsumen
sehingga banyak manajer ritel mencoba untuk mempertontonkan
produk kepada konsumen sebanyak mungkin. Dengan kata lain,
semakin besar produk terlihat oleh konsumen maka penjualan akan
semakin tinggi dan tingkat pengembalian investasi semakin tinggi.
Untuk itu, manajer operasional perusahaan ritel dapat melakukan
pengaturan toko secara keseluruhan atau alokasi tempat bagi
beragam produk dalam toko.
Tujuan utama dari layout ini yaitu memaksimalkan
keuntungan luas lantai per kaki persegi. Di samping itu ada juga
konsep yang masih diperdebatkan, yaitu biaya slotting (slotting fees).
Artinya biaya yang dibayar produsen untuk menempatkan produk
mereka di rak di rantai ritel atau supermarket.
Di samping itu, ada juga pertimbangan lain yang disebut
dengan service scapes yang terdiri atas tiga elemen, yaitu:
1) kondisi yang berkenaan dengan lingkungan;
2) tata letak yang luas dan memiliki fungsi;
3) tanda-tanda, simbol, dan patung.
e. Layout Gudang (Warehouse Layout)
Layout gudang yaitu sebuah desain yang mencoba
meminimalkan biaya total dengan mencapai paduan yang terbaik
antara luas ruang dan penanganan bahan. Memaksimalkan luas
gudang akan memanfaatkan volume dengan mempertahankan biaya
penanganan bahan yang rendah.
-- 303
Manajemen gudang yang modern marupakan suatu prosedur
yang otomatis yang memakai Automated Stirage Retrieval Sistem
(ASRS). Ada tiga konsep yang dikenal dalam layout gudang, yaitu
sebagai berikut.
1) Cross Docking
Cross docking yaitu suatu cara untuk menghindari penempatan
bahan atau pasokan dalam gudang dengan teknik memproses barang
secara langsung saat diterima. ini dilakukan untuk menghindari
aktivitas penerimaan secara formal, penghitungan stok/penyimpanan
dan pemilihan pesanan sehingga terjadi penghematan biaya.
Dalam pelaksanaannya, cross docking yang baik membutuhkan
penjadwalan yang ketat, dan pengiriman yang diterima memiliki
identifikasi produk yang akurat dengan kode garis.
2) Random Stocking
Random stocking dipakai di gudang untuk menempatkan
persediaan dengan pola terbuka. Dengan kata lain bahwa ruangan
tidak perlu dikhususkan untuk barang-barang tertentu dan fasilitas
dapat dimanfaatkan dengan lebih baik.
jika sistem ini terkomputerisasi, pelaksanaannya
memerlukan tugas-tugas, antara lain:
- membuat daftar lokasi yang “terbuka”,
- membuat catatan persediaan sekarang secara akurat dan
lokasinya,
- mengurutkan barang-barang dalam urutan tertentu untuk
meminimalkan waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk
menjemput pesanan,
- memadukan pesanan untuk mengurangi waktu pen-
jemputan,
- menugaskan barang atau sekumpulan barang tertentu di
wilayah gudang sehingga jarak tempuh total di gudang dapat
diminimalkan.
-- 304
3) Customizing
Customizing yaitu suatu cara penggunaan gudang untuk
menambahkan nilai produk melalui modifikasi, perbaikan, pelabelan,
dan pengepakan.
Cara ini berguna untuk menghasilkan keunggulan bersaing
di pasar, yaitu saat dalam gudang ini ada perubahan
produk yang sangat cepat. Cara ini sudah banyak dilakukan oleh
perusahaan dengan penyediaan label pada usaha eceran sehingga
barang dapat langsung dipajang.
f. Layout Berorientasi Produk (Product Orientasi Layout)
Layout ini disusun di sekeliling produk atau keluarga produk
yang sama yang memiliki volume tinggi dan variasi rendah. Produksi
yang berulang dan kontinu. Asumsi yang dipakai adalah:
1) volume yang ada mencukupi untuk pemanfaatan peralatan
yang tinggi;
2) permintaan produk stabil;
3) produk distandardisasi atau mendekati fase siklus hidup-
nya;
4) pasokan bahan baku dan komponen mencukupi dengan kualitas
standar.
Dalam layout ini ada dua jenis, antara lain:
1) lini pabrikasi (fabrication line) membuat komponen seperti ban
mobil. Lini ini dipacu oleh mesin dan membutuhkan perubahan
mekanis dan rekayasa untuk membuat keseimbangan;
2) lini perakitan (assembly line) meletakkan komponen yang
dipabrikasi secara bersamaan pada sekumpulan stasiun kerja.
Lini ini dipacu oleh tugas yang diberikan kepada tenaga kerja
atau pada stasiun kerja.
Keuntungan dari model layout ini, antara lain:
1) biaya variabel per unit rendah yang biasanya dikaitkan dengan
produk yang terstandardisasi dan bervolume tinggi;
-- 305
2) biaya penanganan bahan rendah;
3) mengurangi persediaan barang setengah jadi;
4) proses pelatihan dan pengawasan yang lebih mudah;
5) hasil output yang lebih cepat.
Adapun kelemahan layout ini, antara lain:
1) butuh volume tinggi sebab modalnya besar;
2) jika ada penghentian di satu bagian akan berakibat pada
seluruh operasi;
3) fleksibilitas yang ada kurang saat menangani beragam produk
atau tingkat produksi berbeda.
-- 306
-- 307
Sumber daya manusia yaitu faktor sentral dalam organisasi
perusahaan ataupun produksi. Kebutuhan sumber daya manusia
disesuikan dengan bentuk serta tujuan perusahaan yang dibuat
berdasar visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan
misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Dengan demikian,
manusia yaitu faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/
organisasi.
Manajemen sumber daya manusia berfungsi mengatur,
mengurus sumber daya manusia berdasar visi perusahaan
agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum. Oleh
sebab itu, manajemen sumber daya manusia menjadi bagian
dari ilmu manajemen (management science) yang mengacu pada
fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-proses perencanaan,
pengorganisasian, staffing, memimpin, dan mengendalikan.
Foulkes (1975) memprediksi bahwa peran sumber daya
manusia dari waktu ke waktu akan semakin strategis dengan
ucapan berikut:
“For many years it has been said that capital is the bottleneck for a
developing industry. I don’t think this any longer holds true. I think
it’s the work force and the company’s inability to recruit and maintain
a good work force that does constitute the bottleneck for production.
… I think this will hold true even more in the future.”
Tantangan manajer masa kini yaitu merespons perubahan
eksternal agar faktor-faktor lingkungan internal perusahaan menjadi
kuat dan kompetitif.
1. Konsep Manajemen SDM Strategis
a. Pengertian Manajemen SDM Strategis
Dessler (2000) mendefinisikan manajemen sumber daya
manusia strategis sebagai berikut:
“Strategic human resource management is the linking of human
resource management with strategic role and objectives in order to
improve business performance and develop organizational cultures
and foster innovation and flexibility.”
Peran strategis sumber daya manusia dalam organisasi bisnis
dapat dielaborasi dari segi teori sumber daya, yaitu fungsi perusahaan
yaitu mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan internal
untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal
utama.
Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas yaitu sumber
daya manusia strategis yang memberi nilai tambah (added
value) sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis, antara lain sebagai
berikut.
1) Kemampuan sumber daya manusia ini yaitu competitive
advantage dari perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber
daya, strategi bisnis yaitu mendapatkan added value maksimum
yang dapat mengoptimumkan competitive advantage.
2) Adanya sumber daya manusia ekspertis: manajer strategis
dan sumber daya manusia andal yang menyumbang dalam
menghasilkan added value ini yaitu value added
-- 309
perusahaan. Value added yaitu sumber daya manusia strategis
yang menjadi bagian dari human capital perusahaan.
3) Kecenderungan global. Perubahan, pergeseran manajer
masa kini dituntut untuk cepat menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan yang berlangsung cepat.
b. Organisasi yang Lebih Datar (Flat Organization) Kini Menjadi
Norma Baru
Manajemen sekarang telah banyak berubah dari keadaan 20-
30 tahun lampau, saat human capital menggantikan mesin-mesin
sebagai basis keberhasilan banyak perusahaan.
Drucker (1998) menjelaskan bahwa tantangan bagi para
manajer sekarang adalah:
1) tenaga kerja yang kini cenderung tidak dapat diatur seperti
tenaga kerja generasi yang lalu;
2) titik berat pekerjaan kini bergerak sangat cepat dari tenaga
manual dan clerical ke knowledge-worker yang menolak menerima
perintah (“komando”) ala militer, cara yang diadopsi oleh
dunia bisnis 100 tahun yang lalu;
3) angkatan kerja dituntut memiliki pengetahuan baru yang sesuai
dengan dinamika perubahan yang tengah berlangsung;
4) tenaga kerja di sektor jasa di negara maju (kini sekitar 70
persen) dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan tenaga
paruh waktu juga semakin meningkat;
5) pola yang berubah ini menuntut “pengetahuan” baru dan
“cara penanganan” (manajemen) yang baru;
6) human capital yang mengacu pada pengetahuan, pendidikan,
latihan, keahlian, ekspertis tenaga kerja perusahaan kini
menjadi sangat penting dibandingkan dengan waktu-waktu
lampau.
Untuk itu salah satu sumber daya yang penting dalam
manajemen yaitu sumber daya manusia atau human resources.
Pentingnya sumber daya manusia, perlu disadari oleh semua
-- 310
tingkatan manajemen. Bagaimanapun majunya teknologi saat ini,
namun faktor manusia tetap memegang peranan penting bagi
keberhasilan suatu organisasi.
Menurut Buchari Zainun (2001: 17), manajemen sumber daya
manusia yaitu bagian yang penting, bahkan dapat dikatakan
bahwa manajemen itu pada hakikatnya yaitu manajemen sumber
daya manusia atau manajemen sumber daya manusia identik dengan
manajemen.
c. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan,
pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai
berbagai tujuan individu, organisasi, dan warga (Flipo,
1989).
Manajemen sumber daya manusia yaitu sebagai penarikan,
seleksi, pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaan sumber
daya manusia oleh organisasi (French dalam Soekidjo, 1991).
berdasar pengertian ini dapat dikatakan bahwa
manajemen sumber daya manusia yaitu proses pendayagunaan
manusia atau pegawai yang mencakup penerimaan, penggunaan,
pengembangan, dan pemeliharaan sumber daya manusia yang
ada.
2. Teori Sumber Daya Manusia
Pada prinsipnya, perubahan konsepsi tentang sumber daya
manusia atau pandangan terhadap pekerja dalam kerangka hubungan
kerja pada organisasi, yaitu pekerja dianggap sebagai barang
dagangan. Sekitar pertengahan abad ke-19 berkembang anggapan
bahwa manusia kerja atau pekerja dianggap sebagai barang dagangan.
Pekerja diperlakukan sebagai salah satu faktor produksi yang dapat
diperjualbelikan untuk dijadikan alat produksi.
-- 311
Anggapan ini memiliki beberapa kelemahan, antara
lain:
a. pekerja tidak mungkin menjual daya atau tenaganya, bahkan
dalam pemanfaatan SDM ini,
b. pekerja harus tunduk pada beberapa hal yang ada di luar
dirinya, seperti disiplin dan kekuasaan majikannya,
c. pegawai lain, penggunaan, dan pengembangan pegawai
diarahkan untuk tercapainya tujuan organisasi.
a. Pekerja Dianggap sebagai SDM
Adanya anggapan bahwa sering terjadinya pemborosan
dalam pemanfaatan sumber daya manusia atau pekerja. Keadaan
ini berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dari organisasi dan
penghasilan pekerja. Selain pemborosan, juga faktor-faktor yang
berkaitan dengan kelalaian pekerja, misalnya terjadi kecelakaan
serta biaya pengembangan kemampuan atau kompensasi SDM.
Semuanya yaitu biaya yang harus diperhitungan dalam
menghitung biaya produksi. Biaya ini sering disebut sebagai
biaya sosial yang harus ditanggung bersama oleh pihak-pihak yang
bersangkutan, seperti warga , pemilik usaha, dan pekerja. Biaya
sosial ini kadang-kadang dapat melebihi biaya produksi.
b. Pekerja Dianggap sebagai Mesin
Pada akhir abad-19 dan permulaan abad ke-20, dengan
munculnya konsep manajemen ilmiah, proses manajemen lebih
mengutamakan produktivitas pekerja, manajemen mengutamakan
pada pengukuran kerja dan kualitas kerja, Analisa pekerjaan
sampai pada hal-hal yang sangat detail dalam pekerjaan, pimpinan
menempatkan pekerja sebagai mesin sebab pekerjaan yang bersifat
rutin.
Disebab kan SDM dianggap seperti mesin, penggunaan
pekerja diusahakan sama seperti mesin dengan mengutamakan
produktivitasnya tanpa memandang segi-segi kemanusiaan, seperti
pikiran, perasaan, dan tata nilai manusia lainnya.
-- 312
c. Pekerja Dianggap sebagai Manusia
Sebagai reaksi terhadap pandangan yang menganggap dan
memperlakukan manusia kerja sebagai mesin atau alat yang
tidak manusiawi, muncul pandangan yang cenderung terlalu
manusiawi.
Teori Y dari McGregor memiliki relevansi tinggi dengan
pandangan yang berwatak manusiawi. Dalam hal tertentu pandangan
ini dapat berhasil, yaitu jika kualifikasi pekerjanya sudah
cukup tinggi, namun akan gagal jika manusia dipandang dan
diperlakukan secara manusiawi tanpa kendali.
Selanjutnya muncul gerakan hubungan manusia (human relations
movement) yang dipelopori oleh Elton Mayo, Dickton, dan sebagainya.
Kelompok in