manajemen bisnis 9




 relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan 

sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya, industri 

genteng, industri batu bata, dan industri pengolahan rotan.

3) Industri sedang, yaitu industri yang memakai  tenaga 

kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang yaitu 

memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki 

keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki 

kemampuan manajerial tertentu. Misalnya, industri konveksi, 

industri bordir, dan industri keramik.

4) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih 

dari 100 orang. Ciri industri besar yaitu memiliki modal 

besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan 

saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan 

pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan 

kelayakan (fit and profer test). Misalnya, industri tekstil, industri 

mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

c. Klasi kasi Industri berdasar  Produksi yang Dihasilkan

1) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang 

atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang 

atau benda yang dihasilkan ini  dapat dinikmati atau 

dipakai  secara langsung. Misalnya, industri anyaman, 

industri konveksi, industri makanan dan minuman.

2) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang 

atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum 

dinikmati atau dipakai . Misalnya, industri pemintalan 

benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.

3) Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa 

barang atau benda yang dapat dinikmati atau dipakai , baik 

secara langsung maupun tidak langsung, namun  berupa jasa 

layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan 

warga . Misalnya, industri angkutan, industri perbankan, 

industri perdagangan, dan industri pariwisata.

-- 275

d. Klasi kasi Industri berdasar  Bahan Mentah

1) Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah 

yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya, industri 

minyak goreng, industri gula, industri kopi, industri teh, dan 

industri makanan.

2) Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan 

mentah yang berasal dari hasil pertambangan. Misalnya, 

industri semen, industri baja, industri bahan bakar minyak 

bumi, dan industri serat sintetis.

3) Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang 

dapat mempermudah dan meringankan beban warga , 

namun  menguntungkan. Misalnya, industri perbankan, industri 

perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri 

seni dan hiburan.

e. Klasi kasi Industri berdasar  Lokasi Unit Usaha

1) Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), 

yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran 

konsumen.

2) Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented 

industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah 

pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak 

angkatan kerja namun  kurang pendidikannya.

3) Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), 

yaitu industri yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan. 

Misalnya, industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan 

batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan 

sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan 

Indramayu (dekat dengan kilang minyak).

4) Industri berorientasi pada bahan baku (raw oriented industry), 

yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku. 

Misalnya, industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, 

industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, 

dan industri gula berdekatan lahan tebu.

-- 276

5) Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose 

industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh 

syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di semua 

tempat sebab  bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat 

luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya, industri 

elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.

f. Klasi kasi Industri berdasar  Proses Produksi

1) Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan 

mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya 

hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri 

yang lain. Misalnya, industri kayu lapis, industri alumunium, 

industri pemintalan, dan industri baja.

2) Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah 

jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat 

langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya, 

industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, 

dan industri mebel.

g. Klasi kasi Industri berdasar  Barang yang Dihasilkan

1) Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin 

atau alat produksi lainnya. Misalnya, industri alat-alat berat, 

industri mesin, dan industri percetakan.

2) Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang 

siap pakai untuk dikonsumsi. Misalnya, industri obat-obatan, 

industri makanan, dan industri minuman.

h. Klasi kasi Industri berdasar  Modal yang dipakai 

1) Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), 

yaitu industri yang memperoleh dukungan modal dari 

pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri). Misalnya, 

industri kerajinan, industri pariwisata, industri makanan dan 

minuman.

2) Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri 

yang modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya, 

-- 277

industri komunikasi, industri perminyakan, dan industri 

pertambangan.

3) Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri 

yang modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN 

dan PMA. Misalnya, industri otomotif, industri transportasi, 

dan industri kertas.

i. Klasi kasi Industri berdasar  Subjek Pengelola

1) Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola yaitu  milik 

rakyat, misalnya industri mebel, industri makanan ringan, dan 

industri kerajinan.

2) Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan yaitu  milik 

negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya industri 

kertas, industri pupuk, industri baja, industri pertambangan, 

industri perminyakan, dan industri transportasi.

j. Klasi kasi Industri berdasar  Cara Pengorganisasian

1) Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri modal 

relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 

orang dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana, 

dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). 

Misalnya, industri kerajinan dan industri makanan ringan.

2) Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri modal 

relatif besar, teknologi cukup maju namun  masih terbatas, 

pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi 

pemasarannya relatif lebih luas (berskala regional). Misalnya, 

industri bordir, industri sepatu, dan industri mainan anak-

anak.

3)  Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri modal 

sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, 

tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya 

berskala nasional atau internasional. Misalnya, industri barang-

barang elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan 

industri persenjataan.

-- 278

k. Klasi kasi Industri berdasar  Surat Keputusan Menteri 

Perindustrian

1) Industri Kimia Dasar (IKD)

Industri kimia dasar yaitu  industri yang memerlukan 

modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi 

maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah:

a) industri kimia organik, misalnya industri bahan peledak dan 

industri bahan kimia tekstil; 

b) industri kimia anorganik, misalnya industri semen, industri 

asam sulfat, dan industri kaca; 

c) industri agrokimia, misalnya industri pupuk kimia dan industri 

pestisida;

d) industri selulosa dan karet, misalnya industri kertas, industri 

pulp, dan industri ban.

2) Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)

Industri ini yaitu  industri yang mengolah bahan mentah 

logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. 

Adapun yang termasuk industri ini adalah:

a) industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya 

mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa; 

b) industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya mesin pemecah 

batu, buldozer, excavator, dan motor grader; 

c) industri mesin perkakas, misalnya mesin bubut, mesin bor, 

mesin gergaji, dan mesin pres;

d) industri elektronika, misalnya radio, televisi, dan komputer; 

e) industri mesin listrik, misalnya transformator tenaga dan 

generator; 

f) industri kereta api, misalnya lokomotif dan gerbong; 

g) industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya mobil, motor, 

dan suku cadang kendaraan bermotor; 

-- 279

h) industri pesawat, misalnya pesawat terbang dan helikopter; 

i) industri logam dan produk dasar, misalnya industri besi baja, 

industri alumunium, dan industri tembaga; 

j) industri perkapalan, misalnya pembuatan kapal dan reparasi 

kapal; 

k) industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya mesin produksi, 

peralatan pabrik, blower, dan kontruksi.

3) Aneka Industri (AI)

Industri ini yaitu  industri yang bertujuan menghasilkan 

bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun 

yang termasuk industri ini adalah:

a) industri tekstil, misalnya benang, kain, dan pakaian jadi; 

b) industri alat listrik dan logam, misalnya kipas angin, lemari 

es, dan mesin jahit, televisi, dan radio; 

c) industri kimia, misalnya sabun, pasta gigi, sampo, tinta, plastik, 

obat-obatan, dan pipa; 

d) industri pangan, misalnya minyak goreng, terigu, gula, teh, 

kopi, garam dan makanan kemasan; 

e) industri bahan bangunan dan umum, misalnya kayu gergajian, 

kayu lapis, dan marmer.

4) Industri Kecil (IK)

Industri ini yaitu  industri yang bergerak dengan jumlah 

pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan 

industri rumah tangga, misalnya industri kerajinan, industri alat-

alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

5) Industri Pariwisata

Industri ini yaitu  industri yang menghasilkan nilai 

ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya dapat berupa wisata 

seni dan budaya, wisata pendidikan, arsitektur, alat-alat observasi 

alam, dan museum geologi, wisata alam, dan wisata kota. 


Tata letak atau layout bisa dimaknai sebagai landasan utama 

dalam dunia industri. Tata letak layout yang terencana dengan baik 

akan ikut menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan produksi, 

dalam beberapa hal, tata letak juga dapat berperan dalam menjaga 

kelangsungan hidup atau keberhasilan suatu perusahaan. 

Peralatan produksi yang canggih dan mahal harganya tidak 

berarti jika  perencanaan tata letak yang diterapkan tidak 

proposional sebab  aktivitas produksi suatu industri secara normal 

harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan tata 

letak yang tidak berubah-ubah. Dengan kekeliruan yang dibuat dalam 

perencanaan tata letak ini akan berdampak negatif, lebih jauh dari 

itu dapat memicu  kerugian bagi industri atau perusahaan. 

sesudah memililih dan menetapkan lokasi untuk menempati 

suatu daerah dengan memperhitungkan berbagai faktor yang 

diperlukan, hal lain yang perlu mendapat perhatian salah satunya 

menempatkan layout  sebab ini  yaitu  usaha untuk 

meminimumkan biaya produksi. Perpindahan dan pergerakan 

barang yang tidak perlu memicu  adanya tambahan pengeluaran 

biaya. Dengan demikian, perusahaan membutuhkan layout yang 

tepat untuk mengurangi tambahan biaya, sehingga biaya yang 

dipakai  akan lebih efektif dan efisien.


Layout yaitu  salah satu keputusan yang menentukan 

efisiensi dan efektivitas operasional sebuah perusahaan dalam 

jangka waktu panjang. Layout juga memiliki berbagai implikasi 

strategis sebab  ikut dan berperan dalam menentukan daya saing 

perusahaan dalam hal kapasitas proses, fleksibilitas, dan biaya, 

serta mutu kehidupan kerja.

Mengingat pentingnya faktor layout, perancanaan layout harus 

dilakukan dengan proporsional sehingga dapat memenuhi kebutuhan 

perusahaan untuk tetap bertahan dalam menghadapi persaingan.

1. Pengertian Tata Letak (Layout)

Layout  di lihat  dari segi etimologis memiliki arti  tata 

letak. Menurut istilah, layout yaitu  sebuah usaha untuk 

menyusun, menata, atau memadukan elemen-elemen atau unsur-

unsur komunikasi grafis (teks, gambar, tabel). Hal itu menjadikan 

komunikasi visual yang komunikatif, estetik dan menarik. 

Layout disebut juga tata letak atau tata ruang. Layout yaitu 

cara penempatan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperlancar 

proses produksi yang efektif dan efisien, yaitu berupa mesin-mesin, 

alat-alat produksi, alat pengangkutan bahan, dan peralatan pabrik, 

serta peralatan yang diperlukan dalam pengawasan.

Layout yaitu  suatu informasi, sehingga memerlukan 

pertimbangan seefektif mungkin yang matang saat  mendesainnya, 

agar layout dapat bermanfaat dalam posisinya. 

 menyatakan bahwa tata letak 

(layout) yaitu  satu keputusan penting yang menentukan 

efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang.

tata ruang yaitu tatanan 

secara fisik dari terminal kerja beserta peralatan dan perlengkapan 

yang mengacu pada proses produksi.

Adapun plant layout  

mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-bagian pusat kerja 

dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah 

menjadi bahan jadi.

-- 283

Sofjan Assauri (2004: 57) mengartikan plant layout sebagai fase 

yang termasuk dalam desain dari suatu produksi.

berdasar  beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan 

bahwa plant layout yaitu  suatu keputusan yang menyangkut 

penyusunan fasilitas operasi secara teratur dan efisien yang mencakup 

desain atau konfigurasi dari bagian-bagian pusat kerja dan peralatan 

yang mengacu pada proses produksi (input-proses-output), baik yang 

ada di dalam bangunan ataupun di luar sehingga kegiatan operasi 

berjalan dengan lancar.

2. Tujuan Tata Letak (Layout)

Pada prinsipnya, tujuan utama layout yaitu menampilkan 

elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah 

cara yang dapat menerima informasi yang disajikan.

Menurut Sri Tomo Wignjosoebroto (2003: 68), tujuan utama 

dalam desain tata letak untuk meminimalkan total biaya yang 

menyangkut elemen-elemen biaya, yaitu: 

a. biaya konstruksi dan instalasi untuk bangunan mesin ataupun 

fasilitas produksi lainnya; 

b. biaya pemindahan bahan (material handling cost);

c. biaya produksi maintenance, safety, dan biaya penyimpanan 

produk setengah jadi.

menjelaskan  bahwa 

layout yang efektif dapat membantu perusahaan dalam mencapai 

hal-hal seperti:

a. pemanfaatan yang lebih besar atas ruangan, peralatan dan 

manusia; 

b. arus informasi, bahan baku, dan manusia yang lebih baik; 

c. lebih memudahkan konsumen; 

d. peningkatan moral karyawan dan kondisi kerja yang lebih 

aman.

-- 284

Lebih spesifik bahwa suatu tata letak yang baik dapat 

memberi  keuntungan dalam sistem produksi, antara lain:

a. menaikkan output produksi;

b. mengurangi waktu tunggu (delay);

c. mengurangi proses pemindahan bahan (material handling);

d. penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang, dan 

service;

e. pendaya untuk yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga 

kerja, dan atau fasilitas produksi lainnya;

f. mengurangi inventory in process;

g. proses manufacturing yang lebih singkat;

h. mengurangi risiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari 

operator;

i. memperbaiki moral dan kepuasan kerja;

j. mempermudah aktivitas supervisi;

k. mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran;

l. mengurangi faktor yang bisa merugikan dan memengaruhi 

kualitas dari bahan baku ataupun produk jadi.

Dengan demikian, tujuan layout yaitu meminimumkan 

biaya dan meningkatkan efisiensi dalam pengaturan segala fasilitas 

produksi dan area kerja, sehingga proses produksi dapat berjalan 

lancar. Efisiensi ini dapat dicapai dengan menekan biaya produksi 

dan transportasi.

3. Manfaat Tata Letak (Layout)

Manfaat layout di antaranya yaitu sebagai berikut.

a. Meningkatkan jumlah produksi, sehingga proses produksi 

berjalan lancar yang berimpas pada output yang besar, biaya 

dan jam tenaga kerja serta mesin minimum.

b. Mengurangi waktu tunggu, artinya terjadi keseimbangan beban 

dan waktu antara mesin yang satu dengan mesin lainnya, 

-- 285

selain itu juga dapat mengurangi penumpukan bahan dalam 

proses dan waktu tunggu. 

c. Mengurangi proses pemindahan bahan dan meminimalkan 

jarak antara proses yang satu dengan yang berikutnya. 

d. Hemat ruang sebab  tidak terjadi penumpukan material dalam 

proses dan jarak antara masing-masing mesin berlebihan 

sehingga akan menambah luas bangunan yang tidak 

dibutuhkan. 

e. Mempersingkat waktu proses, jarak antarmesin pendek atau 

antara operasi yang satu dengan yang lain. 

f. Efisiensi penggunaan fasilitas, pendayagunaan elemen produksi, 

yaitu tenaga kerja, mesin, dan peralatan. 

g. Meningkatkan kepuasan dan keselamatan kerja, sehingga 

menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman, nyaman, 

tertib, dan rapi, sehingga dapat mempermudah supervisi, 

mempermudah perbaikan dan penggantian fas i l i tas 

produksi, meningkatkan kinerja menjadi lebih baik, dan akan 

meningkatkan produktivitas.

h. Mengurangi kesimpangsiuran yang disebabkan oleh material 

menunggu, adanya gerak yang tidak perlu, dan banyaknya 

perpotongan aliran dalam proses produksi (intersection).

4. Faktor-Faktor Pertimbangan Perencanaan Layout

Perencanaan layout menurut James A. Moore (1973) yaitu 

rencana dari keseluruhan tata fasilitas industri yang berada di 

dalamnya, termasuk cara personel ditempatkan, operasi gudang, 

pemindahan material, dan alat pendukung lain sehingga dapat 

mencapai suatu tujuan yang optimum dengan kegiatan yang ada 

dengan memakai  fasilitas yang ada di perusahaan. Dengan 

layout yang baik di perusahaan, akan menimbulkan impulse buying 

bagi konsumen.

Dalam menyusun plant layout yang baik perlu memperhatikan 

faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan. Menurut Sofjan Assauri 

(2004: 61) faktor-faktor ini , antara lain sebagai berikut.

-- 286

a. Produk yang dihasilkan. Sejak awal didirikannya sebuah 

perusahaan sudah memiliki tujuan, yaitu akan memproduksi 

apa, bagaimana hasil dan kualitasnya, serta seberapa besar 

jumlah yang akan dihasilkannya.

b. Urutan produksinya. Faktor ini penting terutama bagi product 

layout. Penyusunan product layout didasarkan pada urutan-

urutan produksinya (operation sequence).

c. Kebutuhan akan ruang yang cukup luas (special requirement). 

Dalam ini  diperhatikan luas ruangan pabrik.

d. Peralatan/mesin-mesin, yaitu mesinnya berat atau ringan 

sehingga diperlukan lantai yang lebih kukuh.

e. Maintenance dan replacement. Pada prinsipnya mesin-mesin 

harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga maintenence-nya 

mudah dilakukan dan replacement-nya juga mudah.

f. Adanya keseimbangan kapasitas (balance capacity). Keseimbangan 

suatu kapasitas harus diperhatikan, terutama dalam product 

layout sebab  mesin-mesin diatur menurut urutan-urutan 

(sequence) prosesnya.

g. Minimum movement. Dengan gerak yang sedikit, biayanya akan 

lebih rendah.

h. Aliran (flow) dari material. Flow ini dapat digambarkan, yaitu 

arus yang harus diikuti oleh produknya pada waktu dibuat, 

gambar yang sangat penting bagi perencanaan lantai atau 

ruangan.

i. Employee area. Tempat kerja harus cukup luas, sehingga tidak 

mengganggu keselamatan dan kesehatannya serta kelancaran 

produksinya.

j. Service area. Tempat istirahat, seperti cafeteria, toilet, tempat 

parkir mobil, dan sebagainya diatur sedemikian rupa sehingga 

dekat dengan tempat kerja.

k. Waiting area. ini  untuk mencapai flow material yang 

optimum, sehingga harus diperhatikan tempat-tempat saat  

menyimpan barang-barang pada saat menunggu proses 

selanjutnya.

-- 287

l. Plant climate. Udara harus diatur, yaitu harus sesuai dengan 

keadaan produk, jangan terlalu panas, jangan terlalu dingin, 

dan jangan merusak kesehatan buruh.

m. Flexibility. Perubahan dari produk atau proses/mesin-mesin 

dan sebagainya hampir tidak dapat dihindarkan sebab  sesuai 

dengan perkembangan teknologi dan perubahan kecil yang 

terjadi tidak memerlukan biaya yang tinggi.

1. Prinsip Umum yang Berhubungan dengan Layout

a. Kesederhanaan

Prinsip kesederhanaan erat hubungannya dengan kemampuan 

daya tangkap rata-rata manusia dalam menerima informasi. Secara 

insting, manusia menginginkan kesederhanaan dalam menerima 

informasi. Dalam penyederhanaan juga harus memperhatikan 

segmen bahwa informasi itu akan disampaikan, serta hal-hal yang 

diharapkan.

b. Kontras

Krontras sangat diperlukan dalam rangka menarik perhatian, 

memberi penekanan terhadap elemen atau pesan yang ingin 

disampaikan. 

c. Keseimbangan

Keseimbangan yaitu  suatu hal yang sangat penting 

dalam penyampaian suatu informasi. Keseimbangan juga dapat 

yaitu  keseimbangan yang formal dengan susunan yang 

simetris. Susunan yang simetris mampu memberi kesan yang formal, 

dapat dipercaya, dan mapan. Sebaliknya, susunan yang asimetris 

sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu dinamika, energi 

serta pesan yang tidak formal.

-- 288

d. Keharmonisan

Keharmonisan berawal dari harmoni, yaitu memiliki keselarasan 

antara satu elemen dengan elemen grafis yang lain. Harmoni dapat 

diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu: 

1) Harmoni dilihat dari segi bentuk, misalnya adanya keserasian 

dalam penempatan elemen grafis. Hal itu dapat dilihat dari 

segi bentuk dan ukurannya apakah itu kartu nama, stiker, 

poster dan sebagainya. Pemilihan bentuk huruf juga memiliki 

peranan yang penting sebagaimana tujuan dari desain itu 

dibuat. 

2) Harmoni dilihat dari segi warna, misalnya warna memiliki 

pengaruh yang amat besar sebab  tiap-tiap warna memiliki 

sifatnya masing-masing, seperti merah yang memiliki arti 

berani, biru yang memiliki kesan tenang, dan sebagainya. 

Lihat kembali tujuan dari desain yang telah dibuat sebab  

ketepatan dalam memilih warna dapat membuat informasi 

yang di dalamnya menjadi lebih efektif.

e. Stressing

Stressing disebut sebagai sebuah penekanan, memiliki fungsi 

untuk memberi  titik-titik tertentu yang memperoleh fokus 

perhatian. Streesing lebih mengarah pada titik perhatian atau 

eye catching dalam suatu publikasi. Pada sebuah karya grafis 

memungkinkan adanya lebih dari satu stressing, namun harus 

dibedakan dari sisi yang akan dijadikan fokus utama agar tidak 

mengesankan berebut perhatian yang akhirnya membuat pesan di 

dalamnya menjadi tidak efektif.

2. Prinsip Dasar Penyusunan Layout

Prinsip dasar yang dipakai  dalam penyusunan layout, 

yaitu sebagai berikut.

a. Integrasi secara total terhadap faktor-faktor produksi. Dalam 

tata letak diperlukan secara terintegrasi dari semua faktor 

yang memengaruhi proses produksi menjadi satu organisasi 

yang besar. 

-- 289

b. Jarak pemindahan bahan paling minimum. Waktu pemindahan 

bahan dari satu proses ke proses yang lain dalam industri 

dapat dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan. 

c. Memperlancar aliran kerja, diusaha kan untuk menghindari 

gerakan balik (back tracking), gerakan memotong (cross 

movement), dan gerak macet (congestion). Dengan kata lain, 

material diusahakan bergerak terus tanpa adanya interupsi 

oleh gangguan jadwal kerja. 

d. Kepuasan dan keselamatan kerja, sehingga memberi  suasana 

kerja yang menyenangkan. 

e. Fleksibilitas, yaitu dapat mengantisipasi perubahan teknologi, 

komunikasi, dan kebutuhan konsumen. Untuk menjaga 

fleksibilitas, diadakan penyesuaian kembali (relayout), yaitu 

suatu perubahan kecil dalam suatu penataan ruangan, namun  

tidak menutup kemungkinan adanya desain produk yang 

memungkinkan berubahnya layout secara total. 

3. Prinsip Teknis Perencanaan Tata Letak 

berdasar  tujuan, keuntungan, dan aspek dasar dalam tata 

letak yang terencana dengan baik, dapat disimpulkan enam prinsip 

dasar berikut ini. 

a. Prinsip integrasi secara total. Tata letak ini yaitu  integrasi 

secara total dari seluruh elemen produksi yang menjadi satu 

unit operasi yang lebih besar.

b. Prinsip perpindahan jarak yang minimal. Dalam proses 

pemindahan bahan dari satu operasi ke operasi berikutnya, 

waktu dapat dihemat dengan mengurangi jarak perpindahan 

ini .

c. Prinsip aliran dari suatu proses kerja. Aliran kerja yang 

baik yaitu aliran konstan dengan minimum interupsi, 

kesimpangsiuran, dan kemacetan dalam proses produksi.

d. Prinsip pemanfaatan ruangan. Pengaturan ruangan yang akan 

dipakai secara optimum dengan memanfaatkan tiga dimensi 

ruang (cubic space).

-- 290

e. Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja. Tata letak yang baik 

akan dapat membuat suasana kerja menjadi menyenangkan dan 

memuaskan sehingga dapat meningkatkan moral karyawan.

f. Prinsip fleksibilitas. Dengan kemajuan IPTEK memicu  

dunia industri berpacu untuk mengimbanginya. Perubahan 

yang mungkin terjadi pada desain produk, peralatan produksi, 

delivery, dan sebagainya akan berakibat pengaturan kembali 

(re-layout) tata letak yang sudah ada. jika  tata letak 

direncanakan cukup fleksibel, penyesuaian kembali dapat 

dilakukan dengan lebih cepat dan murah.

Layout yang baik mudah untuk mengikuti dan memberi  

fokus jelas kepada khalayak untuk membantu menemukan cara 

melalui publikasi, presentasi, atau halaman web. Layout mengatur 

dan menekankan informasi untuk membuat pesan.

1. Pedoman Mengorganisasi Layout

Pedoman untuk mengorganisasi layout, antara lain:

a. memakai  berbagai  jenis ukuran untuk berbagai 

elemen;

b. membentuk suatu hierarki dari jenis ukuran untuk utama, 

subheads, teks, dan lain-lain sesuai dengan format;

c. semua format utama sama, semua teks harus diformat 

sama;

d. membuat elemen yang paling penting agar khalayak bisa 

menemukan hal yang besar pada hal-hal yang kecil;

e. memakai  rules (baris) untuk memisahkan informasi ke 

dalam grup;

f. memakai  berbagai jenis ketebalan font;

g. memakai  spasi kosong untuk tujuan desain dalam 

publikasi;

h. informasi posisi penting di sudut kiri atas;

-- 291

i. berikan bullet pada item-item yang penting;

j. gunakan warna kebalikan (jenis putih pada latar belakang 

gelap) untuk memisahkan atau menekankan.

2. Panduan Umum Layout

Beberapa langkah untuk mengerjakan layout, antara lain:

a. menentukan tujuan publikasi, presentasi, atau situs web 

sebelum memulai layout;

b. membuat dasar pesan yang akan disampaikan dan rencana 

tata ruang di sekitarnya;

c. memilih yang sesuai jenis media (halaman web, presentasi, 

cetak buku, newsletter, atau brosur), termasuk ukuran;

d. mengidentifikasi target, menulis dan mendesain publikasi, 

presentasi, atau situs web agar selalu berada dalam benak 

khalayak;

e. mempertimbangkan kepentingan mereka, membaca tingkat, 

latar belakang, dan lain-lain.

3. Strategi Dasar Layout

Menetapkan suatu layout yang akan dipakai  oleh suatu 

perusahaan diperlukan pertimbangan berbagai keputusan operasional 

yang telah dibuat sebelumnya. Keputusan operasional yang berkaitan 

dengan layout di antaranya desain produk, lokasi, proses ataupun 

kapasitas perusahaan. 

Strategi layout secara umum bertujuan agar perusahaan dapat 

melakukan pengaturan tenaga kerja, ruang yang tersedia, peralatan 

atau fasilitas yang dipakai  sehingga segala macam aliran yang 

ada di perusahaan, baik berupa informasi maupun bahan dapat 

berjalan secara efektif dan fisien.

Layout yang efektif akan menunjang pelaksanaan strategi bisnis 

yang telah ditetapkan perusahaan, baik diferensiasi, low cost atau 

respons yang cepat. 

-- 292

4. Langkah-langkah Perencanaan Layout

Langkah-langkah dalam perencanaan tata letak, yaitu sebagai 

berikut. 

a. Analisa  produk. MengAnalisa  macam dan jumlah produk 

yang harus dibuat memakai  pertimbangan kelayakan 

teknis dan ekonomis.

b. Analisa  proses. MengAnalisa  macam dan urutan proses 

pengerjaan produksi yang telah ditetapkan untuk dibuat.

c. Analisa  pasar. Mengidentifikasi macam dan jumlah produk 

yang dibutuhkan oleh konsumen. Informasi ini dipakai  

untuk menentukan kapasitas produksi yang berikutnya dapat 

memberi keputusan tentang banyaknya mesin dan fasilitas 

produksi yang diberikan.

d. Analisa  macam dan jumlah mesin/equipment dan luas area 

yang dibutuhkan. Dengan memperhatikan volume produk 

yang akan dibuat, waktu standar, jam kerja, dan efisiensi 

mesin maka jumlah mesin dan fasilitas yang diperlukan (juga 

operator) dapat dihitung. Untuk selanjutnya luas area, stasiun 

kerja, kebutuhan area, jalan lintasan dapat ditentukan agar 

proses berlangsung dengan lancar.

e. Pengembangan alternatif tata letak. Sebelum menentukan tata 

letak terbaik yang harus dipilih, terlebih dahulu dilakukan 

pengembangan alternatif dengan mempertimbangkan:

1) Analisa  ekonomi didasarkan macam tipe layout yang 

dipilih;

2) perancanaan pola aliran material yang harus dipindah 

dari satu proses ke proses berikutnya;

3) pertimbangan yang terkait dengan luas area, kolom 

bangunan, struktur organisasi, dan lain-lain;

4) analisi aliran material dengan memperhatikan volume, 

frekuensi dan jarak perpindahan material sehingga 

diperoleh total biaya yang paling minimum;

-- 293

5) perancangan tata letak mesin. Hasil Analisa  terhadap 

layout dipakai dasar pengaturan fasilitas fisik dan 

pengaturan departemen penunjang.

1. Memahami Arti Penting Perancangan Tata Letak 

(Layout) Fasilitas

Tata letak fasilitas menurut Tompkins (1999) yaitu  ilmu 

yang multidisiplin, yang berkaitan dengan merencanakan layout 

fasilitas, memilih material handling sistem, dan menentukan peralatan 

proses yang diperlukan.

Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000), perancangan tata 

letak fasilitas diartikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas 

fisik pabrik untuk menunjang kelancaran proses produksi.

James Apple (1997) menjelaskan  bahwa tata letak fasilitas 

sebagai mengAnalisa , membentuk konsep, merancang, dan 

mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. 

berdasar  beberapa pengertian di atas, kegiatan perancangan 

fasilitas berhubungan dengan perancangan unsur fisik suatu 

lingkungan.

Pada dasarnya, tata letak dan pemindahan bahan yaitu  

salah satu kegiatan rekayasawan industri tertua. Seiring dengan 

meluasnya pandangan rekayasawan industri ke arah fasilitas fisik, 

saat ini reakayasawan menjadi sebuah pemahaman bahwa semua 

kegiatan yang memiliki  arti, akan menuntut fasilitas fisik dan 

fasilitas itu harus direncanakan serta dirancang untuk mengikuti 

prinsip serta aturan yang hampir sama dengan yang dipakai  

dalam tata letak. 

Dalam perkembangannya sampai saat ini, perancangan 

fasilitas memiliki tujuan secara umum untuk mempertimbangkan 

masukan yang tepat dan merancang susunan yang dalam waktu 

tersingkat dengan biaya yang wajar untuk mencapai keluaran yang 

diinginkan.

-- 294

Pada prinsipnya sebuah perancangan fasilitas bagi operasi 

suatu perusahaan tidak dapat ditunjukkan. Akan namun , perlu 

diketahui bahwa aliran barang yaitu  tulang punggung 

fasilitas produksi yang harus dirancang dengan cermat serta tidak 

boleh dibiarkan tumbuh dan berkembang menjadi satu pola yang 

membingungkan. Oleh sebab  itu, perancangan fasilitas perlu 

dilakukan lebih dulu, misalnya seseorang sebelum membangun 

satu ruangan sebuah rumah disesuaikan dahulu dengan barang 

yang sesuai dengan rumah ini .

2. Model Tata Letak (Layout)

Dalam merancang tata letak, yang perlu dipahami terlebih 

dahulu, antara lain tipe-tipe tata letak sebagai dasar perancangan. 

Pemahaman ini diperlukan sebab  tipe tata letak menentukan 

keberhasilan strategi manufaktur yang telah ditetapkan.

Menurut Wignjosoebroto, (2000), empat model tata letak 

(layout), antara lain sebagai berikut.

a. Model Product Layout

Produk layout biasanya  dipakai  untuk pabrik yang 

memproduksi satu macam atau kelompok produk dalam jumlah 

yang besar dan dalam waktu yang lama.

Model  layout  berdasar  al iran produksi ,  menurut 

Wignjosoebroto (2000), mesin dan fasilitas produksi lainnya akan 

diatur menurut prinsip mesin after mesin. Selanjutnya mesin disusun 

menurut urutan proses yang ditentukan pada pengurutan produksi, 

tidak peduli macam/jenis mesin yang dipakai . Tiap komponen 

berjalan dari satu mesin ke mesin berikutnya melewati seluruh daur 

operasi yang dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya, Wignjosoebroto 

(2000) mengilustrasikan pada gambar 10.1 berikut.

-- 295

Mesin 

Bubut

Mesin 

Bubut

Mesin

Press

Mesin

Perata

Mesin 

Drill

Mesin 

Perata

Mesin 

Pelengkung

Mesin 

Drill

Mesin 

Gerinda

Mesin 

Drill

Mesin

Drill

Mesin 

Drill

Gambar 10.1 Model Product Layout 

Sumber: Wignjosoebroto (2000)

Dengan layout tipe ini,  suatu produk akan dikerjakan 

sampai selesai dalam departemen tanpa perlu dipindah-pindah ke 

departemen lain. Dalam model ini, bahan baku akan dipindahkan 

dari satu operasi ke operasi berikutnya secara langsung. 

Dengan demikian, tujuan utama dari model ini yaitu untuk 

mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan 

dalam aktivitas produksi.

Keuntungan dari model layout produk, antara lain:

1) aliran material yang simpel dan langsung,

2) persediaan barang dalam proses yang rendah,

3) total waktu produksi per unit yang rendah,

4) tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi,

5) kebutuhan material handling yang rendah,

6) dapat memakai  mesin khusus atau otomatis,

7) dapat memakai  ban berjalan sebab  aliran material sudah 

tertentu,

8) kebutuhan material dapat diperkirakan dan dijadwalkan 

dengan lebih mudah.

-- 296

Adapun kelemahan dari model layout produk, antara lain:

1) kerusakan pada mesin dapat menghentikan produksi;

2) perubahan desain produk dapat memicu  tidak efektifnya 

layout yang bersangkutan;

3) jika  ada  bottle neck  dapat memengaruhi proses 

keseluruhan;

4) memerlukan investasi mesin/peralatan yang besar;

5) sebab  sifat pekerjaannya yang monoton dapat memicu  

kebosanan.

b. Model Process Layout

Pada prinsipnya, proses layout yaitu  metode pengaturan 

dan penempatan fasilitas, yaitu fasilitas yang memiliki tipe dan 

spesifikasi sama ditempatkan dalam satu departemen. Hal itu 

umumnya dipakai  di perusahaan yang beroperasi dengan 

menerima order dari pelanggan. 

Selain itu dipakai  oleh perusahaan yang memiliki  produk 

bervariasi dan memproduksi dalam jumlah kecil. Untuk lebih jelasnya 

mengenai model proses layout, sebagaimana diilustrasikan oleh 

Wignjosoebroto (2000) pada gambar 10.2 berikut.

Mesin 

Bubut

Mesin 

Bubut

Mesin

Perata

Mesin 

Bubut

Mesin 

Perata

Mesin 

Gerinda

Mesin 

Bubut

Mesin

Perata

Mesin

Gerinda

Perakitan

Mesin

Drill

Mesin

Drill

Pengelasan

Pengecatan

Pengelasan

Pengecatan

Perakitan

Gambar 10.2 Process Layout 

Sumber: Wignjosoebroto (2000)

-- 297

Proses  layout  umumnya dipakai  untuk industr i 

manufakturing yang bekerja dengan jumlah/volume produksi yang 

relatif kecil dan untuk produk yang tidak standar. Tipe ini akan 

terasa lebih fleksibel dibadingkan dengan tata letak berdasar  

aliran produk. Pabrik yang beroperasi berdasar  job order (job 

lot production), akan lebih tepat menerapkan layout tipe ini untuk 

mengatur segala fasilitas produksinya.

Keuntungan yang akan didapat dari layout proses, antara 

lain:

1) memungkinkan utilitas mesin yang tinggi,

2) memungkinkan penggunaan mesin-mesin yang multiguna 

sehingga dapat dengan cepat mengikuti perubahan jenis 

produksi,

3) memperkecil terhentinya produksi yang diakibatkan oleh 

kerusakan mesin,

4) sangat fleksibel dalam mengalokasikan personel dan 

peralatan,

5) investasi yang rendah sebab  dapat mengurangi duplikasi 

peralatan,

6) memungkinkan spesialisasi supervisi.

Adapun kelemahan dari model ini, antara lain:

1) meningkatnya kebutuhan material handling sebab  aliran 

proses yang beragam dan tidak dapat dipakai nya ban 

berjalan;

2) pengawasan produksi yang lebih sulit;

3) meningkatnya persediaan barang dalam proses;

4) total waktu produksi per unit yang lebih lama;

5) memerlukan skill yang lebih tinggi;

6) pekerjaan rutin, penjadwalan dan akunting biaya yang 

lebih sulit sebab  setiap ada order baru harus dilakukan 

perencanaan/perhitungan kembali.

-- 298

c. Model Fixed Position Layout

Pada dasarnya, model ini mengondisikan bahwa yang tetap 

pada posisinya yaitu material, sedang  fasilitas produksi seperti 

mesin, peralatan, serta komponen-komponen pembantu lainnya 

bergerak menuju lokasi material atau komponen produk utama. 

Untuk lebih jelas dalam memahami model ini, sebagaimana 

diilustrasikan oleh Wignjosoebroto (2000) pada gambar 10.3 

berikut.

Mesin 

Las

Mesin 

Gergaji

Mesin

Gerinda

Mesin

Gerinda

Mesin

Keling

Fasilitas 

Pengecatan

Gambar 10.3 Fixed Position Layout 

Sumber: Wignjosoebroto (2000)

Prinsip tata letak berdasar  lokasi material tetap dipakai  

untuk produk yang ukurannya besar seperti kapal dan pesawat 

terbang.

d. Model Group Technology Layout

Model ini mengelompokkan produk atau komponen yang 

akan dibuat berdasar  kesamaan dalam proses. Pengelompokan 

produk ini  memicu  mesin dan fasilitas produksi lainnya 

ditempatkan dalam sebuah sel manufaktur sebab  setiap kelompok 

memiliki urutan proses yang sama. 

-- 299

Tujuan dari group technology layout yaitu menghasilkan 

efisiensi yang tinggi dalam proses manufakturnya. Untuk lebih 

jelasnya dalam memahami model ini, sebagaimana diilustrasikan 

oleh Wignjosoebroto (2000) pada gambar 10.4 berikut.

Mesin 

Bubut

Mesin 

Gerinda

Mesin

Perata

Mesin

Press

Mesin 

Drill

Mesin 

Drill

Mesin 

Drill

Mesin 

Gerinda

Perakitan Pengecatan

Mesin 

Bubut

Mesin 

Drill

Mesin 

Press

Perakitan

Mesin 

Gerinda

Perakitan

Mesin

Las

Perakitan

Gambar 10.4 Group technology layout 

Sumber: Wignjosoebroto (2000)

Pada prinsipnya model ini yaitu  kombinasi tipe tata 

letak produk dan proses. Model ini juga dikenal dengan tata letak 

pembelajar. Tipe ini memberi  pembelajaran kepada operator 

agar menguasai keterampilan.

3. Model Pendekatan Layout

Dalam semua kasus yang terjadi, menurut Moore (2000), layout 

seharusnya mempertimbangkan cara mencapainya, antara lain:

a. pemanfaatan lebih tinggi atas ruang, fasilitas, dan tenaga 

kerja;

b. perbaikan aliran informasi, barang atau tenaga kerja;

c. meningkatkan moral kerja dan kondisi keamanan yang lebih 

baik;

d. meningkatkan interaksi perusahaan dengan konsumen;

e. peningkatan fleksibilitas.

-- 300

Agar dapat menetapkan layout yang efektif, perlu menetapkan 

beberapa hal, di antaranya peralatan penanganan bahan, kapasitas 

dan persyaratan luas ruangan, lingkungan hidup dan estetika, aliran 

informasi, biaya perpindahan antarwilayah kerja yang berbeda.

Moore (2000) memperkenalkan enam pendekatan layout, yaitu 

sebagai berikut. 

a. Layout Posisi Tetap (Fixed Position Layout)

Permasalahan yang dihadapi dalam layout posisi tetap yaitu 

cara mengatasi kebutuhan layout proyek yang tidak berpindah atau 

proyek yang menyita tempat yang luas (seperti pembuatan jalan 

layang, gedung). 

Adapun teknik untuk mengatasi layout posisi tetap, jika  

tidak dikembangkan dengan baik maka kerumitannya akan 

bertambah. Adapun penyebabnya terdiri atas tiga faktor, antara 

lain:

1) tempatnya yang terbatas di semua lokasi produksi,

2) setiap tahapan berbeda pada proses produksi dan kebutuhan 

bahan sehingga banyak hal yang menjadi penting sejalan 

dengan perkembangan proyek,

3) volume bahan yang dibutuhkan sangat dinamis. 

Disebab kan permasalahan pada layout posisi tetap sulit 

diselesaikan di lokasi maka ada hal-hal yang dikerjakan di luar lokasi 

untuk melengkapi proyek, misalnya pada proyek pembuatan jalan 

layang maka pembuatan konstruksi besi dilakukan di luar lokasi 

kemudian melakukan penanamannya di lokasi proyek.

b. Layout Berorientasi Proses (Process Oriented Layout) 

Layout ini berkaitan dengan proses produksi bervolume rendah 

dan variasi tinggi. Layout jenis ini marupakan cara tradisional untuk 

mendukung strategi diferensiasi produk. Layout jenis ini paling 

tepat jika  dipakai  untuk pembuatan produk yang melayani 

konsumen dengan kebutuhan berbeda-beda. Pada prosesnya disebut 

-- 301

job shop, yaitu tiap produk dalam kelompok kecil melalui urutan 

operasi yang berbeda, tiap produk atau pesanan yang sedikit 

diproduksi dengan memindahkannya dari satu departemen ke 

departemen lain dalam urutan tertentu dari tiap produk. 

Kelebihan dari layout ini yaitu adanya fleksibilitas peralatan 

dan penugasan tenaga kerja. Dengan demikian, jika  terjadi 

permasalahan pada suatu mesin, pekerjaan tidak perlu berhenti 

dan dapat dialihkan pada mesin lain atau departemen yang sama. 

Layout ini sangat tepat jika  diterapkan pada produksi komponen 

dalam skala kecil atau disebut job lot serta produksi komponen 

dalam ukuran dan bentuk yang berbeda.

Kelemahan layout ini ada pada peralatan yang memiliki 

kegunaan umum. Waktu produksi menjadi lama sebab  memerlukan 

waktu lama untuk berpindah dalam sistem sebab  sulitnya 

penjadwalan, perubahan penyetelan mesin, keunikan penanganan 

bahan. Adapun peralatan yang memiliki  kegunaan umum 

membutuhkan operator yang terampil dan persediaan barang 

setengah jadi menjadi lebih tinggi sebab  ketidakseimbangan proses 

produksi. Pada akhirnya kebutuhan modal akan semakin banyak.

c. Layout Perkantoran (Of ce Layout) 

Layout ini yang membedakan antara layout kantor dan pabrik 

terletak pada kepentingan informasi. Di beberapa lingkungan kantor, 

produksi sangat bergantung pada aliran bahan. 

Cara penyelesaian layout kantor yaitu memakai  Analisa  

diagram hubungan (relationship chart). Contoh, suatu kantor memiliki 

sembilan ruangan, yaitu untuk direktur, direktur teknologi, ruang 

para insinyur, sekretaris, pintu masuk kantor, pusat arsio, lemari 

peralatan, peralatan fotokopi, dan gudang.

Pada layout ini ada  dua kecenderungan yang perlu 

diperhatikan, yaitu: 

1) teknologi seperti telepon seluler, pager, fax, internet, laptop 

PDA memicu  layout perkantoran menjadi semakin 

fleksibel dengan memindahkan informasi secara elektronik; 

-- 302

2) virtual company menciptakan kebutuhan dinamis akan ruang 

dan jasa. Kedua macam kecenderungan ini memicu  

kebutuhan karyawan lebih sedikit berada di kantor.

d. Layout Usaha Eceran (Ritel Layout) 

Layout usaha eceran yaitu  sebuah pendekatan yang 

berkaitan dengan aliran pengalokasian ruang dan merespons pada 

perilaku konsumen. 

Layout ini didasarkan pada ide bahwa penjualan dan keuntungan 

akan bervariasi pada produk yang menarik perhatian konsumen 

sehingga banyak manajer ritel mencoba untuk mempertontonkan 

produk kepada konsumen sebanyak mungkin. Dengan kata lain, 

semakin besar produk terlihat oleh konsumen maka penjualan akan 

semakin tinggi dan tingkat pengembalian investasi semakin tinggi. 

Untuk itu, manajer operasional perusahaan ritel dapat melakukan 

pengaturan toko secara keseluruhan atau alokasi tempat bagi 

beragam produk dalam toko.

Tujuan utama dari layout ini yaitu memaksimalkan 

keuntungan luas lantai per kaki persegi. Di samping itu ada juga 

konsep yang masih diperdebatkan, yaitu biaya slotting (slotting fees). 

Artinya biaya yang dibayar produsen untuk menempatkan produk 

mereka di rak di rantai ritel atau supermarket. 

Di samping itu, ada juga pertimbangan lain yang disebut 

dengan service scapes yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: 

1) kondisi yang berkenaan dengan lingkungan; 

2) tata letak yang luas dan memiliki  fungsi; 

3) tanda-tanda, simbol, dan patung.

e. Layout Gudang (Warehouse Layout) 

Layout gudang yaitu  sebuah desain yang mencoba 

meminimalkan biaya total dengan mencapai paduan yang terbaik 

antara luas ruang dan penanganan bahan. Memaksimalkan luas 

gudang akan memanfaatkan volume dengan mempertahankan biaya 

penanganan bahan yang rendah. 

-- 303

Manajemen gudang yang modern marupakan suatu prosedur 

yang otomatis yang memakai  Automated Stirage Retrieval Sistem 

(ASRS). Ada tiga konsep yang dikenal dalam layout gudang, yaitu 

sebagai berikut.

1) Cross Docking

Cross docking yaitu suatu cara untuk menghindari penempatan 

bahan atau pasokan dalam gudang dengan teknik memproses barang 

secara langsung saat diterima. ini  dilakukan untuk menghindari 

aktivitas penerimaan secara formal, penghitungan stok/penyimpanan 

dan pemilihan pesanan sehingga terjadi penghematan biaya.

Dalam pelaksanaannya, cross docking yang baik membutuhkan 

penjadwalan yang ketat, dan pengiriman yang diterima memiliki 

identifikasi produk yang akurat dengan kode garis.

2) Random Stocking

Random stocking dipakai  di gudang untuk menempatkan 

persediaan dengan pola terbuka. Dengan kata lain bahwa ruangan 

tidak perlu dikhususkan untuk barang-barang tertentu dan fasilitas 

dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. 

jika  sistem ini terkomputerisasi,  pelaksanaannya 

memerlukan tugas-tugas, antara lain:

- membuat daftar lokasi yang “terbuka”,

- membuat catatan persediaan sekarang secara akurat dan 

lokasinya,

- mengurutkan barang-barang dalam urutan tertentu untuk 

meminimalkan waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk 

menjemput pesanan,

- memadukan pesanan untuk mengurangi waktu pen-

jemputan,

- menugaskan barang atau sekumpulan barang tertentu di 

wilayah gudang sehingga jarak tempuh total di gudang dapat 

diminimalkan.

-- 304

3) Customizing

Customizing yaitu suatu cara penggunaan gudang untuk 

menambahkan nilai produk melalui modifikasi, perbaikan, pelabelan, 

dan pengepakan.

Cara ini berguna untuk menghasilkan keunggulan bersaing 

di pasar, yaitu saat  dalam gudang ini  ada  perubahan 

produk yang sangat cepat. Cara ini sudah banyak dilakukan oleh 

perusahaan dengan penyediaan label pada usaha eceran sehingga 

barang dapat langsung dipajang.

f.  Layout Berorientasi Produk (Product Orientasi Layout) 

Layout ini disusun di sekeliling produk atau keluarga produk 

yang sama yang memiliki volume tinggi dan variasi rendah. Produksi 

yang berulang dan kontinu. Asumsi yang dipakai  adalah:

1) volume yang ada mencukupi untuk pemanfaatan peralatan 

yang tinggi;

2) permintaan produk stabil;

3) produk distandardisasi atau mendekati fase siklus hidup-

nya;

4) pasokan bahan baku dan komponen mencukupi dengan kualitas 

standar.

Dalam layout ini ada  dua jenis, antara lain: 

1) lini pabrikasi (fabrication line) membuat komponen seperti ban 

mobil. Lini ini dipacu oleh mesin dan membutuhkan perubahan 

mekanis dan rekayasa untuk membuat keseimbangan; 

2) lini perakitan (assembly line) meletakkan komponen yang 

dipabrikasi secara bersamaan pada sekumpulan stasiun kerja. 

Lini ini dipacu oleh tugas yang diberikan kepada tenaga kerja 

atau pada stasiun kerja.

Keuntungan dari model layout ini, antara lain:

1) biaya variabel per unit rendah yang biasanya dikaitkan dengan 

produk yang terstandardisasi dan bervolume tinggi; 

-- 305

2) biaya penanganan bahan rendah; 

3) mengurangi persediaan barang setengah jadi; 

4) proses pelatihan dan pengawasan yang lebih mudah; 

5) hasil output yang lebih cepat.

Adapun kelemahan layout ini, antara lain: 

1) butuh volume tinggi sebab  modalnya besar; 

2) jika ada penghentian di satu bagian akan berakibat pada 

seluruh operasi;

3) fleksibilitas yang ada kurang saat menangani beragam produk 

atau tingkat produksi berbeda. 

-- 306

-- 307

Sumber daya manusia yaitu faktor sentral dalam organisasi 

perusahaan ataupun produksi. Kebutuhan sumber daya manusia 

disesuikan dengan bentuk serta tujuan perusahaan yang dibuat 

berdasar  visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan 

misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Dengan demikian, 

manusia yaitu  faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/

organisasi. 

Manajemen sumber daya manusia berfungsi mengatur, 

mengurus sumber daya manusia berdasar  visi perusahaan 

agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum. Oleh 

sebab  itu, manajemen sumber daya manusia menjadi bagian 

dari ilmu manajemen (management science) yang mengacu pada 

fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-proses perencanaan, 

pengorganisasian, staffing, memimpin, dan mengendalikan. 

Foulkes (1975) memprediksi bahwa peran sumber daya 

manusia dari waktu ke waktu akan semakin strategis dengan 

ucapan berikut:

 “For many years it has been said that capital is the bottleneck for a 

developing industry. I don’t think this any longer holds true. I think 

it’s the work force and the company’s inability to recruit and maintain 


a good work force that does constitute the bottleneck for production. 

… I think this will hold true even more in the future.” 

Tantangan manajer masa kini yaitu merespons perubahan 

eksternal agar faktor-faktor lingkungan internal perusahaan menjadi 

kuat dan kompetitif.

1. Konsep Manajemen SDM Strategis

a. Pengertian Manajemen SDM Strategis

Dessler (2000) mendefinisikan manajemen sumber daya 

manusia strategis sebagai berikut:

 “Strategic human resource management is the linking of human 

resource management with strategic role and objectives in order to 

improve business performance and develop organizational cultures 

and foster innovation and flexibility.” 

Peran strategis sumber daya manusia dalam organisasi bisnis 

dapat dielaborasi dari segi teori sumber daya, yaitu fungsi perusahaan 

yaitu mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan internal 

untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal 

utama. 

Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas yaitu sumber 

daya manusia strategis yang memberi  nilai tambah (added 

value) sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis, antara lain sebagai 

berikut. 

1) Kemampuan sumber daya manusia ini yaitu  competitive 

advantage dari perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber 

daya, strategi bisnis yaitu mendapatkan added value maksimum 

yang dapat mengoptimumkan competitive advantage. 

2) Adanya sumber daya manusia ekspertis: manajer strategis 

dan sumber daya manusia andal yang menyumbang dalam 

menghasilkan added value ini  yaitu  value added 

-- 309

perusahaan. Value added yaitu sumber daya manusia strategis 

yang menjadi bagian dari human capital perusahaan.

3) Kecenderungan global. Perubahan, pergeseran manajer 

masa kini dituntut untuk cepat menyesuaikan diri terhadap 

perubahan lingkungan yang berlangsung cepat. 

b. Organisasi yang Lebih Datar (Flat Organization) Kini Menjadi 

Norma Baru 

Manajemen sekarang telah banyak berubah dari keadaan 20-

30 tahun lampau, saat  human capital menggantikan mesin-mesin 

sebagai basis keberhasilan banyak perusahaan. 

Drucker (1998) menjelaskan  bahwa tantangan bagi para 

manajer sekarang adalah:

1) tenaga kerja yang kini cenderung tidak dapat diatur seperti 

tenaga kerja generasi yang lalu; 

2) titik berat pekerjaan kini bergerak sangat cepat dari tenaga 

manual dan clerical ke knowledge-worker yang menolak menerima 

perintah (“komando”) ala militer, cara yang diadopsi oleh 

dunia bisnis 100 tahun yang lalu;

3) angkatan kerja dituntut memiliki pengetahuan baru yang sesuai 

dengan dinamika perubahan yang tengah berlangsung;

4) tenaga kerja di sektor jasa di negara maju (kini sekitar 70 

persen) dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan tenaga 

paruh waktu juga semakin meningkat;

5) pola yang berubah ini menuntut “pengetahuan” baru dan 

“cara penanganan” (manajemen) yang baru;

6) human capital yang mengacu pada pengetahuan, pendidikan, 

latihan, keahlian, ekspertis tenaga kerja perusahaan kini 

menjadi sangat penting dibandingkan dengan waktu-waktu 

lampau.

Untuk itu salah satu sumber daya yang penting dalam 

manajemen yaitu sumber daya manusia atau human resources. 

Pentingnya sumber daya manusia, perlu disadari oleh semua 

-- 310

tingkatan manajemen. Bagaimanapun majunya teknologi saat ini, 

namun faktor manusia tetap memegang peranan penting bagi 

keberhasilan suatu organisasi. 

Menurut Buchari Zainun (2001: 17), manajemen sumber daya 

manusia yaitu  bagian yang penting, bahkan dapat dikatakan 

bahwa manajemen itu pada hakikatnya yaitu manajemen sumber 

daya manusia atau manajemen sumber daya manusia identik dengan 

manajemen.

c. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia yaitu perencanaan, 

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan, 

pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, 

pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai 

berbagai tujuan individu, organisasi, dan warga  (Flipo, 

1989). 

Manajemen sumber daya manusia yaitu sebagai penarikan, 

seleksi, pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaan sumber 

daya manusia oleh organisasi (French dalam Soekidjo, 1991).

berdasar  pengertian ini  dapat dikatakan bahwa 

manajemen sumber daya manusia yaitu  proses pendayagunaan 

manusia atau pegawai yang mencakup penerimaan, penggunaan, 

pengembangan, dan pemeliharaan sumber daya manusia yang 

ada.

2. Teori Sumber Daya Manusia

Pada prinsipnya, perubahan konsepsi tentang sumber daya 

manusia atau pandangan terhadap pekerja dalam kerangka hubungan 

kerja pada organisasi, yaitu pekerja dianggap sebagai barang 

dagangan. Sekitar pertengahan abad ke-19 berkembang anggapan 

bahwa manusia kerja atau pekerja dianggap sebagai barang dagangan. 

Pekerja diperlakukan sebagai salah satu faktor produksi yang dapat 

diperjualbelikan untuk dijadikan alat produksi. 

-- 311

Anggapan ini  memiliki  beberapa kelemahan, antara 

lain:

a. pekerja tidak mungkin menjual daya atau tenaganya, bahkan 

dalam pemanfaatan SDM ini, 

b. pekerja harus tunduk pada beberapa hal yang ada di luar 

dirinya, seperti disiplin dan kekuasaan majikannya, 

c. pegawai lain, penggunaan, dan pengembangan pegawai 

diarahkan untuk tercapainya tujuan organisasi.

a. Pekerja Dianggap sebagai SDM

Adanya anggapan bahwa sering terjadinya pemborosan 

dalam pemanfaatan sumber daya manusia atau pekerja. Keadaan 

ini berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dari organisasi dan 

penghasilan pekerja. Selain pemborosan, juga faktor-faktor yang 

berkaitan dengan kelalaian pekerja, misalnya terjadi kecelakaan 

serta biaya pengembangan kemampuan atau kompensasi SDM. 

Semuanya yaitu  biaya yang harus diperhitungan dalam 

menghitung biaya produksi. Biaya ini  sering disebut sebagai 

biaya sosial yang harus ditanggung bersama oleh pihak-pihak yang 

bersangkutan, seperti warga , pemilik usaha, dan pekerja. Biaya 

sosial ini kadang-kadang dapat melebihi biaya produksi.

b. Pekerja Dianggap sebagai Mesin

Pada akhir abad-19 dan permulaan abad ke-20, dengan 

munculnya konsep manajemen ilmiah, proses manajemen lebih 

mengutamakan produktivitas pekerja, manajemen mengutamakan 

pada pengukuran kerja dan kualitas kerja, Analisa  pekerjaan 

sampai pada hal-hal yang sangat detail dalam pekerjaan, pimpinan 

menempatkan pekerja sebagai mesin sebab  pekerjaan yang bersifat 

rutin.

Disebab kan SDM dianggap seperti mesin, penggunaan 

pekerja diusahakan sama seperti mesin dengan mengutamakan 

produktivitasnya tanpa memandang segi-segi kemanusiaan, seperti 

pikiran, perasaan, dan tata nilai manusia lainnya.

-- 312

c. Pekerja Dianggap sebagai Manusia

Sebagai reaksi terhadap pandangan yang menganggap dan 

memperlakukan manusia kerja sebagai mesin atau alat yang 

tidak manusiawi, muncul pandangan yang cenderung terlalu 

manusiawi. 

Teori Y dari McGregor memiliki  relevansi tinggi dengan 

pandangan yang berwatak manusiawi. Dalam hal tertentu pandangan 

ini dapat berhasil, yaitu jika  kualifikasi pekerjanya sudah 

cukup tinggi, namun akan gagal jika  manusia dipandang dan 

diperlakukan secara manusiawi tanpa kendali. 

Selanjutnya muncul gerakan hubungan manusia (human relations 

movement) yang dipelopori oleh Elton Mayo, Dickton, dan sebagainya. 

Kelompok in