manajemen bisnis 8




 s) seperti pekerjaan ulang, cacat, dan lain-lain, 

sedang  aspek eksternal dapat berupa kepuasan pelanggan, 

pangsa pasar (market share), dan lain-lain.

Riset kepuasan pelanggan sebagai suatu alat untuk menjaring 

informasi tentang keinginan pelanggan, harus dirancang mengikuti 

beberapa prinsip dasar berikut.

a. Riset harus berfokus pada harapan pelanggan yang berkaitan 

dengan kualitas dan jenis produk yang diinginkan oleh 

pelanggan.

b. Riset harus berfokus pada kualitas dari produk.

c. Seluruh karyawan harus dilibatkan dalam mengembangkan 

ukuran-ukuran kepuasan pelanggan.

d. Data kualitatif dan kuantitatif harus dikumpulkan.

e. Pertanyaan dalam survei atau wawancara harus spesifik serta 

bersifat mudah untuk mengumpulkan dan mencatat data.

-- 242

f. Instrumen riset harus dirancang sedemikian rupa sehingga 

manajemen dan/atau karyawan dapat mengambil tindakan 

berdasar  hasil dari riset.

g. Penghargaan atau sistem insentif terhadap perubahan positif 

yang didasarkan pada hasil-hasil dari survei harus konkret 

dan cukup berharga/bernilai.

Pengukuran yang akan dilakukan seharusnya memper-

timbangkan setiap aspek dari proses operasional yang memengaruhi 

persepsi pelanggan tentang nilai kualitas. biasanya  atribut 

yang dipertimbangkan dalam pengukuran kualitas, yaitu sebagai 

berikut.

a. Kualitas produk, yang mencakup performance, features, reliability, 

serviceability, konformasi, durability, estetika, kualitas yang 

dirasakan.

b. Dukungan purna-jual terutama yang berkaitan dengan waktu 

penyerahan dan bantuan yang diberikan, mencakup beberapa 

hal:

1) kecepatan penyerahan, berkaitan dengan lamanya 

waktu antara memesan produk dan waktu penyerahan 

produk;

2) konsistensi berkaitan dengan kemampuan memenuhi 

jadwal yang dijanjikan;

3) tingkat pemenuhan pesanan berkaitan dengan kelengkapan 

dari pesanan-pesanan yang dikirim;

4) informasi, berkaitan dengan status pesanan;

5) tanggapan dalam keadaan darurat berkaitan dengan 

kemampuan menangani permintaan nonstandar yang 

bersifat tiba-tiba;

6) kebijaksanaan pengembalian, berkaitan dengan prosedur 

menangani barang-barang rusak yang dikembalikan 

pelanggan.

c. Interaksi antara karyawan (pekerja) dan pelanggan, men-

cakup:

-- 243

1) ketepatan waktu berkaitan dengan kecepatan memberi  

tanggapan terhadap keperluan pelanggan;

2) penampilan karyawan berkaitan dengan kebersihan dan 

kecocokan dalam berpakaian;

3) kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan, berkaitan 

dengan bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan 

masalah-masalah yang diajukan pelanggan.

4. Pengukuran Performansi Kualitas dalam Empat Dimensi

Dalam sistem kualitas modern, kelompok yang harus dipuaskan 

yaitu pelanggan (customer), pemegang saham (shareholder), pekerja 

(employee), dan warga  (community). 

Dengan demikian, pengukuran performansi kualitas dapat 

dilakukan dalam empat dimensi, seperti ditunjukkan dalam tabel 

8.1 berikut ini.

Kelompok Siapa yang Dihubungi Ukuran-ukuran Kunci

- Pelanggan - Pelanggan - Kepuasan pelanggan

- Karakteristik output yang 

diinginkan oleh pelanggan

- Pemegang 

Saham

- Pemilik perusahaan

- Pimpinan perusahaan

- Indikator keuangan: biaya, 

penjualan, keuntungan, dan 

lain-lain

- Sasaran dan tujuan yang 

dide nisikan oleh manajemen

- Karyawan/ 

Pekerja

- Karyawan/Pekerja - Kepuasan karyawan

- Faktor-faktor yang 

berkontribusi pada kepuasan 

kerja

- warga  - Pemerintah

- Lembaga Pelayanan 

Sosial 

- Kelompok Profesional

- Kelompok Media 

Massa

- Kelompok Akademik

- Kesesuaian pada peraturan-

peraturan yang ada 

- Faktor-faktor yang 

berdampak pada warga 

-- 244

5. Langkah-Langkah dalam Riset Kepuasan Pelanggan

Riset kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan meng-

gunakan metode pengumpulan data melalui wawancara langsung, 

surat, telepon, dan lain-lain. Pilihan terhadap instrumen pendekatan 

ini sangat bergantung pada berbagai pertimbangan berikut.

a. Kebutuhan untuk memperoleh data dari segmen yang berbeda 

dalam populasi.

b. Lingkupan atau cakupan geografi.

c. Kebutuhan untuk mengetahui identitas responden sebagai 

referensi pada masa yang akan datang.

d. Kompleksitas dari informasi yang dibutuhkan.

e. Banyaknya tenaga bantuan sebagai pewawancara yang 

tersedia.

f. Kuantitas dari informasi yang diperlukan.

g. Kecepatan untuk memperoleh data.

h. Dana yang tersedia untuk pengumpulan data.

i. Preferensi personal dari pewawancara atau peneliti.

Pada dasarnya, proses riset kepuasan pelanggan akan mengikuti 

beberapa langkah berikut.

a. Definisikan masalah manajemen kualitas yang dihadapi, 

mencakup pengembangan atau pencarian solusi awal, kemudian 

dapat diuji melalui riset itu.

b. Menetapkan sasaran atau tujuan dari riset.

c. Mencari data sekunder.

d. Melaksanakan riset eksplorasi, hasil-hasil riset pendahuluan 

yang biasanya  bersifat kualitatif dapat dipergunakan 

sebagai landasan atau pertimbangan dalam memperjelas atau 

mempertajam isu-isu utama yang akan diteliti dalam riset 

kepuasan pelanggan.

-- 245

e. Merencanakan strategi pengumpulan data primer, cara data 

seharusnya dikumpulkan, siapa yang menjadi responden, dan 

ukuran contoh berkaitan dengan banyaknya responden yang 

diteliti atau diamati.

f. Merancang instrumen riset kepuasan pelanggan.

g. Melaksanakan pengumpulan data primer.

h. Proses dan Analisa  data.

i. Interpretasi dan implementasi hasil riset, menarik kesimpulan 

dan membuat rekomendasi yang berkaitan dengan isu-isu 

manajemen kualitas untuk implementasi. ini  yaitu  

awal dari proses perbaikan kualitas dalam rangka meningkatkan 

kepuasan pelanggan.

6. Perbaikan Kualitas Melalui Kaizen

Kaizen yaitu suatu istilah dalam bahasa Jepang yang dapat 

diartikan sebagai perbaikan secara terus-menerus (continuous 

improvement). 

Kaizen yaitu  suatu kesatuan pandangan yang komprehensif 

dan terintegrasi yang bertujuan untuk melaksanakan perbaikan secara 

terus-menerus. Semangat kaizen berlandaskan pandangan berikut.

a. Hari ini harus lebih baik daripada kemarin, dan hari esok 

harus lebih baik daripada hari ini.

b. Tidak boleh ada satu hari pun yang lewat tanpa perbaikan/

peningkatan.

c. Masalah yang t imbul yaitu  kesempatan untuk 

melaksanakan perbaikan/peningkatan.

d. Menghargai adanya perbaikan/peningkatan meskipun 

kecil.

e. Perbaikan/peningkatan tidak harus memerlukan investasi 

yang besar.

Dalam melaksanakan kaizen, dapat memakai  panduan 

bertanya 5W-1H, yaitu who. what, where, when, why, dan how.

-- 246

7. Langkah-langkah Program Perbaikan Kualitas

Program perbaikan kualitas dapat dilakukan dengan 

memakai  langkah-langkah berikut.

a. Memilih dan menetapkan program perbaikan kualitas.

b. menjelaskan  alasan memilih program itu.

c. Melakukan Analisa  situasi melalui pengamatan situasional.

d. Melakukan pengumpulan data selama beberapa waktu.

e. Melakukan Analisa  data.

f. Menetapkan rencana perbaikan melalui penetapan sasaran 

perbaikan kualitas.

g. Melaksanakan program perbaikan selama waktu tertentu.

h. Melakukan studi penilaian terhadap program perbaikan 

kualitas itu.

i. Mengambil tindakan korektif atas penyimpangan yang terjadi 

atau standardisasi terhadap aktivitas yang sesuai.

 

-- 247

Lokasi yang strategis yaitu wilayah penempatan operasi 

produksi sebuah perusahaan yang dapat memberi  keuntungan 

maksimal terhadap perusahaan ini  sebab  tujuan strategi lokasi 

yaitu untuk memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan. 

Keputusan yang paling penting dan perlu dibuat oleh perusahaan 

yaitu menempatkan operasi lokasi operasi yang strategis. 

Aspek keputusan ini yaitu sebuah indikasi bahwa keputusan 

lokasi bersifat global. Lokasi sangat memengaruhi biaya, baik biaya 

tetap maupun biaya variabel. Lokasi sangat memengaruhi risiko 

dan keuntungan perusahaan secara keseluruhan. 

Sebagai contoh, biaya transportasi bisa mencapai 25% harga 

jual produk (bergantung pada produk dan tipe produksi atau jasa 

yang diberikan). ini  berarti bahwa seperempat total pendapatan 

perusahaan mungkin dibutuhkan hanya untuk menutup biaya 

pengangkutan bahan mentah yang masuk dan produk jadi yang 

keluar dari perusahaan. Biaya lain yang dapat dipengaruhi oleh 

lokasi, antara lain pajak, upah, biaya bahan mentah, dan sewa. 

Lokasi sepenuhnya memiliki kekuatan untuk membuat 

(menghancurkan) strategi bisnis sebuah perusahaan. Kerja keras 

yang dilakukan manajemen untuk menetapkan lokasi berikut fasilitas 

yang optimal yaitu  investasi yang baik. 

BAB 9

-- 248

Pada prinsipnya, keputusan lokasi sering bergantung pada tipe 

bisnis. Untuk keputusan lokasi industri, strategi yang dipakai  

untuk meminimalkan biaya, sedang  untuk bisnis eceran dan 

jasa profesional fokus pada memaksimalkan pendapatan.

Pilihan-pilihan yang ada di lokasi, melliputi: (1) tidak pindah, 

namun  meluaskan fasilitas yang ada; (2) mempertahankan lokasi 

sekarang dengan menambahkan fasilitas lain; (3) menutup fasilitas 

yang ada dan pindah ke tempat lain.

1. Pengertian Lokasi

Berbicara nama suatu tempat, dapat mengabstrasikan tempat 

ini  sebagai suatu ruang. Tidak akan dapat mengabstrasikan 

lebih jauh karakteristik ruang ini  sebelum dideskripsikan 

tentang lokasinya. Lokasi ini akan memberi  penjelasan tentang 

tempat atau daerah yang bersangkutan. Pada studi geografi, lokasi 

yaitu  variabel yang dapat mengungkapkan berbagai hal 

tentang gejala yang dipelajari. 

Lokasi yaitu  suatu benda atau suatu gejala dalam ruang 

yang dapat menjelaskan dan dapat memberi  kejelasan pada benda 

atau gejala geografi yang bersangkutan secara lebih jauh lagi. 

Menurut Sriyadi (1991: 60), lokasi berarti tempat secara 

fisik. Menurut Basu Swasta dan Irawan (2003: 339), lokasi yaitu 

letak atau toko pengecer di daerah yang strategis sehingga dapat 

memaksimumkan laba. Tempat kedudukan perusahaan yaitu 

letak geografis bangunan, mesin-mesin, dan peralatan yang dimiliki 

perusahaan yang dipakai  untuk mengolah berbagai jenis sumber 

daya dalam menghasilkan barang-barang dan/atau jasa (Pontas M. 

Pardede, 2005: 105).

Dalam kontak bisnis, lokasi (place) yaitu  bauran 

pemasaran (marketing mix) ketiga sesudah produk (product) dan 

harga (price). Adapun yang keempat yaitu promosi (promotion). 

Lokasi pada pemasaran perusahaan manufakturing yaitu saluran 

distribusi saat  produk disediakan untuk terjadinya penjualan 

(Sentot Imam Wahjono, 2010: 126).

-- 249

Thoman and Corbin (Sumaatmadja, 1988) menjelaskan  bahwa 

lokasi relatif suatu tempat atau wilayah yang bersangkutan berkenaan 

dengan hubungan tempat atau wilayah dengan faktor alam atau 

faktor budaya yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, lokasi relatif 

ditinjau dari posisi suatu tempat atau terhadap kondisi wilayah-

wilayah yang ada di sekitarnya. Lokasi relatif dapat mengungkapkan 

dinamika wilayah yang bersangkutan. 

Lokasi relatif suatu tempat memberi  gambaran tentang 

keterbelakangan, perkembangan, dan kemajuan wilayah yang 

bersangkutan jika  dibandingkan dengan wilayah lain yang 

ada di sekitarnya, dan dapat mengungkapkan pula kondisinya. 

Selanjutnya lokasi dapat pula ditinjau dari situasi dan sitenya. 

Site yaitu semua sifat atau karakter internal dari suatu daerah 

tertentu. Kota yang berlokasi di dataran tinggi, sifat dataran tinggi 

atau dataran tinggi yaitu site dari kota yang bersangkutan. Situasi 

yaitu lokasi relatif dari tempat atau wilayah yang bersangkutan 

(Thoman dan Corbin, 1988).

2. Konsep dan Referensi dalam Teori Lokasi

Banyak hal yang dapat menentukan kesuksesan sebuah usaha, 

salah satunya yaitu pemilihan lokasi. Peran penting pemilihan 

lokasi dalam sektor bisnis dan ekonomi pada masa lalu (mungkin 

juga saat ini) lebih diminati oleh para ahli geografi daripada ekonom, 

sehingga perkembangan teori lokasi masih berkembang dalam ilmu 

geografi daripada ilmu ekonomi. 

Bagi para pengusaha sukses, lokasi bukan satu-satunya 

instrumen penting dari sebuah kesuksesan usaha yang dibangun/

dirintis, melainkan juga hasil kajian para ilmuwan dan pengalaman 

dari berbagai pihak menunjukkan adanya korelasi penting antara 

kesuksesan dengan perencanaan awal dalam membuka sebuah 

usaha.

a. Teori Lokasi

Teori lokasi yaitu ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial 

order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis 

dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan 

-- 250

atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau 

kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial (Ibrahim, 1998). 

Pengertian teori lokasi dari sudut pandang lain yaitu 

penjelasan teoretis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan 

ekonomi. ini  selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis 

dari sumber daya yang terbatas, serta berpengaruh dan berdampak 

terhadap lokasi berbagai aktivitas, baik ekonomi maupun sosial 

(Nitisemito dan Umar, 2004). 

Pertama kali yang mengembangkan teori lokasi yaitu Von 

Thunen pada tahun 1880, namun teori lokasi diperkenalkan secara 

utuh oleh Walter Isard pada tahun 1952. 

Teori lokasi yaitu  teori yang dapat dipakai  dalam 

berbagai bidang, seperti bidang geografi dan ekonomi. Pada awal 

perkembangannya, teori ini lebih pada bidang geografi daripada 

bidang ekonomi. Menurut Husein (1997), tiga hal penting yang 

menimbulkan permasalahan seperti ini, antara lain:

1) teori lokasi lebih menarik ahli geografi daripada ahli ekonomi, 

sehingga teori lokasi yaitu  bagian dari ilmu geografi; 

2) peralatan yang dipakai  dianggap tidak biasa bagi 

ahli ekonomi sehingga tidak menarik bagi mereka yang 

membidanginya; 

3) teori lokasi pada awal dikembangkan dalam tiga bentuk yang 

tampak berdiri sendiri.

biasanya , dasar teori ekonomi diasumsikan membatasi 

ruang dan jarak. Beberapa ahli ekonomi telah mengetahui pentingnya 

arti lokasi, namun  tidak banyak yang berusaha untuk memperkenalkan 

modal lain dengan beberapa variabel secara teoretis. Sebagian lain 

menganggap bahwa keterangan lokasi yang membutuhkan Analisa  

yang kuat serta tata cara yang diterapkan untuk dimengerti, terutama 

dari segi tingkah laku usaha. 

Alfred Weber (Ukas, 2004) menjelaskan  teori lokasi dengan 

pendekatan ekonomi. Pada kapasitasnya, Weber yaitu  

penerus Wilhem Lounhart (1882-1885), yang menunjukkan cara 

mengoptimalkan lokasi dengan menyerderhanakan hanya dua 

-- 251

sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk 

locational triangle (Ukas, 2004).

Analisa  keruangan/lokasi yaitu Analisa  lokasi yang 

menitikberatkan unsur jarak (distance), kaitan (interaction), dan 

gerakan (movement). Tujuan dari Analisa  keruangan/lokasi yaitu 

untuk mengukur kondisi yang ada sesuai dengan struktur keruangan 

dan mengAnalisa  interaksi antarunit keruangan, yaitu hubungan 

antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksebilitas antara pusat 

dan perhentian suatu wilayah dan hambatan interaksi. ini  

didasarkan olah adanya tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat 

kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta adanya hierarki di antara 

tempat-tempat ini  (Djamin, 1984).

b. Lokasi Usaha

Menjadikan kota besar sebagai tempat pemilihan lokasi usaha 

saat ini mungkin tidak lagi menjadi persyaratan mutlak. Dasar 

berdirinya sebuah usaha pasti mempertimbangkan cost and benefit, 

yaitu usaha ini  harus berdiri. Jika kota besar tidak layak untuk 

jenis usaha dan target keuntungan maka meletakkan lokasi usaha 

di kota besar bukan solusi. 

Hukum Reilly menyatakan bahwa gravitasi usaha berurusan 

dengan besarnya daerah perkotaan menarik pelanggan dan melayani 

warga  yang lebih kecil di pedesaan. Pada dua dekade kemudian 

Paulus Converse (1931) merevisi hukum Reilly dengan menentukan 

batas-batas suatu kawasan perdagangan kota atau membuat sebuah 

“titik ketidakpedulian” antara dua kota. Titik ketidakpedulian yaitu 

titik saat  pembeli tidak peduli untuk pergi ke satu kota ataupun 

ke kota lainnya dalam usaha  pemenuhan kebutuhannya.

Pada dasarnya, lokasi usaha yaitu pemacu biaya yang 

begitu signifikan. saat  pemilik usaha telah memutuskan lokasi 

usahanya dan beroperasi di satu lokasi tertentu, banyak biaya akan 

menjadi tetap dan sulit untuk dikurangi. Pemilihan lokasi usaha 

mempertimbangkan antara strategi pemasaran jasa dan preferensi 

pemilik.

-- 252

Kedekatan dengan pasar memungkinkan sebuah organisasi 

memberi  pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan dan 

menghemat biaya pengiriman. 

berdasar  kedua keuntungan ini , memberi  layanan 

yang lebih baik yaitu hal yang lebih penting. Usaha-usaha yang 

bergerak di bidang jasa harus lebih mendekatkan diri dengan semua 

pelanggan. 

c. Faktor yang Memengaruhi Pemilihan Lokasi

Harding (1976) menjelaskan beberapa faktor yang memengaruhi 

pemilihan lokasi, yaitu sebagai berikut. 

1) Lingkungan warga  yaitu kesediaan dari warga  

di suatu daerah untuk menerima segala konsekuensi positif 

ataupun negatif dari didirikannya suatu tempat usaha di 

daerah ini .

2) Besarnya populasi, kepadatan penduduk, dan karakteristik 

warga  menjadi faktor dalam mempertimbangkan suatu 

area perdagangan. 

3) Basis ekonomi yang ada seperti industri daerah setempat, 

potensi pertumbuhan, fluktuasi sebab  faktor musiman, dan 

fasilitas keuangan di daerah sekitar juga harus diperhatikan 

oleh pemilik dalam memilih lokasi usahanya.

4) Suatu perusahaan juga senang berdekatan dengan pesaingnya. 

Tren ini disebut sebagai clustering, sering terjadi jika sumber 

daya utama ditemukan di wilayah ini . 

5) Sumber daya meliputi sumber daya alam, informasi, modal 

proyek, dan bakat. 

Menurut Alcacer (2004), dengan lokasi yang berdekatan dengan 

pesaing usaha, perusahaan dapat melakukan strategi kompetisi total, 

baik dalam kepemimpinan harga maupun jasa lain yang diberikan. 

Seorang pengusaha harus mengenali jumlah dan ukuran usaha lain 

serta situasi persaingan yang ada di daerah ini . 

-- 253

Menurut Moriil (1982), faktor-faktor yang memengaruhi lokasi 

industri yaitu faktor geografis yang berkaitan dengan karakteristik 

ruang seperti jarak, aksesbilitas, ukuran, bentuk, aglomerasi dan 

posisi relatif lokasi dalam keseluruhan; faktor ekonomi, politik, 

dan budaya. 

Menurut Weber (1909), lokasi yang optimal bagi kegiatan 

industri yaitu tempat dengan biaya yang minimal (least cost 

location).

Di sisi lain, Sir Wiliam Petty (1662) berpandangan bahwa 

pemilihan lokasi industri sangat dipengaruhi oleh adanya perbedaan 

sewa tanah. Semakin dekat dengan pusat pasar, semakin tinggi sewa 

tanah, sedang  keuntungan lain yaitu faktor biaya transpor 

murah. Oleh sebab itu, untuk menentukan lokasi yang optimal 

perlu memperhatikan biaya transpor.

Selanjutnya, Blakely (1989) melihat adanya tendensi industri 

meminimalisasikan biaya dengan jalan menyeleksi atau memilih 

lokasi yang dapat memaksimalkan peluang mereka untuk mendekati 

pasar. Model industri tradisional memilih lokasi pabrik mendekati 

jalur transportasi termurah antara bahan baku dan pasar.

Renner (1957) melihat keberadaan industri di suatu lokasi 

tertentu memerlukan persyaratan untuk tumbuh dan berkembang. 

Adapun syarat diperlukan oleh adanya suatu kegiatan industri, 

antara lain tersedianya bahan mentah atau bahan baku sebagai dasar 

usaha, tersedianya sumber tenaga kerja yang memiliki kemampuan 

dan keterampilan untuk mengolah sumber daya alam yang tersedia, 

adanya modal usaha yang cukup untuk keperluan operasional usaha, 

transportasi, adanya organsiasi yang baik untuk melancarkan dan 

mengatur segala sesuatu di bidang industri.

Dalam pengukuran kesuksesan bisnis dapat berbeda antara 

satu usaha dengan yang lain atau antara satu pemilik dengan 

pemilik usaha yang lainnya. Menurut Dawes (Nurul Indarti, 2004), 

kesuksesan suatu usaha dapat dilihat dari data subjektif ataupun 

objektif atas berbagai aspek, misalnya pertumbuhan penjualan, 

pangsa pasar yang dimiliki, dan tingkat keuntungan yang dicapai 

-- 254

3. Teori Lokasi Industri 

a. Teori Lokasi Industri (Teori Weber dan Teori Losch) 

Weber (Tarigan, Robinson, 2006) mengAnalisa  lokasi kegiatan 

industri Weber berdasar  teorinya bahwa lokasi setiap industri 

bergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja saat  

penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat total biaya 

transportasi dan tenaga kerja yang minimum identik dengan tingkat 

keuntungan yang maksimum. 

Dalam perumusan modelnya, Weber bertitik tolak pada 

asumsi:

1) unit telaahan yaitu suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang 

homogen, konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan 

kondisi pasar yaitu persaingan sempurna;

2) beberapa sumber daya alam seperti air, pasir, dan batu 

bata tersedia di mana-mana (equitous) dalam jumlah yang 

memadai;

3) material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang 

tersedia secara sporadik dan hanya terjangkau pada beberapa 

tempat terbatas;

4) tenaga kerja tidak ubiquitous (tidak menyebar secara merata), 

namun  berkelompok di beberapa lokasi dengan mobilitas yang 

terbatas.

berdasar  asumsi ini , ada tiga faktor yang memengaruhi 

lokasi industri, yaitu biaya transportasi dan upah tenaga kerja 

yaitu  faktor regional yang bersifat umum dan faktor 

deaglomerasi yang bersifat lokal dan khusus. 

Menurut Weber (Djojodipuro Marsudi, 1992), biaya transportasi 

yaitu  faktor pertama dalam menentukan lokasi, sedang  

faktor lainnya yaitu  faktor yang dapat memodifikasi lokasi. 

Dengan demikian, titik terendah biaya transportasi yaitu titik 

yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku 

dan distribusi hasil produksi. 

-- 255

Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional. Berat 

lokasional yaitu berat total semua barang berupa input yang harus 

diangkut ke tempat produksi untuk menghasilkan satu satuan output 

ditambah berat output yang akan dibawa ke pasar. 

Berat total terdiri atas satu satuan produk akhir ditambah 

semua berat input yang harus diangkut ke lokasi pabrik, seperti 

bahan mentah, bahan setengah jadi, bahan penolong, dan lain-lain 

yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan output. Ada 

kemungkinan sumber berbagai bahan baku dan pasar berada pada 

arah yang berbeda. Dalam ini , lokasi biaya transportasi termurah 

yaitu pada pertemuan dari berbagai arah ini . 

Weber (Djojodipuro Marsudi, 1992) memberi konsep yang 

dikenal sebagai segitiga lokasi atau location triangle. 

M

S

1

S

2

P

Gambar 9.2 segitiga lokasi atau location triangle Weber

Sumber: Djojodipuro Marsudi (1992)

August Losch (Djojodipuro Marsudi, 1992), yaitu  orang 

pertama yang mengembangkan teori lokasi dengan segi permintaan 

sebagai variabel utama. 

-- 256

Teori Losch bertujuan untuk menemukan pola industri, 

sehingga ditemukan keseimbangan spasial antarteori lokasi. Ia 

berpendapat bahwa dalam lokasi industri yang tampak tidak 

teratur dapat ditemukan pola keberaturan. Oleh sebab  itu, Kosch 

yaitu  pendahulu dalam mengatur kegiatan ekonomi secara 

spasial dan pelopor dalam teori ekonomi regional modern. 

Teori Losch (Djojodipuro Marsudi, 1992) berasumsikan suatu 

daerah yang homogen dengan distribusi sumber bahan mentah dan 

sarana angkutan yang merata serta selera konsumen yang sama. 

Kegiatan ekonomi yang ada  di daerah ini  yaitu  

pertanian berskala kecil yang ditunjukkan bagi pemenuhan 

kebutuhan petani. Perdagangan baru terjadi jika  ada  

kelebihan produksi. 

Untuk mencapai keseimbangan, ekonomi ruang Losch harus 

memenuhi syarat berikut ini.

1) Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum 

bagi penjual ataupun pembeli.

2) Ada cukup banyak usaha pertanian dengan pembayaran 

cukup merata, sehingga seluruh permintaan yang ada dapat 

dilayani.

3) Ada free entry dan tidak ada petani yang memperoleh super 

normal profit sehingga tidak ada rangsangan bagi petani dari 

luar untuk masuk dan menjual barang yang sama di daerah 

ini .

4) Daerah penawaran yaitu sedemikian sehingga memungkinkan 

petani yang ada untuk mencapai besar optimum.

5) Konsumen bersifat indifferent terhadap penjual mana pun dan 

satu-satunya pertimbangan untuk membeli masalah harga 

yang rendah.

Gejala daerah pasar yang terbentuk disebabkan oleh harga 

yang semakin tinggi yang memicu  pembeli tidak dapat 

menjangkaunya dan berpaling ke penjual lain yang menawarkan 

harga lebih murah. Dengan demikian, batas daerah pasar satu 

dengan pasar lain lebih berkesinambungan.

-- 257

Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi 

industri, yaitu ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. 

Pada prinsipnya beberapa teori lokasi ini  memberi  masukan 

bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan 

menguntungkan secara ekonomi. 

b. Teori Susut dan Ongkos Transpor (Theory of Weight Loss and 

Transport Cost)

Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam 

proses pengangkutan dan ongkos transpor yang harus dikeluarkan, 

dengan cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di 

tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi 

dinyatakan menguntungkan jika  memiliki nilai susut dalam 

proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transpor yang 

paling murah. 

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa semakin besar angka 

rasio susut akibat pengolahan maka semakin besar kemungkinan 

untuk penempatan industri di daerah sumber bahan mentah (bahan 

baku), dengan catatan faktor yang lainnya sama, semakin besar 

perbedaan ongkos transpor antara bahan mentah dan barang jadi 

maka semakin besar kemungkinan untuk menempatkan industri 

di daerah pemasaran.

c. Model Gravitasi dan Interaksi (Model of Gravitation and 

Interaction) dari Issac Newton dan Ullman

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap masa memiliki  

gaya tarik (gravitasi) untuk berinteraksi di tiap titik yang ada di 

regional yang saling melengkapi (regional complementarity), kemudian 

memiliki kesempatan berintervensi (intervening opportunity), dan 

kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer 

ability). Teori interaksi yaitu teori mengenai kekuatan hubungan 

ekonomi (economic connection) antara dua tempat yang dikaitkan 

dengan jumlah penduduk dan jarak antara tempat-tempat ini . 

Semakin besar jumlah penduduk di kedua tempat, akan semakin 

besar interaksi ekonominya. Sebaliknya, semakin jauh jarak kedua 

tempat, interaksi yang terjadi semakin kecil. 

-- 258

Untuk memakai  teori ini perhatikan rumus berikut.

1 2

2

P P

I

D

=

Keterangan:

I  =  gaya tarik menarik di antara kedua region.

d  =  jarak di antara kedua region.

P  =  jumlah penduduk masing-masing region.

d. Teori Tempat yang Sentral (Theory of Cental Place) dari Walter 

Christaller

Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan 

threshold (ambang). Range (jangkauan) yaitu jarak tempuh yang 

diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan warga , 

sedang  threshold (ambang) yaitu jumlah minimal anggota 

warga  yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai 

barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki 

dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, tempat sentral yang 

berhierarki 3 (K = 3) yaitu  pusat pelayanan berupa pasar 

yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya 

atau disebut juga kasus pasar optimal. Kedua, tempat sentral yang 

berhierarki 4 (K = 4) yaitu  situasi lalu lintas yang optimum. 

Artinya, daerah ini  dan daerah sekitarnya yang terpengaruh 

tempat sentral itu senantiasa memberi  kemungkinan jalur lalu 

lintas yang paling efisien. Ketiga, tempat sentral yang berhierarki 

7 (K = 7) yaitu  situasi administratif yang optimum. Artinya, 

tempat sentral ini memengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah 

tetangganya.

Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat di 

antaranya topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu 

wilayah relatif seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat 

pengaruh lereng atau pengaruh alam lain dalam hubungannya 

dengan jalur angkutan, kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk 

-- 259

relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer 

yang menghasilkan padi-padian, kayu, dan batu bara.

1. Dasar Pertimbangan Negara Mengembangkan Industri

Menurut Muchael E. Potter (1990), empat faktor yang menyebab-

kan negara untuk mengembangkan perusahaan di dalam negeri, 

yaitu sebagai berikut.

a. Faktor kondisi dan posisi negara dalam faktor produksi seperti 

tenaga kerja, infrastruktur yang diperlukan untuk industri 

tertentu. 

b. Kondisi dan karakteristik permintaan untuk suatu produk 

industri atau jasa.

c. Hubungan dan dukungan antara industri dengan kompetisi 

dunia internasional.

d.  Strategi, struktur, dan persaingan antarperusahaan serta kondisi 

dari pemerintahan suatu negara, berfungsi mengatur pendirian 

industri, pengorganisasian dan manajemen perusahaan 

lokal.

Yip (Rendra Dwijoko Prakoso, 1997) menjelaskan  bahwa 

suatu industri akan berkembang sebab  dorongan beberapa faktor, 

yang dapat dikelompokkan dalam empat kelompok, antara lain: 

a. faktor pasar (market driver), yaitu kebutuhan konsumen yang 

homogen, konsumen global, saluran distribusi global, dan 

perpindahan pasar; 

b. faktor biaya (cost driver) dalam skala dan cakupan ekonomi, 

pengalaman dan pengetahuan, efisiensi sumber daya, pasokan 

yang baik, perbedaan biaya dan keterampilan antarnegara dan 

pengembangan produk; 

c. faktor pemerintah, peraturan, dan kebijakan tentang per-

dagangan yang mendukung standardisasi produk dan kebiasaan 

dalam distribusi pemasaran; 

-- 260

d. faktor persaingan, kebergantungan antarnegara serta kompetisi 

global.

2. Faktor Lokasional Utama dalam Industri

Menurut Radjiman (1998), faktor-faktor lokasional utama 

dalam industri, meliputi faktor berikut.

a. Faktor Fisik

1) Tanah

Tanah yaitu  dataran rendah yang cukup luas dan datar, 

terutama untuk industri besar yang memerlukan ruang yang lebih 

banyak untuk struktur, pergudangan, dan lain-lain, tapak kering 

dengan irigasi yang baik serta bebas dari masalah banjir.

2) Bahan Baku

Akses ke penyediaan bahan baku sangat penting sebab  

menyangkut transformasi bahan baku (primer) ke marketable processed 

atau treat bahan baku ke processing industries ataupun ke proses-

proses lainnya. Di samping itu, keadaan alami bahan baku dapat 

memengaruhi biaya studi dan lokasi.

3) Tenaga (Energi)

Enargi, industri-industri yang modern mempersyaratkan 

beberapa tipe tenaga dan karakter sumber tenaga yang berbeda-beda, 

dan pengaruh sumber tenaga di lokasi industri bervariasi dalam 

waktu berbeda dan pada tipe industri yang berbeda pula.

b. Faktor Manusia dan Ekonomi

1) Penyediaan Tenaga Kerja

Ketersediaan tenaga kerja baik secara kuantitas, yaitu industri 

yang mensyaratkan jumlah tenaga yang murah dengan jumlah 

besar. Ketersediaan tenaga kerja secara kualitas, yaitu industri yang 

mensyaratkan tenaga kerja dengan keahlian khusus (skilled) dan hal 

ini biasanya di industri yang tinggi.

2) Transportasi

Faktor lokasi utama lainnya yaitu transportasi. Fasilitas 

transpor yang baik dengan biaya transportasi yang rendah yaitu  

syarat yang penting sebab  akan sangat mendukung kegiatan suatu 

industri.

3) Pasar

Pasar yang tersedia, baik lokasi maupun luar negeri, dengan 

aspek kuantitas (potensial customers) dan kualitas (purchasing power) 

dalam ini  living standars dari pelanggan potensial. Adapun 

tipe industri-industri yang berorientasi pada pasar (market oriented 

industries) yaitu  hal yang sangat penting.

4) Pengaruh Pemerintah

Pengaruh pemerintah sangat penting dalam penentuan lokasi 

industri sebab  pemerintah dapat menawarkan insentif kepada 

para pengusaha/investor dalam rangka mendorong pengembangan 

industri di wilayah ini .

5) Faktor Historis-Inersia Industrial

biasanya  industri cenderung tinggal di lokasi eksisting, 

di antaranya: 

a)  Alasan-alasan utama untuk inersia industrial:

- struktur yang besar,

- tidak ekonomis,

- ekonomi eksternal dan ekonomi aglomerasi tidak bisa 

didapatkan di lokasi baru; 

b) Industri sering mengadakan penyesuaian dan penyerapan 

terhadap perubahan pada faktor-faktor lokasi, teknologi tinggi 

atau produk kualitas tinggi yang lebih kompetitif di pasar.

-- 262

6) Keuntungan Aglomerasi

Keuntungan aglomerasi, dalam kapasitasnya jika lokasi 

industri dekat dengan penggunaan atau pemasoknya. Beberapa 

industri tanpa persyaratan lokasi akan tertarik pada area yang 

punya aglomerasi industrial.

3. Pertimbangan dalam Menentukan Lokasi Industri

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan 

lokasi industri, di antaranya sebagai berikut.

a. Bahan Mentah

Bahan mentah yaitu  kebutuhan pokok yang harus 

dipenuhi dalam kegiatan industri, sehingga keberadaannya harus 

selalu tersedia dalam jumlah yang besar demi kelancaran dan 

keberlanjutan proses produksi. 

jika  bahan mentah yang dibutuhkan industri cadangannya 

cukup besar dan banyak ditemukan akan mempermudah dan 

memperbanyak pilihan atau alternatif penempatan lokasi industri. 

jika  bahan mentah yang dibutuhkan industri cadangannya 

terbatas dan hanya ditemukan di tempat tertentu, akan memicu  

biaya operasional semakin tinggi dan pilihan untuk penempatan 

lokasi industri semakin terbatas.

b. Modal

Modal yang dipakai  dalam proses produksi yaitu  

hal yang berkaitan dengan jumlah produk yang akan dihasilkan, 

pengadaan bahan mentah, tenaga kerja yang dibutuhkan, teknologi 

yang akan dipakai , dan luasnya sistem pemasaran. 

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yaitu  tulang punggung dalam menjaga 

kelancaran proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya. 

Dengan demikian, penempatan lokasi industri berdasar  tenaga 

kerja sangat bergantung pada jenis dan karakteristik kegiatan 

industrinya.

-- 263

d. Sumber Energi

Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk meng-

gerakkan mesin-mesin produksi, misalnya kayu bakar, batu bara, 

listrik, minyak bumi, gas alam, dan tenaga atom/nuklir. Suatu 

industri yang banyak membutuhkan energi, umumnya mendekati 

tempat-tempat yang menjadi sumber energi ini .

e. Transportasi

Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana 

transportasi dan perhubungan. ini  untuk melancarkan pasokan 

bahan baku dan menjamin distribusi pemasaran produk yang 

dihasilkan. 

f. Pasar

Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam memper-

timbangkan lokasi industri sebab pasar sebagai sarana untuk 

memasarkan atau menjual produk yang dihasilkan. 

g. Teknologi yang dipakai 

Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat 

jalannya suatu kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang 

disarankan untuk pengembangan industri pada masa mendatang 

yaitu industri yang memiliki tingkat pencemaran (air, udara, dan 

kebisingan) yang rendah, hemat air, hemat bahan baku, dan memiliki 

nilai ekonomis yang tinggi. 

h. Perangkat Hukum

Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-

undangan sangat penting demi menjamin kepastian berusaha dan 

kelangsungan industri, antara lain tata ruang, fungsi wilayah, 

upah minimum regional (UMR), perizinan, sistem perpajakan, dan 

keamanan.

-- 264

i. Kondisi Lingkungan

Faktor lingkungan yaitu segala sesuatu yang ada di sekitarnya 

yang dapat menunjang kelancaran produksi seperti keamanan dan 

ketertiban, jarak ke pemukiman, struktur batuan yang stabil, iklim 

yang ocok, tersedianya sumber air, dan lain-lain.

1. Metode Pemilihan Lokasi

Dalam aktivitas pemilihan lokasi, tersedia beberapa metode 

Analisa . Berikut ini akan dikemukakan aplikasi setiap metode dalam 

proses pemilihan lokasi.

a. Metode Beban Skor (Factor Rating Method) 

Metode beban skor dilakukan dengan memberi  skor untuk 

setiap faktor yang dinilai terhadap alternatif lokasi yang akan 

dipakai . Metode ini dipakai jika indikator yang dinilai berbentuk 

kualitatif dan dipakai nilai atau harga jika indikator itu berbentuk 

kuantitatif. Indikator lokasi yang bersifat kualitatif, misalnya faktor 

keamanan, ketersediaan air, sarana perumahan, dan kualitas jalan 

raya. Indikator yang bersifat kuantitatif, misalnya upah buruh, 

sewa listrik, harga air, dan harga bahan bakar minyak. Aplikasi 

dari metode beban skor bisa dilakukan dengan dua tahap. 

Misalnya, untuk indikator lokasi yang bersifat kualitatif 

diberikan indeks nilai: 

- baik sekali (A) bobot 5, 

- baik (B) bobot 4, 

- netral (C) bobot 3, 

- tidak baik (D) bobot 2,

- sangat tidak baik (E) bobot 1. 

Berbeda halnya dengan indikator kuantitatif, yang dipakai 

yaitu harga satuannya.

b. Metode Pusat Titik Berat (Center of Gravity Method)

Metode ini cocok diterapkan untuk melakukan pemilihan lokasi 

tunggal dari pabrik yang akan didirikan dengan mempertimbangkan 

sumber bahan, misalnya pemilihan lokasi kilang minyak dengan 

sumber bahan baku dari beberapa sumur minyak. Model ini dapat 

dipakai untuk memenuhi kebutuhan menetapkan lokasi baru, dan 

kebijakan relokasi.

c. Metode Transportasi (Transportation Method)

Metode transportasi dirancang untuk mendistribusikan 

produk dari beberapa sumber (pabrik atau gudang) ke beberapa 

daerah pemasaran. Metode ini untuk memecahkan masalah yang 

menyangkut pengiriman barang dari suatu tempat ke tempat yang 

lain. Langkah ini dilakukan dengan biaya distribusi yang minimum 

atau kontribusi yang maksimum. 

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam metode 

transportasi adalah: 

1) kapasitas pabrik sebagai sumber; 

2) kapasitas permintaan di wilayah pemasaran atau gudang 

sebagai tempat tujuan; 

3) biaya produksi masing-masing pabrik; 

4) biaya distribusi dari tempat asal ke tempat tujuan. 

Aplikasi metode transportasi akan meliputi pemecahan 

permasalahan seperti: 

1) penetapan suplai yang cukup untuk beberapa lokasi tujuan 

dari beberapa sumber dengan tingkat biaya minimum; 

2) pemilihan lokasi untuk fasilitas-fasilitas baru agar memenuhi 

kebutuhan pasar yang akan datang; 

3) penetapan berbagai macam bentuk/sumber produksi untuk 

memenuhi kapasitas produksi sesuai dengan permintaan yang 

akan datang.

-- 266

d. Metode Heuristik (Heuristics Method) 

Metode ini yaitu  metode pemilihan lokasi yang sangat 

baik diterapkan dalam usaha menentukan lokasi perusahaan jasa, 

layanan publik seperti rumah sakit, puskesmas, pemadam kebakaran 

serta supermarket.

2. Langkah-langkah dalam Menentukan Lokasi

Langkah-langkah dalam menentukan lokasi industri/

perusahaan sebaiknya dilakukan kegiatan pengambilan keputusan 

yang teratur dan terpimpin. Rangkaian kegiatan ini seharusnya 

dilaksanakan dengan mengikuti tahap-tahap berikut.

a. Merumuskan Sasaran Pemilihan Tempat Kedudukan 

Perusahaan

Sasaran pemilihan lokasi yaitu penentuan tempat yang dapat 

memberi  keuntungan bagi banyak pihak yang berkepentingan 

terhadap perusahaan yang terdiri atas pemilik, pengelola, tenaga kerja, 

konsumen, pemasok, warga  setempat, dan pemerintah.

b. Merumuskan Batas atau Kendala

ini  meliputi jumlah, jenis, dan harga seluruh sumber daya 

yang dibutuhkan dalam kegiatan pengolahan, termasuk batasan 

yang ditetapkan oleh pemerintah dalam bentuk peraturan.

c. Merumuskan Norma-norma Keputusan 

Norma keputusan dalam perencanaan lokasi yaitu suatu 

keadaan atau tingkat yang jika  sudah dicapai maka pilihan 

tempat lokasi sudah memenuhi syarat.

d. Menghubungkan Norma-norma Keputusan dengan Sasaran 

Pemilihan Lokasi

Sasaran pemilihan lokasi untuk mendapatkan kesempatan 

membayar pengangkutan yang paling kecil, sehingga norma-norma 

keputusan dapat dirumuskan. jika  norma-norma itu terpenuhi 

maka jumlah biaya pengangkutan akan timbul dalam jumlah yang 

paling kecil di antara berbagai pilihan atau kemungkinan.

e. Membentuk Model-model Pengambilan Keputusan

Suatu model yaitu penyederhanaan atas sifat-sifat yang 

sebenarnya dari suatu rangkaian kegiatan yang menunjukkan 

hubungan antara sebab dan akibat serta antara sasaran dan 

batasan. 

Model berbentuk kualitatif (hubungan sebab akibat menyangkut 

berbagai unsur yang tidak dapat dinyatakan dalam angka yang 

pasti) dan kuantitatif (seluruh unsur yang dipertimbangkan sudah 

diterjemahkan ke dalam angka-angka).

f. Menentukan Lokasi Terbaik

Lokasi terbaik yaitu yang memiliki  nilai (score) yang paling 

tinggi dan memenuhi syarat lebih dari satu yang memiliki  nilai 

yang sama.

3. Penentuan Lokasi Industri 

Selain memperlihatkan karakteristik dari kegiatan industrinya 

lokasi suatu industri juga memengaruhi pertumbuhan dan 

perkembangan industri ini . Banyak faktor yang memengaruhi 

keberadaan lokasi suatu industri. Oleh sebab  itu, pengambilan 

keputusan dalam merencanakan lokasi industri harus didasarkan pada 

pertimbangan yang matang dari faktor-faktor yang memengaruhinya. 

Pemilihan lokasi yang strategis yaitu  kerangka kerja yang 

perspektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersial. 

Artinya, lokasi ini  harus memiliki atau memberi  pilihan-

pilihan yang menguntungkan dari beberapa akses yang ada. Semakin 

strategis suatu lokasi industri, berarti akan semakin besar peluang 

keuntungan yang akan diperoleh. 

Dengan demikian, tujuan penentuan lokasi industri untuk 

memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi dan 

meraih pangsa pasar yang lebih luas.

-- 268

1. Kecenderungan Lokasi Industri 

a. Industri yang Cenderung Ditempatkan di Lokasi Bahan Baku

Pertimbangan yang dipakai  untuk menempatkan industri 

yang berorientasi pada bahan baku, di antaranya: 

1) industri yang mengolah bahan baku yang cepat rusak atau 

busuk, misalnya industri daging, industri ikan, industri bunga, 

dan industri susu;

2) industri yang mengolah bahan baku dalam jumlah besar atau 

barang curahan (bulk goods) dan biaya angkutannya cukup 

mahal, misalnya industri kayu dan industri pengolahan 

minyak bumi. Industri kelompok ini memiliki perbandingan 

kehilangan berat (weight loss) mencapai 75% atau lebih;

3) memiliki ketersedian bahan mentah yang cukup besar; 

4) biaya pengangkutan bahan mentah lebih mahal dari biaya 

pengangkutan barang jadi;

5) volume produksi lebih kecil dari bahan mentah sebab  adanya 

penyusutan.

b. Industri yang Cenderung Ditempatkan di Daerah Pemasaran

Pertimbangan yang dipakai  untuk menempatkan industri 

yang berorientasi di daerah pemasaran, di antaranya:

1) jika dalam pembuatan barang industri perbandingan kehilangan 

(susut) berat mencapai nol persen, biaya angkut untuk barang 

jadi lebih mahal dari biaya angkut untuk barang mentah. 

Misalnya, industri roti sebab  sesudah diolah beratnya tidak 

berbeda dengan bahan mentahnya;

2)  jika bahan mentah/baku mudah diperoleh, misalnya industri 

air mineral sebab  air bersih dianggap mudah diperoleh;

3) jika barang yang dihasilkan memerlukan ongkos tinggi sebab  

ukurannya relatif lebih besar, misalnya industri peti dan 

industri mebel;

-- 269

4) jika barang yang dihasilkan selalu mengalami perubahan yang 

cepat sebab  kaitannya dengan model dan mode yang sedang 

berkembang, misalnya industri konveksi;

5) jika biaya angkut barang jadi lebih mahal dari biaya angkut 

bahan mentah/baku;

6) jika produksi yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan 

lama; 

7) jika barang yang dihasilkan memerlukan pemasaran yang 

luas;

8) jika bahan baku yang dipakai  tahan lama.

c. Industri yang Cenderung Ditempatkan di Pusat-pusat 

Konsentrasi Penduduk

Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat 

konsentrasi penduduk, yaitu industri yang memerlukan tenaga 

kerja yang banyak. Industri ini bersifat padat karya, misalnya 

industri elektronika dan garmen. Industri ini berlokasi di tempat 

pemusatan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang murah dan 

terampil. Adapun industri yang memerlukan tenaga kerja dengan 

keahlian khusus dalam jumlah yang banyak, di antaranya industri 

kain batik dan industri kain bordir.

d. Industri yang Cenderung Ditempatkan di Lokasi Sumber 

Tenaga/Energi

Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/

energi yaitu industri yang banyak memerlukan sumber tenaga 

(listrik, minyak bumi, batu bara, gas, dan air). Misalnya industri 

peleburan baja/besi, industri pembangkit listrik tenaga air (PLTA), 

dan industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

e. Industri yang Cenderung Ditempatkan dengan Orientasi pada 

Biaya Pengangkutan

Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada 

biaya pengangkutan yaitu industri yang memerlukan sarana 

atau jaringan transportasi yang mudah dan baik, sehingga tidak 

-- 270

mengganggu jalur pemasaran. Industri ini memerlukan bahan 

mentah, pengolahan, dan pemasaran di satu tempat yang sama. 

Misalnya, industri air kemasan atau air karbonasi.

2. Orientasi Industri 

a. Industri yang Berorientasi pada Modal

Industri yang berorientasi pada modal yaitu industri yang 

memiliki produksi besar dan sangat vital secara ekonomis, dan 

memiliki pasar yang luas serta strategis untuk menarik modal asing. 

Misalnya, industri farmasi dan alat-alat kesehatan.

b. Industri yang Berorientasi pada Teknologi

Industri yang berorientasi pada teknologi yaitu industri yang 

membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus dan terdidik, 

serta telah menerapkan teknologi adaptif. Misalnya, industri 

pertanian, industri perikanan, industri pariwisata, dan industri 

perhotelan.

c. Industri yang Berorientasi pada Peraturan dan Perundang-

undangan

Industri yang berorientasi pada peraturan dan perundang-

undangan yaitu industri yang memerlukan kemudahan dalam 

perizinan dan sistem perpajakan.

d. Industri yang Berorientasi Lingkungan

Industri yang berorientasi pada lingkungan yaitu industri 

yang tidak merusak lingkungan, dengan cara memakai  teknologi 

atau proses industri yang ramah lingkungan. Cirinya hemat bahan 

baku dan sumber energi, serta tidak mencemari lingkungan, namun  

memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 

3. Aglomerasi Industri

Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang 

ideal, sangat dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau 

terkonsentrasinya industri di suatu wilayah tertentu yang dikenal 

-- 271

dengan istilah aglomerasi industri. Pemusatan industri dapat terjadi 

di suatu tempat terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan 

dalam kegiatan industri. 

a. Penyebab Terjadinya Aglomerasi Industri

Penyebab terjadinya aglomerasi industri, antara lain: 

1) terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan 

di suatu lokasi; 

2) kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor 

produksi tertentu; 

3) adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan 

dengan tata ruang dan fungsi wilayah; 

4) adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang 

pelayanan industri lainnya yang lengkap;

5) adanya ker ja  sama dan sal ing membutuhkan dalam 

menghasilkan suatu produk.

b. Model Aglomerasi Industri

Model aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini 

dapat dikategorikan menguntungkan, di antaranya: 

1) mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan sebab  

terjadi pemusatan kegiatan sehingga memudahkan dalam 

penanganannya; 

2) mengurangi kemacetan di perkotaan sebab  lokasinya dapat 

disiapkan di sekitar pinggiran kota;

3) memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri 

yang tidak mengikuti ketentuan yang telah disepakati; 

4) tidak mengganggu rencana tata ruang; 

5) dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah 

mungkin.

-- 272

c. Kawasan Aglomerasi Industri 

Di dalam aglomerasi industri dikenal istilah kawasan industri 

atau sering disebut industrial estate, yaitu suatu kawasan atau tempat 

pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan 

sarana dan prasarana, misalnya lahan dan lokasi yang strategis. 

Selain itu, ada  pula fasilitas penunjang lain, misalnya listrik, 

air, telepon, jalan, dan tempat pembuangan limbah, yang telah 

disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan industri.

Tujuan dibentuknya suatu kawasan industri (aglomerasi yang 

disengaja), antara lain untuk mempercepat pertumbuhan industri, 

memberi  kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong 

kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan ini , 

serta menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan 

lingkungan. 

Selain kawasan industri, dikenal juga istilah kawasan berikat 

(bonded zone). Kawasan berikat (bonded zone) yaitu  suatu 

kawasan dengan batas tertentu di wilayah pabean yang diberlakukan 

ketentuan khusus di bidang pabean. Ketentuan ini  mengatur 

lalu lintas pabean dari luar daerah atau dari dalam pabean Indonesia 

lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan 

negara lainnya, sampai barang ini  dikeluarkan untuk tujuan 

impor atau ekspor. Ada empat jenis keterkaitan yang memicu  

terjadinya industri berikat, yaitu keterkaitan produk, keterkaitan 

jasa, keterkaitan proses, dan keterkaitan subkontrak.

4. Relokasi Industri

Relokasi industri yaitu pemindahan industri dari negara 

maju ke negara berkembang. Alasan relokasi industri, yaitu: 

a. di negara berkembang upah buruh lebih murah dibandingkan 

dengan negara maju, 

b. mengurangi tingkat polusi atau pencemaran di negara 

maju,

c. negara yang dituju memiliki  tenaga kerja yang sesuai,

d. memperbesar dan memperluas usaha industri,

e. memperluas pemasaran hasil industri.

-- 273

Keuntungan relokasi industri bagi negara yang dituju, 

yaitu: 

a. menambah dan memperluas lapangan pekerjaan; 

b. menambah pendapatan negara dari sektor pajak; 

c. alih teknologi dari negara maju; 

d. permodalan langsung dari negara yang memindahkan 

industri.

5. Klasi kasi Industri 

Klasifikasi industri berdasar  kriteria masing-masing, yaitu 

sebagai berikut.

a. Klasi kasi Industri berdasar  Bahan Baku

1) Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh 

langsung dari alam. Misalnya, industri hasil pertanian, industri 

hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan.

2) Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih 

lanjut hasil-hasil industri lain. Misalnya, industri kayu lapis, 

industri pemintalan, dan industri kain.

3) Industri fasilitatif atau industri tersier. Kegiatan industrinya 

yaitu dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang 

lain. Misalnya, perbankan, perdagangan, angkutan, dan 

pariwisata.

b. Klasi kasi Industri berdasar  Tenaga Kerja

1) Industri rumah tangga, yaitu industri yang memakai  

tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki 

modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota 

keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala 

rumah tangga atau anggota keluarganya. Misalnya, industri 

anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri 

makanan ringan.

2) Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah 

sekitar 5 sampai 19 orang. Ciri industri kecil yaitu memiliki 

modal yang relatif kecil