an perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah
selanjutnya akan mengimplementasi strategi perusahaan
untuk mencapai tujuan perusahaan. Di dalam penelitian ini
dipakai Kepemilikan Institutional. Masalah yang sering
ditimbulkan dari Kepemilikan Institusi ini yaitu agency
conflict, dimana ada perbedaan kepentingan antara
pemilik saham institusi sebagai pengambil decision maker
utama dan para pemilik saham publik sebagai minority
ownern. Perbedaan kepentingan ini akan berpengaruh ter-
hadap Nilai Perusahaan.
Jumlah pemilik saham besar (large shareholders)
mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer
dalam perusahaan ,Dengan ada-
nya konsentrasi kepemilikan, maka para pemilik saham
besar seperti Investor Institusi akan dapat memonitor tim
manajemen secara lebih efektif dan dapat meningkatkan
nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu, konsen-
trasi kepemilikan keluarga juga dapat berpengaruh positif
pada nilai perusahaan.
Hasil-hasil di atas menunjukan bahwa Kepemilikan
Institusi berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Kepemi-
likan Institusi ini merupakan proporsi kepemilikan saham
oleh manajerial, publik ataupun Institusi. Didalam peneli-
tian ini dipakai pengukuran terhadap Kepemilikan Insti-
tusi dalam persepsi investor. Masalah yang sering ditim-
bulkan dari struktur kepemilkan ini yaitu agency problem ,
dimana ada kepentingan antara manajemen perusahaan
sebagai pengambil decision maker dan para pemilik saham
sebagai owner dari perusahaan tentunya perbedaan
kepentingan ini akan berpengaruh terhadap nilai perusa-
haan.
Konsentrasi kepemilikan memang mempunyai man-
faat kontrol manajemen. Namun juga berpotensi menimbul-
kan kerugian bagi perusahaan karena menurunkan nilai
perusahaan. Pemilik saham yang terkosentrasi akan lebih
mementingkan pemenuhan kesejahteraan lainnya ,Pemilik saham institusi yang majority, umum-
nya banyak yang berperan ganda sebagai agent dalam
melaksanakan hak kontrolnya dan berupaya untuk mengu-
tamakan kepentingannya sendiri. Trager dalam
menyatakan bahwa secara teoritik Kepemi-
likan Institusi dapat meningkatkan kinerja perusahaaan,
mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh agent
yang berupaya menguntungkan diri sendiri.
Kepemilikan Institusi merupakan alat untuk menja-
min agent (insider) agar bertindak yang terbaik bagi kepen-
tingan kemakmuran seluruh investor. Kepemilikan Institusi
jika merupakan majority shareholders sangat berkepenti-
ngan terhadap nilai pemilik saham. Dengan demikian, kon-
sentrasi Kepemilikan Institusi mampu meningkatkan nilai
perusahaan, dan juga nilai pemilik saham. Kepemilikan Ins-
titusi menunjukkan konfigurasi saham yang dimiliki dan
tergantung cara perusahaan memenuhi kebutuhan modal-
nya.
Umumnya metode keuangan yang dipakai yaitu
intern dan ekstern. Makin besar Kepemilikan Institusi,
makin besar kekuatan monitoring melalui voting power dan
mempengaruhi kebijakan. Secara teoritik, Kepemilikan Ins-
titusi akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, serta
meningkatkan peran serta kepemilikan saham dan akan
meminimalkan masalah keagenan, meningkatkan upaya
monitoring agent dan mengurangi persoalan free rider dalam
ekspropriasi jika diterapkan pada negara yang iklim hukum
investasinya baik.
Aktifitas monitoring kepemilikan institusi mampu
mengubah pengelolaan perusahaan yang meningkatkan
kemakmuran pemilik saham sehingga firm value meningkat.
Kepemilikan Institusi akan mendorong value driver untuk
bekerja lebih baik karena perusahaan dikelola atas dasar
best practice yang akhirnya akan meningkatkan nilai peru-
sahaan. Kepemilikan institusi dapat sebagai fungsi efekti-
vitas mekanisme yang bertujuan meminimalisasi masalah
keagenan, dengan penekanan khusus pada mekanisme legal
yang mencegah dilakukannya eksproriarsi atas minority
shareholders. menyatakan bahwa hubu-
ngan struktur kepemilikan dengan proksi Kepemilikan Ins-
titusi dan Nilai Perusahaan merupakan hubungan non-
monotonik yang di sebabkan adanya insentif yang dimiliki
oleh manajer dan manajer cenderung berusaha untuk
melakukan pensejajaran kepentingan dengan outsider
owners dengan cara meningkatkan kepemilikan saham, jika
nilai perusahaan yang berasal dari investasi meningkat.
Dengan kepentingan yang berbeda, antara prinsipal
(institusi dan publik)sering terjadi konflik kepentingan yang
potensial. Konflik kepentingan yang muncul disebut masa-
lah keagenan. Pada dasarnya, masalah keagenan terjadi
karena tidak adanya pemisahan antara kepemilikan dan
pengendalian perusahaan dari seluruh pemilik saham. Ada-
nya masalah keagenan di atas mengakibatkan perlunya
check dan balance oleh investor untuk mengurangi
kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh manajemen.
menyatakan bahwa Kepemi-
likan Institusi merupakan determinan pokok yang menen-
tukan sejauh mana masalah keagenan antara shareholders
(institusi dan publik). Berdasarkan perspektif ini, seharus-
nya Kepemilikan Institusi akan meminimalkan biaya resi-
dual yang ditimbulkan (tidak hanya memaksimumkan nilai
pemilik saham institusi). menjelaskan
bahwa kehadiran kepemilikan institusi dapat berperan
sebagai agent pengawas yang efektif untuk mengurangi
konflik keagenan, yaitu Kepemilikan Institusi dan Non
Institusi.
Semakin besar jumlah Kepemilikan Institusi, sema-
kin besar dominasi pengawasan investasi oleh kepemilikan
institusi. Kepemilikan Institusi dapat memiliki peran cam-
puran. Peran sebagai agent sekaligus sebagai principal,
sehingga ada hubungan antara Tobin‘s Q dan jumlah saham
perusahaan yang dimiliki insider (instituti ownership). secara empiris mengeksporasi hubu-
ngan antara Kepemilikan Institusi dan nilai perusahaan
yang diproksi dengan nilai Tobin‘s Q menyimpulkan bahwa
Kepemilikan Institusi mempengaruhi Nilai Perusahaan.
menunjukan Kepemi-
likan Institusi mempengaruhi nilai perusahaan.
bahwa kepemilikan saham dapat meningkatkan Nilai
Perusahaan. menemukan adanya
pengaruh Kepemilikan Institusi dengan kinerja perusahaan
yang diukur dengan Return On Assets (ROA) dan Tobin‘s Q.
Penelitian itu dilakukan pada perusahaan-perusahaan
publik di Amerika.
menegaskan bahwa tidak ada tingkat korelasi yang tinggi
antara indikator Kepemilikan Institusi dengan kinerja peru-
sahaan (yang diukur dengan Tobin‘s Q). Selain itu, konsen-
trasi kepemilikan institusi tidak berpengaruh pada nilai
perusahaan Penelitian yang dilakukan juga menguji pengaruh
Kepemilikan Institusi saham, leverage, faktor intern dan
faktor ekstern terhadap nilai perusahaan.
Dari hasil analisis yang dilakukan penelitian ter-
sebut membuktikan bahwa kepemilikan Institusi, tingkat
suku bunga, keadaan pasar modal, pertumbuhan pasar,
profitabilitas, dividen, ukuran perusahaan dan dividen
payout ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan, se-
dangkan variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Tingkat kepemilikan manajerial, ukuran perusa-
haan, EBIT/Sales dan Total Debt/Total Assets berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan, dan variabel
tingkat kepemilikan publik tidak berpengaruh secara signi-
fikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil
yang menemukan bukti bahwa ada pengaruh secara
signifikan Kepemilikan Instutisi terhadap nilai perusahaan,
sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh se-
cara signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Jenis pemegang institusi mempengaruhi nilai peru-
sahaan. Kepemilikan Institusi yang didasarkan pada teori
keagenan, idealnya diharapkan bisa berfungsi sebagai alat
untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka
akan menerima return atas dana yang mereka investasikan.
Pada saat para investor mendanai perusahaan, mereka
menghadapi risiko dan kadang-kadang besar kemung-
kinannya bahwa return investasi tidak hanya materinya,
karena manajer dan pemilik saham pengendali sering
melakukan ekspropriasi terhadap mereka. Ketika ekspro-
priasi terjadi oleh pemilik saham pengendali, maka muncul
transfer of value dari pemilik saham pengendali kepada
pemilik saham publik Hal ini
menyebabkan masalah keagenan.
Masalah keagenan dalam teori keagenan dapat ber-
implikasi terhadap nilai perusahaan karena pemilik saham
pengendali memiliki insentif dan kemampuan untuk mela-
kukan ekspropriasi terhadap minority shareholders. -
berbagai cara dapat dilakukan
oleh pemilik saham pengendali untuk ekspropriasi seperti
pencurian, dilusi investor luar melalui pengeluaran saham
kepada pihak dalam, gaji yang berlebihan, penjualan aset
kepada perusahaan lain yang dikendalikan pada harga yang
tidak wajar, penentuan harga transfer yang tidak wajar.
Dengan kepemilikan institusi yang sangat besar, sehingga
terjadinya ekspropriasi terhadap saham minoritas maka
persepsi investor akan menurun, dan hal ini akan mem-
pengaruhi penilaian perusahaan. tidak menemukan
pengaruh kepemilikan institusi dengan nilai perusahaan.
Pemilik mayoritas sangat berkepentingan untuk menjaga
reputasi perusahaan dan dirinya sebagai pemilik saham
pengendali. Kekuatan Kepemilikan Institusi untuk mengen-
dalikan perusahaan melalui hak kontrol memungkinkan
controling shareholders yang berasal dari keluarga untuk
memiliki kesempatan besar dan insentif untuk melakukan
ekspropriasi sumberdaya perusahaan untuk kepentinganya
sendiri sementara minority shareholders berhadapan dengan
biaya. Ekspropriasi yang dilakukan controling shareholders
dapat berbagai bentuk, misalnya konsumsi yang berlebihan,
menetapkan standar gaji yang tingi, mencuri kesempatan
berinvestasi, dan membuat proyek investasi yang tidak
efisien. Karakteristik kepemilikan perusahaan yang terkon-
sentrasi pada institusi
Kelemahan kepemilikan terkonsentrasi pada Kepe-
milikan Institusi yaitu apabila pemilik institusi semakin
berkuasa maka akan dapat mengendalikan perusahaan
tanpa batas , Peneliti lain menemukan bah-
wa hubungan negatif antara Kepemilikan Institusi dengan
nilai perusahaan karena investor yang memiliki jumlah hak
suara besar cenderung lebih menuju kepada kinerja yang
rendah. Hal ini karena pemilik saham yang jumlahnya besar
(large shareholders) memakai kekuatan (hak) suara
mereka untuk memperbaiki posisi mereka sendiri pada
pengeluaran shareholders lainnya.
Kepemilikan dalam jumlah besar dapat mendahulu-
kan kepentingan mereka sendiri yang mungkin sekali
bertentangan dengan pemilik lainnya. Selain itu Kepemili-
kan Institusi dapat menimbulkan konflik kepentingan anta-
ra majority shareholders (pengendali) dan minority sharehol-
ders, akibatnya kepemilikan ini dapat menurunkan nilai
perusahaan. Jumlah pemilik saham besar (large sharehol-
ders) mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku
manajer (agent) dalam perusahaan Pada umumnya investor Kepemilikan Institusi
merupakan pemilik saham yang cukup besar sekaligus
memiliki pendanaan yang besar.
bahwa Kepemilikan Institusi tidak berhasil meningkatkan
Nilai Perusahaan, yaitu kepemilikan institusi menurunkan
nilai perusahaan. Hal ini disebabkan investor institusi yang
merupakan majority shareholders sangat memonitor kinerja
dengan dominan karena besarnya akses informasi yang
diperoleh. Dalam hal Kepemilikan Institusi, semakin besar-
nya perusahaan dan luasan usahanya, pemilik tidak bisa
mengelola sendiri perusahaannya secara langsung sehingga
hal ini menjadi pemicu masalah keagenan. Dalam kaitannya
dengan Kepemilikan Institusi agency conflictt yang muncul
yaitu antara majority shareholders dan minority sharehol-
ders
Pada perusahaan publik, Kepemilikan Institusi ini
juga diinformasikan kepada investor dan untuk memenuhi
azaz transparansi dan akuntabilitas publik. Para investor
institusi yang kepemilikannya mayoritas dapat dengan
mudah mengakses informasi mengenai perusahaan yang
mereka butuhkan, sehingga kinerja perusahaan lebih
banyak ditentukan oleh strategi dan kebijakan manajemen
yang telah memperoleh amanah dari para pemilik saham.
Investor institusi sebagai majority shareholders sangat
berkepentingan untuk membangun reputasi perusahaan
melalui informasi yang diperoleh tanpa harus ekspropriasi
terhadap minority shareholders.
Para minority shareholders dan pasar saham akan
mendiskon harga pasar saham perusahaan itu ,
sehingga akan merugikan majority shareholders itu sendiri.
menyatakan bahwa
kepemilikan yaitu persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh direksi, manajer dan dewan komisaris. Adanya
Kepemilikan Institusi dalam sebuah perusahaan akan
menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusa-
haan meningkat sebagai akibat kepemilikan Institusi yang
meningkat. menganalisis bagaimana nilai perusahaan dipe-
ngaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak Institusi
yang menikmati manfaat dan yang tidak menikmati
manfaat. Dalam kerangka ini, peningkatan kepemilikan
Institusi akan mengurangi agency difficulties (kesulitan
agen) melalui pengurangan insentif bagi pemilik saham dan
mengambil alih kekayaan pemilik saham. Hal ini sangat
potensial dalam mengurangi alokasi sumber daya yang tidak
menguntungkan, yang pada gilirannya akan meningkatkan
nilai perusahaan. menyatakan bah-
wa hubungan Kepemilikan Institusi dan nilai perusahaan
merupakan hubungan non-monotonik.
Hubungan non-monotonik antara kepemilikan dan
nilai perusahaan disebabkan adanya insentif yang dimiliki
oleh pemilik saham institusi dan mereka cenderung beru-
saha untuk melakukan penyejajaran kepentingan dengan
outside owners dengan cara meningkatkan kepemilikan
saham mereka jika nilai perusahaan yang berasal dari
investasi meningkat. Mengurangi agency cost dapat dilaku-
kan dengan kontrol yang ketat. Dengan pengontrolan yang
ketat ini, manajer akan memakai utang pada tingkat
rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
financial distress dan risiko kebangkrutan.
menyatakan kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusi yaitu dua mekanisme
tatakelola perusahaan yang utama yang membantu me-
ngendalikan masalah keagenan.
kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan
kepentingan antara pemilik saham dengan manajer, sema-
kin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial akan
semakin baik kinerja perusahaan. Jika manajer diberi
kesempatan dalam kepemilikan institusi, maka seharusnya
motivasi dan produktifitasnya semakin membaik. Hal ini
akan meningkatkan kinerja perusahaan sehingga nilai
saham di pasar meningkat.
Dengan meningkatnya nilai pasar itu akan
meningkatkan persepsi inevestor dalam melakukan peni-
laian terhadap perusahaan bersangkutan. Deangan demi-
kian diidentifikasi pentingnya manajer ikut dalam penilikan
saham institusi. Kepemilikan institusi akan memiliki
pengaruh pada biaya keagenan dan konsekuensinya ber-
dampak pada kebijakan pembayaran dividen. Bila dividen
berfungsi sebagai cara bagi manajer untuk memberikan
penanda mengenai komitmen manajemen pada penciptaan
nilai di masa yang akan datang, maka tidak perlu mem-
bayar dividen dalam jumlah besar, dimana komitmen kepa-
da nilai pemilik saham akan dijamin melalui kepemilikan
institusi. Manajer yang memiliki saham perusahaan berarti
manajer itu sekaligus yaitu pemilik saham
Manajer yang memiliki saham institusi akan menye-
laraskan kepentingannya dengan kepentingan sebagai pemi-
lik saham institusi. Sementara dalam perusahaan tanpa
kepemilikan manajerial, manajer bukan pemilik saham
kemungkinan akan mementingkan kepentingannya sendiri.
Menurut Bebczuk (2005) menyatakan bahwa tatakelola
perusahaan, kepemilikan berpengaruh terhadap Kinerja
Perusahaan dan Kebijakan Deviden. Adanya kepemilikan
iInstitusi yang besar, maka seharusnya dapat memper-
tahankan efektivitas kontrol terhadap perusahaan. Supply
hipothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang dikontrol
oleh institusi memiliki debt agency cost kecil sehingga
meningkatkan pemakaian utang. Semakin terkonsentrasi
kepemilikan Institusi maka pengawasan yang dilakukan
pemilik terhadap manajemen dan perusahaan semakin
efektif. menyatakan bahwa dalam konsep
tanggung jawab sosial perusahaan sudah lama telah
memaksa perusahaan untuk mengelola perusahaan untuk
kepentingan semua stakeholder nya: pemilik saham dan
juga para kreditur, pelanggan, pemasok, karyawan, komu-
nitas, masyarakat, dan lingkungan. demikian tanggung
jawab untuk lebih dari sekedar pemilik saham perusahaan.
Umumnya perusahaan memilih untuk fokus secara eksk-
lusif pada pemilik saham dan memaksimalkan laba atas
investasi mereka di perusahaan.
Aspek yang menjadi perdebatan stakeholders
mengenai pengawasan pemilik saham institusi yang terlalu
tinggi karena jumlahnya yang mayoritas. Berbagai cara
dalam penerapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan mene-
kankan manajer agar memiliki keleluasaan dalam membuat
keputusan perusahaan yang terbaik bagi semua kepenti-
ngan konstituen perusahaan (stakeholder).
menyatakan bahwa beberapa usulan mengambil langkah
lebih lanjut dan meminta manajer untuk mengasumsikan
kewajiban bagi untuk karyawan, lingkungan, dan stakehol-
ders lainnya serta bagi pemilik saham perusahaan. Berbagai
kritik, seperti kebijakannya yang signifikan yang dibuat
manajer lebih sulit dimonitor, diukur kinerja mereka, dan
sebaliknya perlu cek dan pada tugas.
Manajer memaksimalkan nilai perusahaan jangka
panjang, membuat perusahaan lebih kompetitif. Hal ini
akan menjadi pertimbangan dalam menilai perusahaan
dalam keputusan mengenai Kepemilikan Institusi. Pemilik
saham berkepentingan memasukan pertimbangan aspek
tanggungjawab sosial perusahaan, khususnya controling
shareholders dalam Kepemilikan Institusi karena kelompok-
nya (large shareholders) akan lebih banyak menerima
manfaat dari kebijakan keuangan ini. Tujuan akhirnya
yaitu meksimalisasi kekayaan seluruh pemilik saham
melalu peningkatan Nilai Perusahaan akibat penilaian
investor terhadap Kepemilikan Institusi yang telah memper-
timbangkan pengungkapan informasi Tanggungjawab Sosial
Perusahaan.
Investor tidak hanya bertindak atas informasi dalam
Kepemilikan Institusi tetapi juga memanfaatkan informasi
sosial perusahaan sebagai pendukung. Investor akan meni-
lai dampak tindakan yang dipikirkan dan kepentingan
semua stakeholders sehingga didapat penilaian apa dan
bagaimana investasi dilanjutkan. Investor memperhatikan
semua kewajiban dan ketelitian tindakan yang diambil
manajer, termasuk faktor-faktor pendorong yang akan akan
ikut mempercepat pengaruh struktur kepemilkan yang ada
dalam perusahaan terhadap nilai perusahaan. Pilihan yang
terbaik yaitu memaksimalkan nilai jangka panjang
mereka. Pilihan ini akan sering lebih bertanggungjawab
sosial, juga memungkinkan semua kepentingan semua
pihak terhadap perusahaan dilakukan dengan baik
Berdasarkan ilmu manajemen, disiplin ilmu keua-
ngan memperluas literatur tanggungjawab sosial perusahaan
dengan mengeksplorasi apakah manajer memperkuat perta-
hanan strategi mereka melalui tindakan yang mengem-
bangkan hubungan dengan para pemangku kepentingan,
seperti karyawan, pelanggan, pemasok dan masyarakat
pada umumnya. Praktek ini disebut sebagai kinerja sosial
perusahaan. menyatakan bahwa manajemen kewajiban memiliki insentif untuk
menjadi hubungan antara pemilik saham non-lain pemang-
ku kepentingan, melalui Tanggungjawab Sosial Perusahan
ditingkatkan, untuk melemahkan tekanan monitoring dari
pemilik saham. Mereka memprediksi bahwa insentif mana-
jerial untuk meningkatkan Tanggungjawab Sosial Perusa-
han sangat kuat dalam efisiensi mekanisme tata kelola
internal. Selain itu, bahwa hal kombinasi strategi perta-
hanan dan tindakan tanggungjawab sosial terhadap Non-
Shareholder Stakeholders memiliki pengaruh negatif pada
kinerja keuangan perusahaan.
Paktek Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Peru-
sahaan menjadi topik yang banyak diperdebatkan selama
beberapa tahun terakhir. Selain itu, telah menarik minat
dari beberapa disiplin akademik. berpendapat bahwa, Tang-
gungjawab Sosial Perusahaan mejadi jembatan antara
tatakelola perusahaan dan teori stakeholders. CSR terkait
dengan dua pernyataan, yaitu: pertama, terkait masalah -
masalah pengelolaan kelompok-kelompok stakeholders yang
beragam. Kedua, bahwa manajemen stakeholders dapat
bermanfaat bagi perusahaan. . Hal
ini berarti bahwa investor akan melakukan penilaian
perusahaan dari aspek hubungan Kepemilikan Institusi
dengan stakeholders dengan mengasumsikan bahwa
Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusaahaan dapat
dijadikan sebagai sinyal yang menunjukan bagaimana
kebijakan operasional perusahaan.
Investor memerlukan informasi mengenai prospek
perusahaan yang akan dipilihnya sebagai tempat menanam
dana. Akan tetapi, sebagai pihak luar investor tidak
mengetahui seluruh informasi perusahaan sebanyak yang
diketahui manajemen Karena
itu, manajer yang memiliki informasi lebih baik memberikan
sinyal kepada investor tentang prospek perusahaan dimasa
mendatang. Manajer pada umumnya mempunyai motivasi
untuk menyampaikan informasi yang baik (good news)
mengenai perusahaannya kepada pihak luar secepat
mungkin. Informasi itu diharapkan dapat memberikan
sinyal yang meyakinkan sehingga publik akan terkesan
dalam hal ini akan terefleksi pada harga saham sekuritas.
Contoh penyampaian informasi-informasi dalam laporan
tahunan perusahaan mengenai pengungkapan Tanggung-
jawab Sosial Perusahan yang diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai prospek perusahan dimasa depan pada
investor.
Dari prespek ekonomi, perusahaan akan mengung-
kapkan suatu informasi jika informasi itu akan
meningkatkan nilai perusahaan dalam persepsi invstor.
Teridentifikasi juga bahwa diperlukan kebijakan untuk
memperhatikan kepentingan semua manajemen stakehol-
ders dalam bentuk kegiatan sosial perusahaan. Sehingga
tujuan perusahaan tidak hanya memaksimumkan kepenti-
ngan pemilik saham saja tetapi juga memperhatikan
kepantingan non shareholders stakeholders. Surroca &
Tribo (2009) juga melakaukan kajian mendalam pada hubu-
ngan antara Kepemilikan Institusi dan penyebab akibat
yang ditimbulkan. Jenis pemilikan saham dan kepekaan
sosialnya dapat memiliki pengaruh penting pada reaksi
investor kelompok kepentingan terhadap pemakaian stra-
tegi manajemen dengan tujuan sosial.
Investor harus cukup fleksibel untuk melakukan
penilaian terhadap jenis tinvestasi perusahaan tertentu
seperti perusahaan yang terkait dengan Tanggungjawab
Sosial Perusahan. Hal ini diperlukan untuk memastikan
pertumbuhan investasi mereka. Dalam hal ini, Kepemilikan
Institusi (ownership structure) yang paling dominan yaitu
kepemilikan institusi. Dengan demikian, Kepemilikan Insti-
tusi akan lebih berpengaruh positif terhadap nilai perusa-
haan jika manajemen perusahaan telah melakukan tang-
gungjawab sosial perusahaan antara lain untuk menghin-
dari berbagai tekanan faktor ekternal.
Bagi beberapa perusahaan menganggap bahwa
dengan tekanan faktor eksternal manajerial yang tinggi
akan menjadi cara yang sangat efektif untuk memperkuat
CSR dalam memperkuat pengaruh Kepemilikan Institusi
terhadap investasi yang menciptakan nilai perusahaan. Di
sisi lain, para pemangku kepentingan (stakeholders) telah
mengembangkan pribadi mereka sendiri yang bermanfaat,
sehingga tekanan eksternal berpengaruh sangat positif.
Kebijakan Tanggungjawab Sosial Perusahan yang mendu-
kung para pemangku kepentingan (stakeholders), kepenti-
ngan manajerial, serta menghambat tekanan eksternal dan
akibatnya memiliki konsekuensi negatif bagi kinerja
keuangan (Surroca & Tribo, 2009).
Perkembangan suatu organisasi dipengaruhi oleh
perbedaan fitur lingkungan, sehingga kesuksesan suatu
organisasi tergantung pada, faktor internal, umpan balik
dengan organisasi lainnya, interaksi eksternal organisasi.
Teori kontijensi dapat dipakai untuk menganalisis desain
dan sistem akuntansi manajemen untuk memberikan
informasi yang dapat dipakai perusahaan untuk berba-
gai macam tujuan (Otley, 1995) dan untuk menghada-
pi persaingan (Mia & Clarke,1999). Menurut Otley (1995)
Sistem pengendalian dipengaruhi oleh konteks dimana
mereka beroperasi dan perlu disesuaikan dengan kebutu-
han dan keadaan perusahaan. Suatu sistem pengendalian
akan berbeda-beda di tiap-tiap perusahaan yang berdasar-
kan pada faktor organisatoris dan faktor situasional seperti
pengungkapan sosial perusahaan.
Dalam menelaah penilaian perusahaan, Kenis
(1979) menyarankan untuk melibatkan variabel situasional
(seperti personalitas, sasaran yang sesuai, reward expec-
tancy, organisasional dan variabel lingkungan) sebagai
variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara
sistem pengendalian manajemen dan work outcomes.
Surroca & Tribo (2009) menyatakan bahwa mana-
jerial bisa melakukan beberapa kebijakan positif bila ada
tekanan eksternal yang berlebihan (tinggi) dari pasar keua-
ngan. Dalam situasi ini, manajer memiliki lebih banyak
kebebasan untuk menerapkan nilai dan meningkatkan
strategi, seperti yang terkait dengan kegiatan Tanggung-
jawab Sosial Perusahaan. Di sisi lain, ketika tekanan
eksternal tidak begitu tinggi, dibandingkan dengan tekanan
dari dalam perusahaan, pemakaian investasi Tanggung-
jawab Sosial Perusahan dapat memperburuk masalah kea-
genan. Penelitian empiris yang dilakukan 279 pada perusa-
haan internasional yang beroperasi di 22 negara yang
berbeda untuk periode 2002-2005 menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan ini berpartisipasi dalam dua kon-
teks kelembagaan yang berbeda: di mana tekanan pasar
keuangan yang intensif, atau bahwa negara-negara Eropa
Kontinental di mana mekanisme kontrol perusahaan yaitu
yang utama yaitu internal. Analisis dimensi spesifik Tang-
gungjawab Sosial Perusahan ini dilakukan dengan tujuan
untuk menentukan kelompok kepentingan yang paling
relevan untuk memperkuat variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Kelompok dalam struktur
kepemilikan perusahaan-perusahaan manufaktur di Indo-
nesia yang paling besar rata-rata komposisinya yaitu
kelompok kepemilikan institusi.
bahwa dalam konsep
Tanggungjawab Sosial Perusahaan sudah lama telah
memaksa perusahaan untuk mengelola perusahaan untuk
kepentingan semua stakeholder nya: pemilik saham dan
juga para kreditur, pelanggan, pemasok, karyawan, komu-
nitas, masyarakat, dan lingkungan. demikian tanggung
jawab untuk lebih dari sekedar pemilik saham perusahaan.
Umumnya perusahaan memilih untuk fokus secara eksk-
lusif pada pemilik saham dan memaksimalkan laba atas
investasi mereka di perusahaan. Aspek yang menjadi perde-
batan stakeholders mengenai pengawasan dan motivasi
manajer yang terlalu tinggi. Berbagai cara dalam penerapan
Tanggungjawab Sosial Perusahaan menekankan manajer
agar memiliki keleluasaan dalam membuat keputusan peru-
sahaan yang terbaik bagi semua kepentingan stakeholder
bagi peningkatan Nilai Perusahaan.
Dalam upaya meningkatkan Nilai Perusahaan, seha-
rusnya perusahaan tidak hanya memperhatikan sisi tata-
kelola perusahaan (proses dan struktur) dan melupakan
aspek Tanggungjawab Sosial Perusahan, karena keduanya
bukan suatu pilhan yang terpishakan, melainkan berjalan
beriringan untuk meningkatkan sustainability operasional
perusahaan. Perusahaan sebagai
organ (locus) yang berhubungan dengan berbagai pihak
yang berkepentingan (stakeholders) lainnya yang berada di
dalam maupun luar perusahaan. Jadi keberadaan perusa-
haan tidak hanya untuk memaksimumkan kekayaan pemi-
lik saham sebagai salah satu stakeholders, namun juga
melayani kepentingan stakeholders lainnya (maximizing
stakeholders value).
Manajer (agent) dalam mengambil keputusan akan
melihat dampaknya kesemua stakeholders dan berusaha
memaksimumkan manfaat dan meminimumkan kerugian
semua stakeholders sehingga tercapai keseimbangan antara
kepentingan berbagai pihak.
Dengan demikian jelas bahwa Tanggungjawab Sosial Peru-
sahan merupakan faktor yang penting untuk ikut dipertim-
bangkan dalam rangka memperkuat pengaruh Kepemilikan
Institusi.
menyatakan bahwa saat ini Tanggung-
jawab Sosial Perusahan merupakan faktor penting.
Perusahaan-perusahaan besar yang mengungkapkan kegia-
tan Tanggungjawab Sosial Perusahan, akan semakin baik
kinerjanya. Misalnya, jika laporan perusahaan mengenai
kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahan tidak memadai
akan menghadapi beberapa masalah dengan para stakehol-
der, baik sebagai investor dan pelanggan meningkatkan
perhatian menjadi perusahaan yang terlibat dalam kegiatan
Tanggungjawab Sosial Perusahan.
Tanggungjawab Sosial Perusahan mencakup semua
kegiatan organisasi yang berhubungan dengan organisasi
dan masyarakat. Hal ini mungkin termasuk; dukungan
karyawan (keselamatan, keamanan kerja, pembagian keun-
tungan, partisipasi karyawan, memperlakukan karyawan
secara adil dan merata dll), dukungan masyarakat (aktivitas
yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, kesehatan dan
perumahan mendukung terkait, filantropis kegiatan), pro-
duk/layanan (produk/kualitas layanan, keamanan produk,
pengiriman, penelitian dan pengembangan dll), dan lingku-
ngan pendukung seperti; mempertahankan lingkungan yang
ramah lingkungan, menghasilkan produk ramah lingku-
ngan, pengelolaan sampah, daur ulang dll ,
Sejalan dengan hasil penelitian
menyatakan bahwa persentase kepemilikan manajemen,
serta interaksi antara Tanggungjawab Sosial Perusahan
dengan persentase kepemilikan manajemen secara simultant
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan dengan reputasi Tanggungjawab Sosial
Perusahan tinggi dapat memperbaiki hubungan dengan
perbankan dan investor, sehingga dapat kemudahan dalam
memperoleh modal. Perusahaan dengan tingkat reputasi
Tanggungjawab Sosial Perusahan yang tinggi dapat mem-
perbaiki hubungan dengan investor, sehingga, dapat kemu-
dahan dalam perolehan modal. Perusahaan dengan reputasi
Tanggungjawab Sosial Perusahan tinggi juga dapat menarik
karyawan agar bekerja lebih baik atau meningkatkan
goodwill karyawan sehingga hal ini akan memperbaiki
Kinerja Perusahaan. Reputasi mempostulatkan pengaruh
reputasi sebagai mediator hubungan kinerja sosial dan
Kinerja Perusahaan , Dengan reputasi
ini diharapkan perhatian investor terhadap Kepemilikan
Institusi yang ada dalam perusahaan akan meningkat.
Dengan meningkatnya perhatian investor pada
Kepemilikan Institusi maka akan meningkatkan loyalitas
terhadap perusahaan itu . Loyalitas akan mepengaruhi
persepsi penilaian perusahaan oleh investor. Tanggung-
jawab Sosial Perusahaan dapat digambarkan sebagai keter-
sediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan
dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan
lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan
keuangan perusahaan atau laporan sosial terpisah.
Berdasarkan uraian di atas, hubungan Kepemilikan
Institusi dan Nilai Perusahaan dimoderassi Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial Perusahan ditunjukan dalam gambar 3.
sebagai berikut:
B. Implikasi Nilai Perusahaan, Kepemilikan Institusi
dan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial
1) Komitmen perusahaan
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan yang dimo-
derasi pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan,
terkait dengan komitmen perusahaan. Bahwa Pertang-
gungjawaban Sosial Perusahaan dapat menjadi berke-
lanjutan apabila program yang dibuat oleh suatu peru-
sahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari
segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu
sendiri. Tentunya tanpa adanya komitmen dan duku-
ngan dengan penuh antusias dari karyawan akan men-
jadikan program-program itu bagaikan program
penebusan dosa dari pemilik saham belaka. Tanggung-
jawab Sosial Perusahaan, baik terkait lingkungan, kar-
yawan, energi, konsumen, pemasok, dan sebagainya
memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan dan
nilai pasar saham.
2) Persepsi investor
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan yang dimo-
derasi Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusa-
haan (PTSP), bahwa PTSP akan menjadi faktor bagi
persepsi investor terhadap Nilai Perusahaan jika dilaku-
kan juga kebijakan dalam PTSP. Sebagian besar
pengungkapan tercakup dalam Laporan tahunan. Pen-
tingnya pengungkapan sosial lingkungan dengan Nilai
Perusahaan dilihat dari hubungan antara informasi
lingkungan diungkapkan dalam laporan tahunan dan
harga saham perusahaan. Perusahaan menanggapi
meningkatnya permintaan untuk informasi lingkungan
oleh investor. Dampak dari pengungkapan pada Nilai
Perusahaan, yaitu bahwa perusahaan dengan
lingkungan yang pengungkapan positif secara signifikan
maka akan lebih baik di pasar dibandingkan dengan
perusahaan yang mengungkapkan informasi lingkungan
negatif.
3) Akuntabilitas
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP)
terkait akuntabilitas, bahwa PTSP itu merupakan
pencerminan dari perlunya akuntabilitas perusahaan
atas pelaksanaan TSP. Manajer sebagai pengelola peru-
sahaan lebih banyak mengetahui informasi internal
khususnya social disclosure dibandingkan pemilik
saham. Sebagai pengelola, manajer berkewajiban mem-
berikan sinyal mengenai kondisi corporate action peru-
sahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat
dilakukan melalui pengungkapan informasi sosial peru-
sahaan seperti Tanggungjawab Sosial Perusahaan (TSP).
Situasi ini yang disebut sebagai informasi simetri, yaitu
suatu kondisi di mana terjadi keseimbangan perolehan
informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia
informasi (prepaper) dengan pihak pemilik saham
khususnya dan minority shareholders dan stakeholder
pada umumnya sebagai pengguna informasi.
4) Keputusan investasi dan pendanaan
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
(PTSP) terkait keputusan investasi dan pendana. Bahwa
bagi perusahaan yang terdaftar di bursa efek, kemak-
muran para pemilik saham diperlihatkan dalam wujud
semakin tingginya harga saham, yang merupakan
pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pen-
danaan dan kebijakan. Saham yaitu tanda bukti
kepemilikan atau keikutsertaan individu, institusi
dalam suatu perusahaan terbuka.
5) Keterlibatan stakeholder
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
PTSP terkait keterlibatan stakeholder. Bahwa perusa-
haan telah melibatkan stakeholder (karyawan dan
masyarakat) dalam kebijakan dan operasionalnya.
Dengan ikut melibatkan karyawan secara intensif, maka
nilai dari program-program itu akan memberikan
arti tersendiri yang sangat besar bagi perusahaan.
Tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan nilai
perusahaaan. Nilai Perusahaan akan terjamin tumbuh
secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan
memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan
hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan
antara kepentingankepentingan ekonomi, lingkungan
dan masyarakat. Dimensi itu ada di dalam
penerapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang
dilakukan perusahaan sebagai bentuk pencitraan per-
tanggungjawaban dan kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan di sekitar perusahaan.
6) Pengeluaran perusahaan
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
PTSP terkait pengeluaran perusahaan. Bahwa dalam
hasil content analysis Pengungkapan Tanggungjawab
Sosial Perusahaan terhadap annual report perusahaan
mengidikasikan munculnya pengeluaran berbasis com-
munity development memiliki multiflier effect yang cukup
besar. Bentuk pengeluaran itu , seperti penge-
luaran untuk pelatihan, pinjaman lunak UMKM, Kope-
rasi, bantuan sarana produksi pertanian, peralatan
produksi, keagamaan, rehabilitasi lingkungan sekitar,
pembangunan sarana pasar, pengolahan bekas pro-
duksi, kerajinan dan sejenisnya.
Pengeluaran dapat meringankan beban sosial
masyarakat dan lingkungan. Hal ini yang menjadi per-
hatian terbesar dari peran perusahaan dalam masya-
rakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan
kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan,
perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat
produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan atau-
pun bahaya bagi konsumen yaitu menjadi berita
utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada bebe-
rapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasa-
lahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum.
7) Maanfaat positif perusahaan
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP)
terkait manfaat positif perusahaan. Bahwa Pengung-
kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (PTSP) mem-
bawa manfaat positif yang penting bagi perusahaan,
yakni 4D: Diterima masyarakat; Didukung pemerintah;
Diminati konsumen; dan Ditemani LSM. Good CSR
sejalan dengan prinsip good corporate governance, yakni
fairness, transparency, accountability dan responsibility.
TSP yang baik tidak terfokus hanya pada benefit,
melainkan juga memerhatikan hasil dan proses. Proses
TSP terentang mulai dari engagement, assessment, plan
of action, action and facilitation, hingga evaluation and
termination or reformation. Perusahaan yang peduli dan
tidak peduli terhadap TSP berdasarkan analogi serang-
ga. Perusahaan kategori pertama laksana ulat, yang
memiliki model bisnis rakus dan tidak peduli pada
lingkungan sekelilingnya. Kategori kedua yaitu
perusahaan yang mirip belalang, model bisnis yang juga
eksploitatif dan degeneratif.
8) Kinerja ekonomi perusahaan
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP)
terkait kinerja ekonomi. Bahwa Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa pengungkapan informasi ling-
kungan memiliki kemampuan mempengaruhi kinerja
ekonomi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan
antara lain di dalam laporan yang disebut Sustainability
Reporting.
TSP menjadi berkelanjutan apabila program yang
dibuat oleh suatu perusahaan merupakan komitmen
bersama dari segenap unsur yang ada di dalam peru-
sahaan itu sendiri. Nilai Perusahaan akan terjamin
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila
perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial
dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan
keseimbangan antara kepentingan-kepentingan dimensi
ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Gunawan &
Utami (2008). Corporate Social Responsibility berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan, artinya bah-
wa TSP merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi
atau rendahnya Nilai Perusahaan.
9) Penerapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP)
terkait penerapan TSP internal. Bahwa setiap peru-
sahaan memiliki karakteritik dan situasi yang unik yang
berpengaruh terhadap bagaimana mereka menerapkan
tanggungjawab sosial. Dan setiap perusahaan memiliki
kondisi yang beragam dalam hal kesadaran akan isu
berkaitan dengan TSP serta beberapa banyak hal yang
telah dilakukan dalam hal mengimplementasikan pen-
dekatan TSP. Implementasi TSP yang dilakukan oleh
masing-masing perusahaan sangat bergantung kepada
internal perusahaan seperti; misi, budaya, lingkungan
dan profil risiko, serta kondisi operasional masing-
masing perusahaan.
10) Keagenan
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP)
terkait penerapan keagenan. Bahwa pengaruh Kepe-
milikan Institusi terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan ber-
pengaruh dapat ditinjau dari teori agensi. Adanya kon-
tradiksi penelitian-penelitian terdahulu terkait tang-
gungjawab sosial perusahaan, dapat diakibatkan karena
adannya faktor beliefs para investor sebagai principal
terhadap informasi yang dipublikasikan (pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan) oleh manajemen
sebagai agent.
11) Monitoring
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (PTSP)
terkait Monitoring. Bahwa pengaruh Kepemilikan Insti-
tusi terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi Pengung-
kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan berpengaruh
dapat ditinjau dari teori agensi Dengan adanya agency
problem, principal perlu menciptakan suatu sistem yang
dapat memonitor dan mengontrol prilaku agent supaya
memakai dana mereka secara efisien dan efektif
serta bertindak sesuai dengan harapan principal.
Adapun mekanisme pengendaliannya yaitu sebagai
berikut:
Pertama, Pemantauan. Principal dapat merancang
sistem pengendalian yang memantau
tindakan agent, menghalangi tindakan yang
meningkatkan kekayaan agent dengan
mengorbankan kepentingan principal.
Kedua, Kontrak intensif. Principal mungkin mencoba
untuk membatasi perbedaan referensi dengan
kontrak insentif yang sesuai. Semakin besar
penghargaan agent bergantung pada ukuran
kinerja, semakin banyak insentif yang ada
bagi agent untuk memperbaiki ukuran.
Ketiga, Kompensasi direksi dan manajemen serta
rencana kepemilikan saham. Suatu
perusahaan yang membayarkan bonus
kepada direksi dan manajemen-nya dalam
bentuk opsi saham merupakan suatu biaya
agensi yang ada dalam ukuran kompensasi
insentif.
Keempat, Manajer unit bisnis dan intensif berdasarkan
akuntansi. Hubungan antara manajemen unit
bisnis dan harga saham lebih jauh
dibandingkan dengan hubungan antara
usaha manajerial dan harga saham. yaitu
sulit untuk mengisolasi kontribusi yang
diberikan oleh unit bisnis individual terhadap
peningkatan dalam harga saham perusahaan.
12) Legitimasi
Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-
ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP)
terkait legitimasi. Bahwa atas dasar teori legitimasi,
teori sinyal dan teori keagenan, penelitian ini postulat
dan menguji dampak faktor pengungkapan tanggung-
jawab sosial perusahaan dalam memperkuat pengaruh
Kepemilikan Institusi terhadap Nilai Perusahaan. Studi
ini menemukan bahwa hasil estimasi mendukung
hipotesis bahwa ada pengaruh positif Kepemilikan
Institusi dengan Nilai Perusahaan yang dimoderasi
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.
13) Sinyal (Signaling)
Argumentasi mengenai Kepemilikan Institusi ber-
pengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP)
terkait informasi. Bahwa pengaruh Kepemilikan Institusi
terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh dapat
ditinjau dari teori sinyal (signaling theory). Asumsi uta-
ma dalam teori sinyal yaitu bahwa manajemen mem-
punyai sinyal informasi yang akurat tentang Nilai Peru-
sahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, dan
manajemen yaitu orang yang selalu berusaha memak-
simalkan insentif yang diharapkan.
Hal ini dapat berarti manajemen umumnya mem-
punyai informasi yang lebih lengkap dan akurat diban-
ding dengan pihak diluar perusahaan mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan. Asimetri
informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara
penuh menyampaikan semua informasi yang diketahui-
nya tentang semua hal yang dapat mempengaruhi Nilai
Perusahaan ke pasar modal.
13 Argumentasi loyalitas
Implikasi mengenai pengaruh Kepemilikan Insti-
tusi terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi Pengung-
kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan berpengaruh
dapat dikaitkan loyalitas konsumen. Bahwa penulis ini
juga memberikan bukti empiris bahwa untuk emiten
manufaktur di Indonesia jika perusahaan itu
sudah mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial
perusahaan dalam laporan tahunan (annual report) atau
secara spesifik dalam laporan keberlanjutan (sustaina-
bility reporting) akan meningkatkan Nilai Perusahaan.
Hal ini antara lain karena konsumen, masyarakat akan
lebih loyal untuk mengkonsumsi produk dari perusa-
haan yang melakukan pengungkapan informasi TSP dan
pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan
kesejahteraan pemilik saham.
Hasil penelitian ini menunjukkan juga bahwa
investor sudah memulai merespon dengan baik infor-
masi-informasi sosial yang disajikan perusahaan dalam
laporan tahunan. Semakin luas pengungkapan sosial
yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan ter-
nyata memberikan pengaruh terhadap volume perdaga-
ngan saham perusahaan dimana terjadi lonjakan per-
dagangan pada seputar publikasi loparan tahunan
sehingga meningkatkan Nilai Perusahaan.
14) Kapasitas masyarakat lokal.
Implikasi mengenai pengaruh Kepemilikan Insti-
tusi terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi Pengung-
kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan berpengaruh
dapat dikaitkan kapasitas masyarakat lokal. Bahwa
Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang
menyukai pendekatan semacam itu, karena tidak mam-
pu meningkatkan pemberdayaan atau kapasitas masya-
rakat lokal. Pendekatan community development kemu-
dian semakin banyak diterapkan karena lebih mende-
kati konsep empowerment dan sustainable development.
Kegiatan TSP yang dilakukan saat ini juga sudah mulai
beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
setempat berdasarkan needs assessment. Mulai dari
pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan,
program pencegahan penyakit melalui pendidikan kese-
hatan masyarakat, membangun fasilitas MCK untuk
masyarakat sekitar, memberikan kesempatan bekerja
secara produktif bagi penyandang cacat, pelatihan
untuk penyandang cacat, pemberian bantuan/pinjaman
modal bagi UKM, social forestry, pemberian beasiswa,
bantuan sosial, penyuluhan dan pencegahan HIV/AIDS,
penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlin-
dungan sosial berbasis masyarakat, pengobatan gratis
bagi masyarakat, dan sebagainya.
15) Keseimbangan lingkungan
Pengaruh mengenai Kepemilikan Institusi ter-
hadap Nilai Perusahaan dimoderasi Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial Perusahaan berpengaruh dapat
dikaitkan keseimbangan lingkungan. Bahwa Skema
pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan eko-
nomi, yang menjadikan sektor pertanian (pedesaan)
menjadi penopang industrialisasi ternyata tidak bisa
diharapkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pada satu sisi masyarakat desa harus
menerima kenyataan dimana laju perkembangan indus-
tri berlangsung melalui pengorbanan sektor pertanian
dan di sisi lain sumber-sumber agraria telah mengalami
pengurasan besar-besaran dan mengalami penurunan
kapasitas untuk melakukan pemulihan. Kehidupan
rakyat pedesaan tidak menjadi baik bahkan sebaliknya,
kemiskinan dan kesenjangan sosial serta keterbela-
kangan telah menjadi bagian dari hidup rakyat desa.
Terhadap situasi yang demikian, banyak penduduk desa
yang akhirnya pergi ke luar desa, mengadu nasib dan
sekaligus menyediakan tenaga murah bagi percepatan
industrialisasi.
PTSP Sebagai variabel moderasi pengaruh Kepe-
milikan Institusi terhadap Nilai Perusahaan, ada empat
model atau pola TSP yang diterapkan oleh perusahaan
di Indonesia, yaitu:
Pertama, Keterlibatan langsung. Perusahaan
menjalankan program TSP secara langsung
dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan
sosial atau menyerahkan sumbangan ke
masyarakat tanpa perantara,
Kedua, Melalui yayasan atau organisasi sosial
perusahaan,
Ketiga, Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan
dapat menyelenggarakan TSP melalui
kerjasama dengan lembaga sosial/organisasai
non-pemerintah, instansi pemerintah,
universitas atau media massa, baik dalam
mengelola dana maupun dalam
melaksanakan kegiatan sosialnya, Keempat,
Mendukung atau bergabung dalam
konsorsium.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa faktor
kepemilikan perusahaan yang dimoderasi PTSP dilaku-
kan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari
masyarakat. Pendapat ini didukung oleh Hendriksen
(2001) yang berpendapat bahwa keberadaan perusa-
haan yaitu untuk melayani kepentingan masyarakat
secara keseluruhan. Kepentingan pelayanan masyara-
kat oleh perusahaan berupa pengungkapan informasi
itu terlihat jelas.
Agar pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusa-
haan (TSP) agar berjalan baik, peran negara sangat pen-
ting dalam pengaturannya sebagai mandatory. Dalam
hal ini dalam rangka memperkut pengaruh kepemilikan
Institusi, diperlukan pengaturan PTSP yang lebih baik
dan pengawasannynya lebih ketat karena hal tersbut
memberikan pengaruh yang positif terhadap penilaian
perusahaan oleh investor, sehingga dampaknya yaitu ,
semakin baiknya investasi di Indonesia. Dengan demi-
kian, ada dua alasan mengapa TSP harus diatur
dalam hukum negara karena:
Pertama, Tidak ada kekuatan memaksa dari hukum
kebiasaan dan prinsip sukaerela, tanpa
diratifikasi dalam peraturan lokal sebuah
negara,
Kedua, Prinsip sukarela yang tidak mengikat tidak
akan memberikan efek apapun secara jelas
dan terukur (Fruest & Hyon. 2000).
Ketiga, Legitimasi masyarakat dapat diterapkan
dengan melakukan social disclosure,
perusahaan merasa keberadaan dan
aktivitasnya terlegitimasi. Dalam perspektif
ini, perusahaan akan menghindarkan adanya
peregulasian suatu aspek, yang dirasakan
akan lebih berat dari sisi cost karena mereka
melakukan. Karena pengaruh masyarakat
luas dapat menentukan alokasi sumber
keuangan dan sumber ekonomi lainnya,
perusahaan cenderung memakai
pengungkapan informasi lingkungan untuk
membenarkan atau melegitimasi aktivitas
perusahaan di mata masyarakat.
Nilai Perusahaan, Kinerja Keuangan,
dan Pengungkapan Tanggungjawab
Sosial Perusahaan
A. Konsep Nilai Perusahaan, Kinerja Keuangan, dan
Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Laporan keuangan memiliki sifat matematis, artinya
informasi-informasi yang disajikan dalam bentuk laporan
keuangan suatu badan usaha memiliki sifat saling berhu-
bungan (berartikulasi) atau tidak dapat dipisah-pisahkan
antara informasi yang satu dengan informasi lainnya. Jika
para pengguna ingin mendapatkan informasi secara utuh,
mereka harus memahami akuntansi dan informasi yang
dihasilkannya sehingga mereka dapat menyeleksi dan
menginterpretasikan angka-angka yang disajikan dalam
laporan keuangan secara lebih berdaya guna.
Dilihat dari kebiasaan para pengguna informasi keua-
ngan, dari jenis-jenis informasi yang dihasilkan oleh suatu
badan usaha, para pengguna sering hanya memfokuskan
pada informasi pada informasi kinerja keuangan (profitabi-
litas) dan komponen-komponennya.
Dapat dipahami mengapa para pemakai informasi
kinerja keuangan berperilaku demikian. Jumlah laba yang
dihasilkan dapat memberikan informasi tentang kemam-
puan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal
dari operasi perusahaan (laba permanen) juga yang berasal
dari peristiwa lainnya yang bersifat tidak permanen (laba
transitory). Dari angka-angka itu para pengguna infor-
masi dapat menghitung baik return on investment (ROI)
maupun rasio yang sejenisnya dan memakai hasil
itu sebagai dasar untuk mengambil keputusan ekono-
mis yaitu investasi.
Kebiasaan pengguna itu menjadikan informasi
earnings memainkan suatu peranan yang signifikan dalam
proses pengambilan keputusan oleh pengguna penyedia
(preparer) laporan keuangan yang diterbitkan. Artinya
manajemen berusaha untuk mengelola earnings dalam
usahanya membuat entitas tampak bagus secara finansial.
Manajer memiliki kepentingan yang sangat kuat dalam
pemilihan kebijakan akuntansi. Mereka juga dapat mene-
tapkan kebijakan akuntansi yang secara alamiah diharap-
kan dapat memaksimumkan utilitas mereka serta nilai
pasar perusahaan. Inilah yang disebut dengan earnings
management (Scott, 2000). Pertimbangan utama dalam
kebijakan earning management dalam keputusan investasi
itu yaitu informasi laba.
Pengambilan keputusan investasi dengan mengguna-
kan informasi tunggal (laba) dapat menyesatkan dan berak-
hir pada kerugian. Informasi lain selain laba yang dapat
dipakai sebagai pembanding dan sekaligus sebagai kon-
trol atas informasi laba yaitu informasi arus kas. Dalam
hal ini dibutuhkan informasi lain, misalnya informasi
Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan untuk
memperkuat hubungan kinerja keuangan dalam laporan
keuangan terhadap penilaian perusahaan oleh investor.
Black (1998) melakukan pengujian atas relevansi nilai
earnings atau cash flow dihubungkan dengan daur hidup
emiten (life cycle).
Hasil penelitian mengenai pengaruh Kinerja Keua-
ngan terhadap Nilai Perusahaan yang tidak konsisten
menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi.
Hasil itu mendorong peneliti untuk memasukkan
Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi.
Persepsi perusahaan tidak hanya memandang laba
sebagai satu-satunya tujuan tetapi ada tujuan yang lainnya
yaitu kepedulian terhadap lingkungan, karena perusahaan
mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding
hanya mencari laba untuk pemilik saham (Gray., et. al,
2000 dan Uwuigbe, 2011). Hal ini berdampak positif terha-
dap perusahaan, selain membangun image yang baik di
mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan ter-
hadap sosial lingkungan, juga akan menaikkan laba perusa-
haan melalui peningkatan penjualan. Peningkatan penjua-
lan saham ini akan meningkatkan penerimaan melalui
loyalitas investor dan merupakan tujuan perusahaan.
Tujuan perusahaan dalam jangka panjang yaitu
mencari keuntungan shareholders. Pada umumnya yang
diungkapkan yaitu informasi yang sifatnya positif menge-
nai perusahaan. Laporan itu menjadi alat public
relation perusahaan dan bukan sebagai bentuk akunta-
bilitas perusahaan ke publik. Hasil lainnya yaitu reaksi
pasar modal terhadap kinerja perusahaan yang melakukan
pengungkapan informasi Tanggungjawab Sosial Perusahan
dengan baik yaitu positif, sehingga pengungkapan infor-
masi Tanggungjawab Sosial Perusahan lebih bermanfaat
bagi stakeholder lainnya. Manajer tidak hanya bertindak
atas informasi keuangan dan juga memanfaatkan informasi
sosial sebagai pendukung. Manajer akan menilai dampak
tindakan yang dipikirkan investor dan semua stakeholders
sehingga didapat penilaian apa dan bagimana investasi
dilanjutkan.
Investor memperhatikan semua kewajiban dan kete-
litian tindakan yang diambil manajer, termasuk faktor-fak-
tor pendorong yang akan akan ikut mempercepat pengaruh
Kepemilkan Institusi yang ada dalam perusahaan terhadap
nilai perusahaan. Pilihan yang terbaik yaitu memak-
simalkan nilai jangka panjang mereka. Pilihan ini akan
sering lebih bertanggungjawab sosial, juga, memungkinkan
semua kepentingan semua pihak terhadap perusahaan
dilakukan dengan baik Sneirson (2007).
Selain informasi keuangan yang diwajibkan, perusa-
haan juga melakukan pengungkapan sosial yang sifatnya
sukarela. Perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi
dengan memperlihatkan tanggungjawab sosial melalui
pengungkapan CSR dalam media termasuk dalam laporan
tahunan perusahaan (Haniffa & Cooke, 2005 dalam Hossain
& Hammami, 2009). Perusahaan memperoleh banyak man-
faat dari pengungkapan informasi Tanggungjawab Sosial
Perusahan (TSP) apabila dipraktekkan dengan sungguh-
sungguh, diantaranya dapat mempererat komunikasi
dengan stakeholders. Kinerja Keuangan merupakan issu
sentral dalam literatur keuangan. Dalam kaitannya dengan
aktifitas bisnis internal, serta untuk meraih competitive
advantage dan memperluas pangsa pasar mempengaruhi
kinerja keuangan yang dicapai. Dengan alasan kepentingan
pertimbnagan Kinerja Keuangan yang mempertimbangkan
Pengungkapan TSP, maka penerapan Tanggungjawab Sosial
Perusahan tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan
investasi perusahaan.
Seiring dengan adanya perkembangan Tanggung-
jawab Sosial Perusahan, perusahaan mulai menyadari
untuk mengungkapkan sebuah laporan yang tidak hanya
berpijak pada single bottom line, yaitu kondisi keuangan
perusahaan saja tetapi berpijak pada triple bottom line, yaitu
selain informasi keuangan juga menyediakan informasi
sosial dan lingkungan, yang kemudian disebut sustainability
report. Sustainability Report ini disusun dengan pedoman
(standar) Global Reporting Initiative (GRI) yang telah dikem-
bangkan sejak tahun 1990 dan disusun tersendiri terpisah
dari laporan keuangan atau laporan tahunan.
Titisari (2009) menyatakan bahwa kesadaran tentang
pentingnya mempraktikan Tanggungjawab Sosial Perusahan
ini menjadi trend global seiring dengan semakin maraknya
kepedulian mengutamakan stakeholders. Kemajuan tekno-
logi informasi dan keterbukaan pasar, perusahaan harus
secara serius dan terbuka memperhatikan TSP. Era glo-
balisasi cenderung masyarakat lebih pintar dalam memilih
produk, yang diproduksi oleh perusahaan yang peduli
terhadap lingkungan dan melaksanakan Tangungjawab
Sosial Perusahaan, karena mudahnya akses informasi mela-
lui internet. Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan
dengan pelaksanan Tanggungjawab Sosial Perusahan,
antara lain produk semakin dissukai oleh konsumen dan
perusahaan diminati investor.
Dengan uraian di atas, nampak bahwa Pengung-
kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan dapat dipakai
sebagai alat marketing dan strategy bagi perusahaan bila
hal itu dilaksanakan konsiten dan berkelanjutan. Untuk
melaksanakan TSP berarti perusahaan akan mengeluarkan
sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban
yang mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit peru-
sahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan
Tanggungjawab Sosial Perusahan, citra perusahaan akan
semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi.
Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu
yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin
membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan Pengung-
kapan Tanggungjawan Sosial Perusahaan (PTSP), diharap-
kan tingkat penerimaan perusahaan juga meningkat.
Pengungkapan mencakup penyediaan informasi yang
diwajibkan oleh pemerintah melalui Bapepam walaupun
sebagian kecil masih ada yang sudah melaksanakan secara
yang secara sukarela (voluntary). Dengan demikian terin-
dikasi bahwa pengungkapan informasi Tanggungjawab
Sosial Perusahan itu merupakan pencerminan dari
perlunya akuntabilitas perusahaan atas pelaksanaan Tang-
gungjawab Sosial Perusahaan, sehingga stakeholders dapat
menilai pelaksanaan kegiatan itu . mengklaim bahwa manajer
memiliki insentif untuk menerapkan kebijakan sosial peru-
sahaan sehingga untuk berkolusi dengan para stakeholders
dan melindungi terhadap tindakan kuat pemilik saham.
Namun, praktek-praktek sosial perusahaan dapat dibenar-
kan dengan alasan yang beragam. Dalam konteks penelitian
ini akan dipakai variabel kontingen TSP untuk melihat
pengaruhnya terhadap hubungan antara kinerja keuangan
dengan nilai perusahaan. Tanggungjawab Sosial Perusahan
merupakan strategi yang dipakai oleh perusahaan
sebagai akibat dari desakan lingkungan di sekitar perusa-
haan.
Dalam UU No. 40, 2007, dinyatakan bahwa perusa-
haan yang aktifitasnya dalam sektor atau yang berhubu-
ngan dengan sumber daya alam harus menerapkan Tang-
gungjawab Sosial Perusahan. Tuntutan dari para stakehol-
der dan lingkungan telah ‗memaksa‘ perusahaan agar kebe-
radaan perusahaan diapresiasi secara positif oleh stakehol-
der sehingga tercapai tingginya Nilai Perusahaan. Dengan
alasan memperkuat hubungan Kinerja Keungan dan Nilai
Perusahaan, maka Tanggungjawab Sosial Perusahaan sema-
kin mendapat perhatian dalam praktek bisnis global dan
menjadi salah satu kriteria dalam menilai tanggung jawab
sosial suatu perusahaan. Para pemimpin perusahaan-peru-
sahaan dunia semakin menyada