menilai perusahaan 2

 




an perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah 

selanjutnya akan mengimplementasi strategi perusahaan 

untuk mencapai tujuan perusahaan. Di dalam penelitian ini 

dipakai  Kepemilikan Institutional. Masalah yang sering 

ditimbulkan dari Kepemilikan Institusi ini yaitu  agency 

conflict, dimana ada  perbedaan kepentingan antara 

pemilik saham  institusi sebagai pengambil decision maker 

utama dan para pemilik saham publik sebagai minority 

ownern. Perbedaan kepentingan ini akan berpengaruh ter-

hadap Nilai Perusahaan.  

Jumlah pemilik saham besar (large shareholders) 

mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer 

dalam perusahaan ,Dengan ada-

nya konsentrasi kepemilikan, maka para pemilik saham 

besar seperti Investor Institusi akan dapat memonitor tim 

manajemen secara lebih efektif dan dapat meningkatkan 

nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu, konsen-

trasi kepemilikan keluarga juga  dapat berpengaruh positif 

pada nilai perusahaan.  

Hasil-hasil di atas menunjukan bahwa Kepemilikan 

Institusi berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Kepemi-

likan Institusi ini merupakan proporsi kepemilikan saham 

oleh manajerial, publik ataupun Institusi. Didalam peneli-

tian ini dipakai  pengukuran terhadap Kepemilikan Insti-

tusi dalam persepsi investor. Masalah yang sering ditim-

bulkan dari struktur kepemilkan ini yaitu  agency problem , 

dimana ada  kepentingan antara manajemen perusahaan 

sebagai pengambil decision maker  dan para pemilik saham 

sebagai owner dari perusahaan tentunya perbedaan 

kepentingan ini akan berpengaruh terhadap nilai perusa-

haan.

Konsentrasi kepemilikan memang mempunyai man-

faat kontrol manajemen. Namun juga berpotensi menimbul-

kan kerugian bagi perusahaan karena menurunkan nilai 

perusahaan. Pemilik saham yang terkosentrasi akan lebih 

mementingkan pemenuhan kesejahteraan lainnya ,Pemilik saham institusi yang majority, umum-

nya banyak yang berperan ganda sebagai agent dalam 

melaksanakan hak kontrolnya dan berupaya untuk mengu-

tamakan kepentingannya sendiri. Trager dalam 

menyatakan bahwa secara teoritik Kepemi-

likan Institusi dapat meningkatkan kinerja perusahaaan, 

mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh agent  

yang berupaya menguntungkan diri sendiri.  

Kepemilikan Institusi merupakan alat untuk menja-

min agent (insider) agar bertindak yang terbaik bagi kepen-

tingan kemakmuran seluruh investor. Kepemilikan Institusi 

jika merupakan majority shareholders sangat berkepenti-

ngan terhadap nilai pemilik saham. Dengan demikian, kon-

sentrasi Kepemilikan Institusi mampu meningkatkan nilai 

perusahaan, dan juga nilai pemilik saham. Kepemilikan Ins-

titusi menunjukkan konfigurasi saham yang dimiliki dan 

tergantung cara perusahaan memenuhi kebutuhan modal-

nya.  

Umumnya metode keuangan yang dipakai  yaitu  

intern dan ekstern. Makin besar Kepemilikan Institusi, 

makin besar kekuatan monitoring melalui voting power dan 

mempengaruhi kebijakan. Secara teoritik, Kepemilikan Ins-

titusi akan berpengaruh terhadap nilai  perusahaan, serta 

meningkatkan peran serta kepemilikan saham dan akan 

meminimalkan masalah keagenan, meningkatkan upaya 

monitoring agent dan mengurangi persoalan free rider dalam 

ekspropriasi jika diterapkan pada negara yang iklim hukum 

investasinya baik. 

Aktifitas monitoring kepemilikan institusi mampu 

mengubah pengelolaan perusahaan yang meningkatkan 

kemakmuran pemilik saham sehingga firm value meningkat.

Kepemilikan Institusi akan mendorong value driver untuk 

bekerja lebih baik karena perusahaan dikelola atas dasar 

best practice yang akhirnya akan meningkatkan nilai peru-

sahaan. Kepemilikan institusi dapat sebagai fungsi efekti-

vitas mekanisme yang bertujuan meminimalisasi masalah 

keagenan, dengan penekanan khusus pada mekanisme legal 

yang mencegah dilakukannya eksproriarsi atas minority 

shareholders.  menyatakan bahwa hubu-

ngan struktur kepemilikan dengan proksi Kepemilikan  Ins-

titusi dan Nilai Perusahaan merupakan hubungan non-

monotonik  yang di sebabkan adanya insentif yang dimiliki 

oleh manajer dan manajer cenderung berusaha untuk 

melakukan pensejajaran kepentingan dengan outsider 

owners dengan cara meningkatkan kepemilikan saham, jika 

nilai perusahaan yang berasal dari investasi meningkat.  

Dengan kepentingan yang berbeda, antara prinsipal 

(institusi dan publik)sering terjadi konflik kepentingan yang 

potensial. Konflik kepentingan yang muncul disebut masa-

lah keagenan. Pada dasarnya, masalah keagenan terjadi 

karena tidak adanya pemisahan antara kepemilikan dan 

pengendalian perusahaan dari seluruh pemilik saham. Ada-

nya masalah keagenan di atas mengakibatkan perlunya 

check dan balance oleh investor untuk mengurangi 

kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh manajemen.  

 menyatakan bahwa Kepemi-

likan Institusi merupakan determinan pokok yang menen-

tukan sejauh mana masalah keagenan antara shareholders 

(institusi dan publik). Berdasarkan perspektif ini, seharus-

nya Kepemilikan Institusi akan meminimalkan biaya resi-

dual yang ditimbulkan (tidak hanya memaksimumkan nilai 

pemilik saham institusi). menjelaskan 

bahwa kehadiran kepemilikan institusi dapat berperan 

sebagai agent pengawas yang efektif untuk mengurangi 

konflik keagenan, yaitu Kepemilikan Institusi dan Non 

Institusi.  

Semakin besar jumlah Kepemilikan Institusi, sema-

kin besar dominasi pengawasan investasi oleh kepemilikan 

institusi. Kepemilikan Institusi dapat memiliki peran cam-

puran. Peran sebagai agent sekaligus sebagai principal, 

sehingga ada hubungan antara Tobin‘s Q dan jumlah saham 

perusahaan yang dimiliki insider (instituti ownership). secara empiris mengeksporasi hubu-

ngan antara Kepemilikan Institusi dan nilai perusahaan 

yang diproksi dengan nilai Tobin‘s Q menyimpulkan bahwa 

Kepemilikan Institusi mempengaruhi Nilai Perusahaan. 

menunjukan Kepemi-

likan Institusi mempengaruhi nilai perusahaan.  

bahwa kepemilikan saham dapat meningkatkan Nilai 

Perusahaan.  menemukan adanya 

pengaruh Kepemilikan Institusi dengan kinerja perusahaan 

yang diukur dengan Return On Assets (ROA) dan Tobin‘s Q. 

Penelitian itu  dilakukan pada perusahaan-perusahaan 

publik di Amerika. 

menegaskan bahwa  tidak ada tingkat korelasi yang tinggi 

antara indikator Kepemilikan Institusi dengan kinerja peru-

sahaan (yang diukur dengan Tobin‘s Q). Selain itu, konsen-

trasi kepemilikan institusi tidak berpengaruh pada nilai 

perusahaan Penelitian yang dilakukan  juga menguji pengaruh 

Kepemilikan Institusi saham, leverage, faktor intern dan 

faktor ekstern terhadap nilai perusahaan.  

Dari hasil analisis yang dilakukan penelitian ter-

sebut membuktikan bahwa kepemilikan Institusi, tingkat 

suku bunga, keadaan pasar modal, pertumbuhan pasar, 

profitabilitas, dividen, ukuran perusahaan dan dividen 

payout ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan, se-

dangkan variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh 

terhadap nilai perusahaan.   

Tingkat kepemilikan manajerial, ukuran perusa-

haan, EBIT/Sales dan Total Debt/Total Assets berpengaruh 

secara signifikan terhadap nilai perusahaan, dan variabel 

tingkat kepemilikan publik tidak berpengaruh secara signi-

fikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil  

yang menemukan bukti bahwa ada  pengaruh secara 

signifikan Kepemilikan Instutisi terhadap nilai perusahaan, 

sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh se-

cara signifikan terhadap Nilai Perusahaan. 

Jenis pemegang institusi mempengaruhi nilai peru-

sahaan. Kepemilikan Institusi yang didasarkan pada teori 

keagenan, idealnya diharapkan bisa berfungsi sebagai alat 

untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka 

akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. 

Pada saat para investor mendanai perusahaan, mereka 

menghadapi risiko dan kadang-kadang besar kemung-

kinannya bahwa return investasi tidak hanya materinya, 

karena manajer dan pemilik saham pengendali sering  

melakukan ekspropriasi terhadap mereka. Ketika ekspro-

priasi terjadi oleh pemilik saham pengendali, maka muncul 

transfer of value dari pemilik saham pengendali  kepada 

pemilik saham publik Hal ini 

menyebabkan masalah keagenan. 

Masalah keagenan dalam teori keagenan dapat ber-

implikasi terhadap nilai perusahaan karena pemilik saham 

pengendali memiliki insentif dan kemampuan untuk mela-

kukan ekspropriasi terhadap minority shareholders. -

berbagai cara dapat dilakukan 

oleh pemilik saham pengendali untuk ekspropriasi seperti 

pencurian, dilusi investor luar melalui pengeluaran saham 

kepada pihak dalam, gaji yang berlebihan, penjualan aset 

kepada perusahaan lain yang dikendalikan pada harga yang 

tidak wajar, penentuan harga transfer yang tidak wajar. 

Dengan kepemilikan institusi yang sangat besar, sehingga 

terjadinya ekspropriasi terhadap saham minoritas maka 

persepsi investor akan menurun, dan hal ini akan mem-

pengaruhi penilaian perusahaan.  tidak menemukan 

pengaruh kepemilikan institusi dengan nilai perusahaan. 

Pemilik mayoritas sangat berkepentingan untuk menjaga 

reputasi perusahaan dan dirinya sebagai pemilik saham 

pengendali. Kekuatan Kepemilikan Institusi untuk mengen-

dalikan perusahaan melalui hak kontrol memungkinkan 

controling shareholders yang berasal dari keluarga untuk 

memiliki kesempatan besar dan insentif untuk melakukan 

ekspropriasi sumberdaya perusahaan untuk kepentinganya 

sendiri sementara minority shareholders berhadapan dengan 

biaya.  Ekspropriasi yang dilakukan controling shareholders 

dapat berbagai bentuk, misalnya konsumsi yang berlebihan, 

menetapkan standar gaji yang tingi, mencuri kesempatan 

berinvestasi, dan membuat proyek investasi yang tidak 

efisien. Karakteristik kepemilikan perusahaan yang terkon-

sentrasi pada institusi 

Kelemahan kepemilikan terkonsentrasi pada Kepe-

milikan Institusi yaitu  apabila pemilik institusi semakin 

berkuasa maka akan dapat mengendalikan perusahaan 

tanpa batas , Peneliti lain menemukan bah-

wa hubungan negatif antara Kepemilikan Institusi dengan 

nilai perusahaan karena investor yang memiliki jumlah hak 

suara besar cenderung lebih menuju kepada kinerja yang 

rendah. Hal ini karena pemilik saham yang jumlahnya besar 

(large shareholders) memakai  kekuatan (hak)  suara 

mereka untuk memperbaiki posisi mereka sendiri pada 

pengeluaran shareholders lainnya.   

Kepemilikan dalam jumlah besar dapat mendahulu-

kan kepentingan mereka sendiri yang mungkin sekali 

bertentangan dengan pemilik lainnya. Selain itu Kepemili-

kan Institusi dapat menimbulkan konflik kepentingan anta-

ra majority shareholders (pengendali) dan minority sharehol-

ders, akibatnya kepemilikan ini dapat menurunkan nilai 

perusahaan. Jumlah pemilik saham besar (large sharehol-

ders) mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku 

manajer (agent) dalam perusahaan  Pada umumnya investor Kepemilikan Institusi   

merupakan pemilik saham yang cukup besar sekaligus 

memiliki pendanaan yang besar.  

bahwa Kepemilikan Institusi tidak berhasil meningkatkan 

Nilai Perusahaan, yaitu kepemilikan institusi menurunkan 

nilai perusahaan.  Hal ini disebabkan investor institusi yang 

merupakan majority shareholders  sangat memonitor kinerja 

dengan dominan karena besarnya akses informasi yang 

diperoleh. Dalam hal Kepemilikan Institusi, semakin besar-

nya perusahaan dan luasan usahanya, pemilik tidak bisa 

mengelola sendiri perusahaannya secara langsung sehingga 

hal ini menjadi pemicu masalah keagenan. Dalam kaitannya 

dengan Kepemilikan Institusi agency conflictt  yang muncul 

yaitu  antara majority shareholders dan minority  sharehol-

ders 

Pada perusahaan publik, Kepemilikan Institusi ini 

juga diinformasikan kepada investor dan untuk memenuhi 

azaz transparansi dan akuntabilitas publik. Para investor 

institusi yang kepemilikannya mayoritas dapat dengan 

mudah mengakses informasi mengenai perusahaan yang 

mereka butuhkan, sehingga kinerja perusahaan lebih 

banyak ditentukan oleh strategi dan kebijakan manajemen 

yang telah memperoleh amanah dari para pemilik saham. 

Investor institusi sebagai majority shareholders sangat 

berkepentingan untuk membangun reputasi perusahaan 

melalui informasi yang diperoleh tanpa harus  ekspropriasi 

terhadap minority  shareholders.  

Para minority  shareholders dan pasar saham akan 

mendiskon harga pasar saham perusahaan itu , 

sehingga akan merugikan majority shareholders itu sendiri.  

menyatakan bahwa 

kepemilikan yaitu  persentase kepemilikan saham yang 

dimiliki oleh direksi, manajer dan dewan komisaris. Adanya 

Kepemilikan Institusi dalam sebuah perusahaan akan 

menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusa-

haan meningkat sebagai akibat kepemilikan Institusi yang 

meningkat. menganalisis bagaimana nilai perusahaan dipe-

ngaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak Institusi 

yang menikmati manfaat dan yang tidak menikmati 

manfaat. Dalam kerangka ini, peningkatan kepemilikan 

Institusi akan mengurangi agency difficulties (kesulitan 

agen) melalui pengurangan insentif bagi pemilik saham dan 

mengambil alih kekayaan pemilik saham. Hal ini sangat 

potensial dalam mengurangi alokasi sumber daya yang tidak 

menguntungkan, yang pada gilirannya akan meningkatkan 

nilai perusahaan. menyatakan bah-

wa hubungan Kepemilikan Institusi dan nilai perusahaan 

merupakan hubungan non-monotonik.  

Hubungan non-monotonik antara kepemilikan dan 

nilai perusahaan disebabkan adanya insentif yang dimiliki 

oleh pemilik saham institusi dan mereka cenderung beru-

saha untuk melakukan penyejajaran kepentingan dengan 

outside owners dengan cara meningkatkan kepemilikan 

saham mereka jika nilai perusahaan yang berasal dari 

investasi meningkat. Mengurangi agency cost dapat dilaku-

kan dengan  kontrol yang ketat. Dengan pengontrolan yang 

ketat ini, manajer akan memakai  utang pada tingkat 

rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya 

financial distress dan risiko kebangkrutan.  

menyatakan kepemilikan 

manajerial dan kepemilikan institusi yaitu  dua mekanisme 

tatakelola perusahaan yang utama yang membantu me-

ngendalikan masalah keagenan. 

kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan 

kepentingan antara pemilik saham dengan manajer, sema-

kin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial akan 

semakin baik kinerja perusahaan. Jika manajer diberi 

kesempatan dalam kepemilikan institusi, maka seharusnya 

motivasi dan produktifitasnya semakin membaik. Hal ini 

akan meningkatkan kinerja perusahaan sehingga nilai 

saham di pasar meningkat.  

Dengan meningkatnya nilai pasar itu  akan 

meningkatkan persepsi inevestor dalam melakukan peni-

laian terhadap perusahaan bersangkutan. Deangan demi-

kian diidentifikasi pentingnya manajer ikut dalam penilikan 

saham institusi. Kepemilikan institusi akan memiliki 

pengaruh pada biaya keagenan dan konsekuensinya ber-

dampak pada kebijakan pembayaran dividen. Bila dividen 

berfungsi sebagai cara bagi manajer untuk memberikan 

penanda mengenai komitmen manajemen pada penciptaan 

nilai di masa yang akan datang, maka tidak perlu mem-

bayar dividen dalam jumlah besar, dimana komitmen kepa-

da nilai pemilik saham akan dijamin melalui kepemilikan 

institusi. Manajer yang memiliki saham perusahaan berarti 

manajer itu  sekaligus yaitu  pemilik saham 

Manajer yang memiliki saham institusi akan menye-

laraskan kepentingannya dengan kepentingan sebagai pemi-

lik saham institusi. Sementara dalam perusahaan tanpa 

kepemilikan manajerial, manajer bukan pemilik saham 

kemungkinan akan mementingkan kepentingannya sendiri. 

Menurut Bebczuk (2005) menyatakan bahwa tatakelola 

perusahaan, kepemilikan berpengaruh terhadap Kinerja 

Perusahaan dan Kebijakan Deviden. Adanya kepemilikan 

iInstitusi yang besar, maka seharusnya dapat memper-

tahankan efektivitas kontrol terhadap perusahaan. Supply 

hipothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang dikontrol 

oleh institusi memiliki debt agency cost kecil sehingga 

meningkatkan pemakaian  utang. Semakin terkonsentrasi 

kepemilikan Institusi maka pengawasan yang dilakukan 

pemilik terhadap manajemen dan perusahaan semakin 

efektif.   menyatakan bahwa dalam konsep 

tanggung jawab sosial perusahaan sudah lama telah 

memaksa perusahaan untuk mengelola perusahaan untuk 

kepentingan semua stakeholder nya: pemilik saham dan 

juga para kreditur, pelanggan, pemasok, karyawan, komu-

nitas, masyarakat, dan lingkungan. demikian tanggung 

jawab untuk lebih dari sekedar pemilik saham perusahaan. 

Umumnya perusahaan memilih untuk fokus secara eksk-

lusif pada pemilik saham dan memaksimalkan laba atas 

investasi mereka di perusahaan.  

Aspek yang menjadi perdebatan stakeholders 

mengenai pengawasan pemilik saham institusi yang terlalu 

tinggi karena jumlahnya yang mayoritas. Berbagai cara 

dalam penerapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan mene-

kankan manajer agar  memiliki keleluasaan dalam membuat 

keputusan perusahaan yang terbaik bagi semua kepenti-

ngan konstituen perusahaan (stakeholder). 

menyatakan bahwa beberapa usulan mengambil langkah 

lebih lanjut dan meminta manajer untuk mengasumsikan 

kewajiban bagi untuk karyawan, lingkungan, dan stakehol-

ders lainnya serta bagi pemilik saham perusahaan. Berbagai 

kritik, seperti kebijakannya yang signifikan yang dibuat 

manajer lebih sulit dimonitor, diukur kinerja mereka, dan 

sebaliknya perlu cek dan pada tugas.   

Manajer memaksimalkan  nilai perusahaan jangka 

panjang, membuat perusahaan lebih kompetitif. Hal ini 

akan menjadi pertimbangan dalam menilai perusahaan 

dalam keputusan mengenai Kepemilikan Institusi. Pemilik  

saham berkepentingan memasukan pertimbangan aspek 

tanggungjawab sosial perusahaan, khususnya controling 

shareholders dalam Kepemilikan Institusi karena kelompok-

nya (large shareholders) akan lebih banyak menerima 

manfaat dari kebijakan keuangan ini. Tujuan akhirnya 

yaitu  meksimalisasi kekayaan seluruh pemilik saham 

melalu peningkatan Nilai Perusahaan akibat penilaian 

investor terhadap Kepemilikan Institusi yang telah memper-

timbangkan pengungkapan informasi Tanggungjawab Sosial 

Perusahaan.  

Investor tidak hanya bertindak atas informasi dalam 

Kepemilikan Institusi tetapi juga memanfaatkan informasi 

sosial perusahaan sebagai pendukung. Investor akan meni-

lai dampak tindakan yang dipikirkan dan kepentingan 

semua stakeholders sehingga didapat penilaian apa dan 

bagaimana investasi dilanjutkan. Investor memperhatikan 

semua kewajiban dan ketelitian tindakan yang diambil 

manajer, termasuk faktor-faktor pendorong yang akan akan 

ikut mempercepat pengaruh struktur kepemilkan yang ada 

dalam perusahaan terhadap nilai perusahaan. Pilihan yang 

terbaik yaitu  memaksimalkan nilai jangka panjang 

mereka. Pilihan ini akan sering lebih bertanggungjawab 

sosial, juga memungkinkan semua kepentingan semua 

pihak terhadap perusahaan dilakukan dengan baik 

Berdasarkan ilmu manajemen, disiplin ilmu keua-

ngan  memperluas literatur tanggungjawab sosial perusahaan 

dengan mengeksplorasi apakah manajer memperkuat perta-

hanan strategi mereka melalui tindakan yang mengem-

bangkan hubungan dengan para pemangku kepentingan, 

seperti karyawan, pelanggan, pemasok dan masyarakat 

pada umumnya. Praktek ini disebut sebagai kinerja sosial 

perusahaan. menyatakan bahwa manajemen kewajiban memiliki insentif untuk 

menjadi hubungan antara pemilik saham non-lain pemang-

ku kepentingan, melalui Tanggungjawab Sosial Perusahan 

ditingkatkan, untuk melemahkan tekanan monitoring dari 

pemilik saham. Mereka memprediksi bahwa insentif mana-

jerial untuk meningkatkan Tanggungjawab Sosial Perusa-

han sangat kuat dalam efisiensi mekanisme tata kelola 

internal. Selain itu, bahwa hal kombinasi strategi perta-

hanan dan tindakan tanggungjawab sosial terhadap Non-

Shareholder Stakeholders  memiliki pengaruh negatif pada 

kinerja keuangan perusahaan.  

Paktek Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Peru-

sahaan menjadi  topik yang banyak diperdebatkan selama 

beberapa tahun terakhir. Selain itu, telah menarik minat 

dari beberapa disiplin akademik. berpendapat bahwa, Tang-

gungjawab Sosial Perusahaan mejadi jembatan antara 

tatakelola perusahaan dan teori stakeholders. CSR terkait 

dengan dua pernyataan, yaitu: pertama, terkait masalah - 

masalah pengelolaan kelompok-kelompok stakeholders yang 

beragam. Kedua, bahwa manajemen stakeholders dapat 

bermanfaat bagi perusahaan. . Hal 

ini berarti bahwa investor akan melakukan penilaian 

perusahaan dari aspek hubungan Kepemilikan Institusi 

dengan stakeholders dengan mengasumsikan bahwa 

Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusaahaan dapat 

dijadikan sebagai sinyal yang menunjukan bagaimana 

kebijakan operasional perusahaan. 

Investor memerlukan informasi mengenai prospek 

perusahaan yang akan dipilihnya sebagai tempat menanam 

dana. Akan tetapi, sebagai pihak luar investor tidak 

mengetahui seluruh informasi perusahaan sebanyak yang 

diketahui manajemen Karena 

itu, manajer yang memiliki informasi lebih baik memberikan 

sinyal kepada investor tentang prospek perusahaan dimasa 

mendatang. Manajer pada umumnya mempunyai motivasi 

untuk menyampaikan informasi yang baik (good news) 

mengenai perusahaannya kepada pihak luar secepat 

mungkin. Informasi itu  diharapkan dapat memberikan 

sinyal yang meyakinkan sehingga publik akan terkesan 

dalam hal ini akan terefleksi pada harga saham sekuritas. 

Contoh penyampaian informasi-informasi dalam laporan 

tahunan perusahaan mengenai pengungkapan Tanggung-

jawab Sosial Perusahan yang diharapkan dapat memberikan 

informasi mengenai prospek perusahan dimasa depan pada 

investor.  

Dari prespek ekonomi, perusahaan akan mengung-

kapkan suatu informasi jika informasi itu  akan 

meningkatkan nilai perusahaan dalam persepsi invstor. 

Teridentifikasi juga bahwa diperlukan kebijakan untuk 

memperhatikan kepentingan semua manajemen stakehol-

ders dalam bentuk kegiatan sosial perusahaan.  Sehingga 

tujuan perusahaan tidak hanya memaksimumkan kepenti-

ngan pemilik saham saja tetapi juga memperhatikan 

kepantingan non shareholders stakeholders. Surroca &  

Tribo (2009) juga melakaukan kajian mendalam pada hubu-

ngan antara Kepemilikan Institusi dan penyebab akibat 

yang ditimbulkan. Jenis pemilikan saham dan kepekaan 

sosialnya dapat memiliki pengaruh penting pada reaksi 

investor kelompok kepentingan terhadap pemakaian  stra-

tegi manajemen dengan tujuan sosial.  

Investor harus cukup fleksibel untuk melakukan 

penilaian terhadap jenis tinvestasi perusahaan tertentu 

seperti perusahaan yang terkait dengan Tanggungjawab 

Sosial Perusahan. Hal ini diperlukan untuk memastikan 

pertumbuhan investasi mereka. Dalam hal ini, Kepemilikan 

Institusi (ownership structure) yang paling dominan yaitu  

kepemilikan institusi. Dengan demikian, Kepemilikan Insti-

tusi akan lebih berpengaruh positif terhadap nilai perusa-

haan jika manajemen perusahaan telah melakukan tang-

gungjawab sosial perusahaan antara lain untuk menghin-

dari berbagai tekanan faktor ekternal.  

Bagi beberapa perusahaan menganggap bahwa 

dengan tekanan faktor eksternal manajerial yang tinggi 

akan menjadi cara yang sangat efektif untuk memperkuat  

CSR dalam  memperkuat pengaruh Kepemilikan Institusi 

terhadap investasi yang menciptakan nilai perusahaan. Di 

sisi lain, para pemangku kepentingan  (stakeholders) telah 

mengembangkan pribadi mereka sendiri yang bermanfaat, 

sehingga tekanan eksternal berpengaruh sangat positif. 

Kebijakan Tanggungjawab Sosial Perusahan yang mendu-

kung para pemangku kepentingan (stakeholders), kepenti-

ngan manajerial, serta menghambat tekanan eksternal dan 

akibatnya memiliki konsekuensi negatif bagi kinerja 

keuangan (Surroca  &  Tribo, 2009). 

Perkembangan suatu organisasi dipengaruhi oleh 

perbedaan fitur lingkungan, sehingga kesuksesan suatu 

organisasi tergantung pada, faktor internal, umpan balik 

dengan organisasi lainnya, interaksi eksternal organisasi. 

Teori kontijensi dapat dipakai  untuk menganalisis desain 

dan sistem akuntansi manajemen untuk memberikan 

informasi yang dapat dipakai  perusahaan untuk berba-

gai macam tujuan (Otley, 1995) dan untuk menghada-

pi persaingan (Mia & Clarke,1999). Menurut Otley (1995) 

Sistem pengendalian dipengaruhi oleh konteks dimana 

mereka beroperasi dan perlu disesuaikan dengan kebutu-

han dan keadaan perusahaan. Suatu sistem pengendalian 

akan berbeda-beda di tiap-tiap perusahaan yang berdasar-

kan pada faktor organisatoris dan faktor situasional seperti 

pengungkapan sosial perusahaan.  

 Dalam menelaah penilaian perusahaan, Kenis 

(1979) menyarankan untuk melibatkan variabel situasional 

(seperti personalitas, sasaran yang sesuai, reward expec-

tancy, organisasional dan variabel lingkungan) sebagai 

variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara 

sistem pengendalian manajemen dan work outcomes.   

Surroca & Tribo (2009) menyatakan bahwa mana-

jerial bisa melakukan beberapa kebijakan positif bila ada 

tekanan eksternal yang berlebihan (tinggi) dari pasar keua-

ngan. Dalam situasi ini, manajer memiliki lebih banyak 

kebebasan untuk menerapkan nilai dan meningkatkan 

strategi, seperti yang terkait dengan kegiatan Tanggung-

jawab Sosial Perusahaan. Di sisi lain, ketika tekanan 

eksternal tidak begitu tinggi, dibandingkan dengan tekanan 

dari dalam perusahaan, pemakaian  investasi Tanggung-

jawab Sosial Perusahan dapat memperburuk masalah kea-

genan. Penelitian empiris yang dilakukan 279 pada perusa-

haan internasional yang beroperasi di 22 negara yang 

berbeda untuk periode 2002-2005 menunjukkan bahwa 

perusahaan-perusahaan ini berpartisipasi dalam dua kon-

teks kelembagaan yang berbeda: di mana tekanan pasar 

keuangan yang intensif, atau bahwa negara-negara Eropa 

Kontinental di mana mekanisme kontrol perusahaan yaitu  

yang utama yaitu  internal. Analisis dimensi spesifik Tang-

gungjawab Sosial Perusahan ini  dilakukan dengan tujuan 

untuk menentukan kelompok kepentingan yang paling 

relevan untuk memperkuat variabel-variabel yang dapat 

mempengaruhi nilai perusahaan. Kelompok dalam struktur  

kepemilikan perusahaan-perusahaan manufaktur di Indo-

nesia yang paling besar rata-rata komposisinya yaitu  

kelompok kepemilikan institusi.  

 bahwa dalam konsep 

Tanggungjawab Sosial Perusahaan sudah lama telah 

memaksa perusahaan untuk mengelola perusahaan untuk 

kepentingan semua stakeholder nya: pemilik saham dan 

juga para kreditur, pelanggan, pemasok, karyawan, komu-

nitas, masyarakat, dan lingkungan. demikian tanggung 

jawab untuk lebih dari sekedar pemilik saham perusahaan. 

Umumnya perusahaan memilih untuk fokus secara eksk-

lusif pada pemilik saham dan memaksimalkan laba atas 

investasi mereka di perusahaan. Aspek yang menjadi perde-

batan stakeholders mengenai pengawasan dan motivasi 

manajer yang terlalu tinggi. Berbagai cara dalam penerapan 

Tanggungjawab Sosial Perusahaan menekankan manajer 

agar memiliki keleluasaan dalam membuat keputusan peru-

sahaan yang terbaik bagi semua kepentingan stakeholder 

bagi peningkatan Nilai Perusahaan. 

Dalam upaya meningkatkan Nilai Perusahaan, seha-

rusnya perusahaan tidak hanya memperhatikan sisi tata-

kelola perusahaan (proses dan struktur) dan melupakan 

aspek Tanggungjawab Sosial Perusahan, karena keduanya 

bukan suatu pilhan yang terpishakan, melainkan berjalan 

beriringan untuk meningkatkan sustainability operasional 

perusahaan. Perusahaan sebagai 

organ (locus)  yang berhubungan dengan berbagai pihak 

yang berkepentingan (stakeholders) lainnya yang berada di 

dalam maupun luar perusahaan. Jadi keberadaan perusa-

haan tidak hanya untuk memaksimumkan kekayaan pemi-

lik saham sebagai salah satu stakeholders, namun juga 

melayani kepentingan stakeholders lainnya (maximizing 

stakeholders value).  

Manajer (agent) dalam mengambil keputusan akan 

melihat dampaknya kesemua stakeholders dan berusaha 

memaksimumkan manfaat dan meminimumkan kerugian 

semua stakeholders sehingga tercapai keseimbangan antara 

kepentingan berbagai pihak. 

Dengan demikian jelas bahwa Tanggungjawab Sosial Peru-

sahan merupakan faktor yang penting untuk ikut dipertim-

bangkan dalam rangka memperkuat pengaruh Kepemilikan 

Institusi. 

menyatakan bahwa saat ini Tanggung-

jawab Sosial Perusahan merupakan faktor penting.  

Perusahaan-perusahaan besar yang mengungkapkan kegia-

tan Tanggungjawab Sosial Perusahan, akan semakin baik 

kinerjanya. Misalnya, jika laporan perusahaan mengenai 

kegiatan Tanggungjawab Sosial Perusahan tidak memadai 

akan menghadapi beberapa masalah dengan para stakehol-

der, baik sebagai investor dan pelanggan meningkatkan 

perhatian menjadi perusahaan yang terlibat dalam kegiatan 

Tanggungjawab Sosial Perusahan.   

Tanggungjawab Sosial Perusahan mencakup semua 

kegiatan organisasi yang berhubungan dengan organisasi 

dan masyarakat. Hal ini mungkin termasuk; dukungan 

karyawan (keselamatan, keamanan kerja, pembagian keun-

tungan, partisipasi karyawan, memperlakukan karyawan 

secara adil dan merata dll), dukungan masyarakat (aktivitas 

yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, kesehatan dan 

perumahan mendukung terkait, filantropis kegiatan), pro-

duk/layanan (produk/kualitas layanan, keamanan produk, 

pengiriman, penelitian dan pengembangan dll), dan lingku-

ngan pendukung seperti; mempertahankan lingkungan yang 

ramah lingkungan, menghasilkan produk ramah lingku-

ngan, pengelolaan sampah, daur ulang dll ,

Sejalan dengan hasil penelitian 

menyatakan bahwa persentase kepemilikan manajemen, 

serta interaksi antara Tanggungjawab Sosial Perusahan 

dengan persentase kepemilikan manajemen secara simultant 

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.  

Perusahaan dengan reputasi Tanggungjawab Sosial 

Perusahan tinggi dapat memperbaiki hubungan dengan 

perbankan dan investor, sehingga dapat kemudahan dalam 

memperoleh modal. Perusahaan dengan tingkat reputasi 

Tanggungjawab Sosial Perusahan yang tinggi dapat mem-

perbaiki hubungan dengan investor, sehingga, dapat kemu-

dahan dalam perolehan modal. Perusahaan dengan reputasi 

Tanggungjawab Sosial Perusahan tinggi  juga dapat menarik 

karyawan agar bekerja lebih baik atau meningkatkan 

goodwill karyawan sehingga hal ini akan memperbaiki 

Kinerja Perusahaan. Reputasi mempostulatkan pengaruh 

reputasi sebagai mediator hubungan kinerja sosial dan 

Kinerja Perusahaan , Dengan reputasi 

ini diharapkan perhatian investor terhadap Kepemilikan 

Institusi yang ada dalam perusahaan akan meningkat.  

 Dengan meningkatnya perhatian investor pada 

Kepemilikan Institusi maka akan meningkatkan loyalitas 

terhadap perusahaan itu . Loyalitas akan mepengaruhi 

persepsi penilaian perusahaan oleh investor. Tanggung-

jawab Sosial Perusahaan dapat digambarkan sebagai  keter-

sediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan 

dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan 

lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan 

keuangan perusahaan atau laporan sosial terpisah.  

Berdasarkan uraian di atas, hubungan Kepemilikan 

Institusi dan Nilai Perusahaan dimoderassi Pengungkapan 

Tanggungjawab Sosial Perusahan ditunjukan dalam gambar 3.  

sebagai berikut: 


B. Implikasi Nilai Perusahaan, Kepemilikan Institusi 

dan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial 

 

1) Komitmen perusahaan 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan yang dimo-

derasi pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan, 

terkait dengan komitmen perusahaan. Bahwa Pertang-

gungjawaban Sosial Perusahaan dapat menjadi berke-

lanjutan apabila program yang dibuat oleh suatu peru-

sahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari 

segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu 

sendiri. Tentunya tanpa adanya komitmen dan duku-

ngan dengan penuh antusias dari karyawan akan men-

jadikan program-program itu  bagaikan program 

penebusan dosa dari pemilik saham belaka.  Tanggung-

jawab Sosial Perusahaan, baik terkait lingkungan, kar-

yawan, energi, konsumen, pemasok, dan sebagainya 

memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan dan 

nilai pasar saham.  

 

2) Persepsi investor 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan yang dimo-

derasi Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusa-

haan (PTSP), bahwa PTSP akan menjadi faktor bagi 

persepsi investor terhadap Nilai Perusahaan jika dilaku-

kan juga kebijakan dalam PTSP. Sebagian besar 

pengungkapan tercakup dalam Laporan tahunan. Pen-

tingnya pengungkapan sosial lingkungan dengan Nilai 

Perusahaan dilihat dari hubungan antara informasi 

lingkungan diungkapkan dalam laporan tahunan dan 

harga saham perusahaan. Perusahaan menanggapi 

meningkatnya permintaan untuk informasi lingkungan 

oleh investor. Dampak dari pengungkapan pada Nilai 

Perusahaan, yaitu bahwa perusahaan dengan 

lingkungan yang pengungkapan positif secara signifikan 

maka akan  lebih baik di pasar dibandingkan dengan 

perusahaan yang mengungkapkan informasi lingkungan 

negatif.  

 

3) Akuntabilitas 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif  terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP) 

terkait akuntabilitas, bahwa PTSP itu  merupakan 

pencerminan dari perlunya akuntabilitas perusahaan 

atas pelaksanaan TSP. Manajer sebagai pengelola peru-

sahaan lebih banyak mengetahui informasi internal 

khususnya social disclosure dibandingkan pemilik 

saham. Sebagai pengelola, manajer berkewajiban mem-

berikan sinyal mengenai kondisi corporate action peru-

sahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat 

dilakukan melalui pengungkapan informasi sosial  peru-

sahaan seperti Tanggungjawab Sosial Perusahaan (TSP). 

Situasi ini yang disebut sebagai informasi simetri, yaitu 

suatu kondisi di mana terjadi keseimbangan perolehan 

informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia 

informasi (prepaper) dengan pihak pemilik saham 

khususnya dan minority shareholders  dan stakeholder  

pada umumnya sebagai pengguna informasi.  

 

4) Keputusan investasi dan pendanaan 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan 

(PTSP) terkait keputusan investasi dan pendana. Bahwa 

bagi perusahaan yang terdaftar di bursa efek, kemak-

muran para pemilik  saham diperlihatkan dalam wujud 

semakin tingginya harga saham, yang merupakan 

pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pen-

danaan dan kebijakan. Saham yaitu  tanda bukti 

kepemilikan atau keikutsertaan individu, institusi 

dalam suatu perusahaan terbuka.  

 

5) Keterlibatan stakeholder 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif  terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

PTSP terkait keterlibatan stakeholder. Bahwa perusa-

haan telah melibatkan stakeholder (karyawan dan 

masyarakat) dalam kebijakan dan operasionalnya.  

Dengan ikut melibatkan karyawan secara intensif, maka 

nilai dari program-program itu  akan memberikan 

arti tersendiri yang sangat besar bagi perusahaan. 

Tujuan utama perusahaan yaitu  meningkatkan nilai 

perusahaaan. Nilai Perusahaan akan terjamin tumbuh 

secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan 

memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan 

hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan 

antara kepentingankepentingan ekonomi, lingkungan 

dan masyarakat. Dimensi itu  ada  di dalam 

penerapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan  yang 

dilakukan perusahaan sebagai bentuk pencitraan per-

tanggungjawaban dan kepedulian perusahaan terhadap 

lingkungan di sekitar perusahaan.  

 

6) Pengeluaran perusahaan 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif  terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

PTSP terkait pengeluaran perusahaan. Bahwa dalam 

hasil content analysis Pengungkapan Tanggungjawab 

Sosial Perusahaan terhadap annual report perusahaan 

mengidikasikan munculnya pengeluaran berbasis com-

munity development memiliki multiflier effect yang cukup 

besar. Bentuk pengeluaran itu , seperti penge-

luaran untuk pelatihan, pinjaman lunak UMKM, Kope-

rasi, bantuan sarana produksi pertanian, peralatan 

produksi, keagamaan, rehabilitasi lingkungan sekitar, 

pembangunan sarana pasar, pengolahan bekas pro-

duksi, kerajinan dan sejenisnya. 

Pengeluaran dapat meringankan beban sosial 

masyarakat dan lingkungan. Hal ini yang menjadi per-

hatian terbesar dari peran perusahaan dalam masya-

rakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan 

kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan 

masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, 

perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat 

produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan atau-

pun bahaya bagi konsumen yaitu  menjadi berita 

utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada bebe-

rapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasa-

lahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum.   

 

7) Maanfaat positif perusahaan 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif  terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP) 

terkait manfaat positif perusahaan. Bahwa Pengung-

kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (PTSP) mem-

bawa manfaat positif yang penting bagi perusahaan, 

yakni 4D: Diterima masyarakat; Didukung pemerintah; 

Diminati konsumen; dan Ditemani LSM. Good CSR 

sejalan dengan prinsip good corporate governance, yakni 

fairness, transparency, accountability dan responsibility. 

TSP yang baik tidak terfokus hanya pada benefit,  

melainkan juga memerhatikan hasil dan proses. Proses 

TSP terentang mulai dari engagement, assessment, plan 

of action, action and facilitation, hingga evaluation and 

termination or reformation. Perusahaan yang peduli dan 

tidak peduli terhadap TSP berdasarkan analogi serang-

ga. Perusahaan kategori pertama laksana ulat, yang 

memiliki model bisnis rakus dan tidak peduli pada 

lingkungan sekelilingnya. Kategori kedua yaitu  

perusahaan yang mirip belalang, model bisnis yang juga 

eksploitatif dan degeneratif.  

 

8) Kinerja ekonomi perusahaan 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP) 

terkait kinerja ekonomi. Bahwa Hasil penelitian ini juga 

menunjukkan bahwa pengungkapan informasi ling-

kungan memiliki kemampuan mempengaruhi kinerja 

ekonomi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, 

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan 

antara lain di dalam laporan yang disebut Sustainability 

Reporting.  

TSP menjadi berkelanjutan apabila program yang 

dibuat oleh suatu perusahaan merupakan komitmen 

bersama dari segenap unsur yang ada di dalam peru-

sahaan itu sendiri. Nilai Perusahaan akan terjamin 

tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila 

perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial 

dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan 

keseimbangan antara kepentingan-kepentingan dimensi 

ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Gunawan & 

Utami (2008). Corporate Social Responsibility berpe-

ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan, artinya bah-

wa TSP merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi 

atau rendahnya Nilai Perusahaan.  

 

9) Penerapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif  terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP) 

terkait penerapan TSP internal. Bahwa setiap peru-

sahaan memiliki karakteritik dan situasi yang unik yang 

berpengaruh terhadap bagaimana mereka menerapkan 

tanggungjawab sosial. Dan setiap perusahaan memiliki 

kondisi yang beragam dalam hal kesadaran akan isu 

berkaitan dengan TSP serta beberapa banyak hal yang 

telah dilakukan dalam hal mengimplementasikan pen-

dekatan TSP. Implementasi TSP yang dilakukan oleh 

masing-masing perusahaan sangat bergantung kepada 

internal perusahaan seperti; misi, budaya, lingkungan 

dan profil risiko, serta kondisi operasional masing-

masing perusahaan.  

 

10) Keagenan 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif  terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP) 

terkait penerapan keagenan. Bahwa pengaruh Kepe-

milikan Institusi terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan ber-

pengaruh dapat ditinjau dari teori agensi. Adanya kon-

tradiksi penelitian-penelitian terdahulu terkait tang-

gungjawab sosial perusahaan, dapat diakibatkan karena 

adannya faktor beliefs para investor sebagai principal 

terhadap informasi yang dipublikasikan (pengungkapan 

tanggungjawab sosial perusahaan) oleh manajemen 

sebagai agent.  

 

11) Monitoring 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (PTSP) 

terkait Monitoring. Bahwa pengaruh Kepemilikan Insti-

tusi terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi Pengung-

kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan berpengaruh 

dapat ditinjau dari teori agensi  Dengan adanya agency 

problem, principal perlu menciptakan suatu sistem yang 

dapat memonitor dan mengontrol prilaku agent supaya 

memakai  dana mereka secara efisien dan efektif 

serta bertindak sesuai dengan harapan principal. 

Adapun mekanisme pengendaliannya yaitu  sebagai 

berikut: 

Pertama, Pemantauan. Principal dapat merancang 

sistem pengendalian yang memantau 

tindakan agent, menghalangi tindakan yang 

meningkatkan kekayaan agent dengan 

mengorbankan kepentingan principal.  

Kedua,    Kontrak intensif. Principal mungkin mencoba 

untuk membatasi perbedaan referensi dengan 

kontrak insentif yang sesuai. Semakin besar 

penghargaan agent bergantung pada ukuran 

kinerja, semakin banyak insentif yang ada 

bagi agent untuk memperbaiki ukuran.  

Ketiga,   Kompensasi direksi dan manajemen serta 

rencana kepemilikan saham. Suatu 

perusahaan yang membayarkan bonus 

kepada direksi dan manajemen-nya dalam 

bentuk opsi saham merupakan suatu biaya 

agensi yang ada dalam ukuran kompensasi 

insentif.  

Keempat, Manajer unit bisnis dan intensif berdasarkan 

akuntansi. Hubungan antara manajemen unit 

bisnis dan harga saham lebih jauh 

dibandingkan dengan hubungan antara 

usaha manajerial dan harga saham. yaitu  

sulit untuk mengisolasi kontribusi yang 

diberikan oleh unit bisnis individual terhadap 

peningkatan dalam harga saham perusahaan. 

 

12) Legitimasi 

Implikasi mengenai Kepemilikan Institusi berpe-

ngaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP) 

terkait legitimasi. Bahwa atas dasar teori legitimasi, 

teori sinyal dan teori keagenan, penelitian ini postulat 

dan menguji dampak faktor pengungkapan tanggung-

jawab sosial perusahaan dalam memperkuat  pengaruh 

Kepemilikan Institusi terhadap Nilai Perusahaan. Studi 

ini menemukan bahwa hasil estimasi mendukung 

hipotesis bahwa ada  pengaruh positif Kepemilikan 

Institusi dengan Nilai Perusahaan yang dimoderasi 

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.  

 

13) Sinyal (Signaling) 

Argumentasi mengenai Kepemilikan Institusi ber-

pengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi 

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan (PTSP) 

terkait informasi. Bahwa pengaruh Kepemilikan Institusi 

terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi pengungkapan 

tanggungjawab sosial perusahaan berpengaruh dapat 

ditinjau dari teori sinyal (signaling theory). Asumsi uta-

ma dalam teori sinyal yaitu  bahwa manajemen mem-

punyai sinyal informasi yang akurat tentang Nilai Peru-

sahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, dan 

manajemen yaitu  orang yang selalu berusaha memak-

simalkan insentif yang diharapkan.  

Hal ini dapat berarti manajemen umumnya mem-

punyai informasi yang lebih lengkap dan akurat diban-

ding dengan pihak diluar perusahaan mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan. Asimetri 

informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara 

penuh menyampaikan semua informasi yang diketahui-

nya tentang semua hal yang dapat mempengaruhi Nilai 

Perusahaan ke pasar modal.  

 

13 Argumentasi loyalitas 

Implikasi mengenai pengaruh Kepemilikan Insti-

tusi terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi Pengung-

kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan berpengaruh 

dapat dikaitkan loyalitas konsumen.  Bahwa penulis ini 

juga memberikan bukti empiris bahwa untuk emiten 

manufaktur di Indonesia jika perusahaan itu  

sudah mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial 

perusahaan dalam laporan tahunan (annual report) atau 

secara spesifik dalam laporan keberlanjutan (sustaina-

bility reporting) akan meningkatkan Nilai Perusahaan.  

Hal ini antara lain karena  konsumen, masyarakat akan 

lebih loyal untuk mengkonsumsi produk dari perusa-

haan yang melakukan pengungkapan informasi TSP dan 

pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan 

kesejahteraan pemilik saham.  

Hasil penelitian ini menunjukkan juga bahwa 

investor sudah memulai merespon dengan baik infor-

masi-informasi sosial yang disajikan perusahaan dalam 

laporan tahunan. Semakin luas pengungkapan sosial 

yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan ter-

nyata memberikan pengaruh terhadap volume perdaga-

ngan saham perusahaan dimana terjadi lonjakan per-

dagangan pada seputar publikasi loparan tahunan 

sehingga meningkatkan Nilai Perusahaan.  

 

14) Kapasitas masyarakat lokal.   

Implikasi mengenai pengaruh Kepemilikan Insti-

tusi terhadap Nilai Perusahaan dimoderasi Pengung-

kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan berpengaruh 

dapat dikaitkan kapasitas masyarakat lokal. Bahwa 

Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang 

menyukai pendekatan semacam itu, karena tidak mam-

pu meningkatkan pemberdayaan atau kapasitas masya-

rakat lokal. Pendekatan community development kemu-

dian semakin banyak diterapkan karena lebih mende-

kati konsep empowerment dan sustainable development. 

Kegiatan TSP yang dilakukan saat ini juga sudah mulai 

beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat 

setempat berdasarkan needs assessment. Mulai dari 

pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, 

program pencegahan penyakit melalui pendidikan kese-

hatan masyarakat, membangun fasilitas MCK untuk 

masyarakat sekitar, memberikan  kesempatan bekerja 

secara produktif bagi penyandang cacat, pelatihan 

untuk penyandang cacat, pemberian bantuan/pinjaman 

modal bagi UKM, social forestry, pemberian beasiswa, 

bantuan sosial, penyuluhan dan pencegahan HIV/AIDS, 

penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlin-

dungan sosial berbasis masyarakat, pengobatan gratis 

bagi masyarakat, dan sebagainya.  

 

15) Keseimbangan lingkungan 

Pengaruh mengenai Kepemilikan Institusi ter-

hadap Nilai Perusahaan dimoderasi Pengungkapan 

Tanggungjawab Sosial Perusahaan berpengaruh dapat 

dikaitkan keseimbangan lingkungan. Bahwa Skema 

pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan eko-

nomi, yang menjadikan sektor pertanian (pedesaan) 

menjadi penopang industrialisasi ternyata tidak bisa 

diharapkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan 

masyarakat. Pada satu sisi masyarakat desa harus 

menerima kenyataan dimana laju perkembangan indus-

tri berlangsung melalui pengorbanan sektor pertanian 

dan di sisi lain sumber-sumber agraria telah mengalami 

pengurasan besar-besaran dan mengalami penurunan 

kapasitas untuk melakukan pemulihan. Kehidupan 

rakyat pedesaan tidak menjadi baik bahkan sebaliknya, 

kemiskinan dan kesenjangan sosial serta keterbela-

kangan telah menjadi bagian dari hidup rakyat desa. 

Terhadap situasi yang demikian, banyak penduduk desa 

yang akhirnya pergi ke luar desa, mengadu nasib dan 

sekaligus menyediakan tenaga murah bagi percepatan 

industrialisasi.  

PTSP Sebagai variabel moderasi pengaruh Kepe-

milikan Institusi terhadap Nilai Perusahaan, ada empat 

model atau pola TSP yang diterapkan oleh perusahaan 

di Indonesia, yaitu:  

Pertama, Keterlibatan langsung. Perusahaan 

menjalankan program TSP secara langsung 

dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan 

sosial atau menyerahkan sumbangan ke 

masyarakat tanpa perantara,   

Kedua, Melalui yayasan atau organisasi sosial 

perusahaan,  

Ketiga, Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan 

dapat menyelenggarakan TSP melalui 

kerjasama dengan lembaga sosial/organisasai 

non-pemerintah, instansi pemerintah, 

universitas atau media massa, baik dalam 

mengelola dana maupun dalam 

melaksanakan kegiatan sosialnya, Keempat, 

Mendukung atau bergabung dalam 

konsorsium. 

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa faktor 

kepemilikan perusahaan yang dimoderasi PTSP dilaku-

kan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari 

masyarakat. Pendapat ini didukung oleh Hendriksen 

(2001) yang berpendapat bahwa keberadaan perusa-

haan yaitu  untuk melayani kepentingan masyarakat 

secara keseluruhan.  Kepentingan pelayanan masyara-

kat oleh perusahaan berupa pengungkapan informasi 

itu  terlihat jelas.   

Agar pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusa-

haan (TSP) agar berjalan baik, peran negara sangat pen-

ting dalam pengaturannya sebagai mandatory. Dalam 

hal ini dalam rangka memperkut pengaruh kepemilikan 

Institusi, diperlukan pengaturan PTSP yang lebih baik 

dan pengawasannynya lebih ketat karena hal tersbut 

memberikan pengaruh yang positif terhadap penilaian 

perusahaan oleh investor, sehingga dampaknya yaitu , 

semakin baiknya investasi di Indonesia. Dengan demi-

kian, ada  dua alasan mengapa TSP harus diatur 

dalam hukum negara karena:  

Pertama, Tidak ada kekuatan memaksa dari hukum 

kebiasaan dan prinsip sukaerela, tanpa 

diratifikasi dalam peraturan lokal sebuah 

negara,  

Kedua, Prinsip sukarela yang tidak mengikat tidak 

akan memberikan efek apapun secara jelas 

dan terukur (Fruest &  Hyon. 2000).  

Ketiga,  Legitimasi masyarakat dapat diterapkan 

dengan melakukan social disclosure, 

perusahaan merasa keberadaan dan 

aktivitasnya terlegitimasi. Dalam perspektif 

ini, perusahaan akan menghindarkan adanya 

peregulasian suatu aspek, yang dirasakan 

akan lebih berat dari sisi cost karena mereka 

melakukan. Karena pengaruh masyarakat 

luas dapat menentukan  alokasi sumber 

keuangan dan sumber ekonomi lainnya, 

perusahaan cenderung memakai  

pengungkapan informasi lingkungan untuk 

membenarkan atau melegitimasi aktivitas 

perusahaan di mata masyarakat. 


Nilai Perusahaan, Kinerja Keuangan, 

dan Pengungkapan Tanggungjawab 

Sosial Perusahaan 

 

 

A. Konsep Nilai Perusahaan, Kinerja Keuangan, dan  

Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan 

             

 Laporan keuangan memiliki sifat matematis, artinya 

informasi-informasi yang disajikan dalam bentuk laporan 

keuangan suatu badan usaha memiliki sifat saling berhu-

bungan (berartikulasi) atau tidak dapat dipisah-pisahkan 

antara informasi yang satu dengan informasi lainnya. Jika 

para pengguna ingin mendapatkan informasi secara  utuh, 

mereka harus memahami akuntansi dan informasi yang 

dihasilkannya sehingga mereka dapat menyeleksi dan 

menginterpretasikan angka-angka yang disajikan dalam 

laporan keuangan secara lebih berdaya guna.  

Dilihat dari kebiasaan para pengguna informasi keua-

ngan, dari jenis-jenis informasi yang dihasilkan oleh suatu 

badan usaha, para pengguna sering hanya memfokuskan 

pada informasi pada informasi kinerja keuangan (profitabi-

litas) dan komponen-komponennya.  

Dapat dipahami mengapa para pemakai informasi  

kinerja keuangan berperilaku demikian. Jumlah laba yang 

dihasilkan dapat memberikan informasi tentang kemam-

puan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal 

dari operasi perusahaan (laba permanen) juga yang berasal 

dari peristiwa lainnya yang bersifat tidak permanen (laba 

transitory). Dari angka-angka itu  para pengguna infor-

masi dapat menghitung baik return on investment (ROI) 

maupun rasio yang sejenisnya dan memakai  hasil 

itu  sebagai dasar untuk mengambil keputusan ekono-

mis yaitu investasi.  

Kebiasaan pengguna itu  menjadikan informasi 

earnings memainkan suatu peranan yang signifikan dalam 

proses pengambilan keputusan oleh pengguna penyedia 

(preparer) laporan keuangan yang diterbitkan. Artinya 

manajemen berusaha untuk mengelola earnings dalam 

usahanya membuat entitas tampak bagus secara finansial. 

Manajer memiliki kepentingan yang sangat kuat dalam 

pemilihan kebijakan akuntansi. Mereka juga dapat  mene-

tapkan kebijakan akuntansi yang secara alamiah diharap-

kan dapat memaksimumkan utilitas mereka serta nilai 

pasar perusahaan. Inilah yang disebut dengan earnings 

management (Scott, 2000). Pertimbangan utama dalam 

kebijakan earning management dalam keputusan investasi 

itu  yaitu  informasi laba.  

Pengambilan keputusan investasi dengan mengguna-

kan informasi tunggal (laba) dapat menyesatkan dan berak-

hir pada kerugian. Informasi lain selain laba yang dapat 

dipakai  sebagai pembanding dan sekaligus sebagai kon-

trol atas informasi laba yaitu  informasi arus kas. Dalam 

hal ini dibutuhkan informasi lain, misalnya informasi 

Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan untuk 

memperkuat hubungan kinerja keuangan dalam laporan 

keuangan terhadap penilaian perusahaan oleh investor. 

Black (1998) melakukan pengujian atas relevansi nilai  

earnings atau cash flow dihubungkan dengan daur hidup 

emiten (life cycle).  

Hasil penelitian mengenai pengaruh Kinerja Keua-

ngan terhadap Nilai Perusahaan yang tidak konsisten 

menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi. 

Hasil itu  mendorong peneliti untuk memasukkan 

Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi.  

Persepsi perusahaan tidak  hanya memandang laba 

sebagai satu-satunya tujuan tetapi ada tujuan yang lainnya 

yaitu kepedulian terhadap  lingkungan, karena perusahaan 

mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding 

hanya mencari laba untuk pemilik saham (Gray., et. al, 

2000 dan Uwuigbe, 2011). Hal  ini berdampak positif terha-

dap perusahaan, selain membangun image yang baik di 

mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan ter-

hadap sosial lingkungan, juga akan menaikkan laba perusa-

haan  melalui peningkatan penjualan. Peningkatan penjua-

lan saham ini akan meningkatkan penerimaan melalui 

loyalitas investor dan merupakan tujuan perusahaan.  

Tujuan perusahaan dalam jangka panjang yaitu  

mencari keuntungan shareholders. Pada umumnya yang 

diungkapkan yaitu  informasi yang sifatnya positif menge-

nai perusahaan. Laporan itu  menjadi alat public 

relation perusahaan dan bukan sebagai bentuk akunta-

bilitas perusahaan ke publik. Hasil lainnya yaitu  reaksi 

pasar modal terhadap kinerja perusahaan yang melakukan 

pengungkapan informasi Tanggungjawab Sosial Perusahan 

dengan baik yaitu  positif, sehingga pengungkapan infor-

masi Tanggungjawab Sosial Perusahan lebih bermanfaat 

bagi stakeholder lainnya. Manajer tidak hanya bertindak 

atas informasi keuangan dan juga memanfaatkan informasi 

sosial sebagai pendukung. Manajer akan menilai dampak 

tindakan yang dipikirkan investor dan semua stakeholders 

sehingga didapat penilaian apa dan bagimana investasi 

dilanjutkan.  

Investor memperhatikan semua kewajiban dan kete-

litian tindakan yang diambil manajer, termasuk faktor-fak-

tor pendorong yang akan akan ikut mempercepat pengaruh 

Kepemilkan Institusi yang ada dalam perusahaan terhadap 

nilai perusahaan. Pilihan yang terbaik yaitu  memak-

simalkan nilai jangka panjang mereka. Pilihan ini akan 

sering lebih bertanggungjawab sosial, juga, memungkinkan 

semua kepentingan semua pihak terhadap perusahaan 

dilakukan dengan baik Sneirson  (2007). 

Selain informasi keuangan yang diwajibkan, perusa-

haan juga melakukan pengungkapan sosial yang sifatnya 

sukarela. Perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi 

dengan memperlihatkan tanggungjawab sosial melalui 

pengungkapan CSR dalam media termasuk dalam laporan 

tahunan perusahaan (Haniffa & Cooke, 2005 dalam Hossain 

& Hammami, 2009). Perusahaan memperoleh banyak man-

faat dari pengungkapan informasi Tanggungjawab Sosial 

Perusahan (TSP) apabila dipraktekkan dengan sungguh-

sungguh, diantaranya dapat mempererat komunikasi 

dengan stakeholders. Kinerja Keuangan merupakan issu 

sentral dalam literatur keuangan. Dalam kaitannya dengan 

aktifitas bisnis internal, serta untuk meraih competitive 

advantage dan memperluas pangsa pasar mempengaruhi 

kinerja keuangan yang dicapai. Dengan alasan kepentingan 

pertimbnagan Kinerja Keuangan yang mempertimbangkan 

Pengungkapan TSP, maka penerapan Tanggungjawab Sosial 

Perusahan tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan 

investasi perusahaan.  

Seiring dengan adanya perkembangan Tanggung-

jawab Sosial Perusahan, perusahaan mulai menyadari 

untuk mengungkapkan sebuah laporan yang tidak hanya 

berpijak pada single bottom line, yaitu kondisi keuangan 

perusahaan saja tetapi berpijak pada triple bottom line, yaitu 

selain informasi keuangan juga menyediakan informasi 

sosial dan lingkungan, yang kemudian disebut sustainability 

report. Sustainability Report ini disusun dengan pedoman 

(standar) Global Reporting Initiative (GRI) yang telah dikem-

bangkan sejak tahun 1990 dan disusun tersendiri terpisah 

dari laporan keuangan atau laporan tahunan.  

Titisari (2009) menyatakan bahwa kesadaran tentang 

pentingnya mempraktikan Tanggungjawab Sosial Perusahan 

ini menjadi trend global seiring dengan semakin maraknya 

kepedulian mengutamakan stakeholders. Kemajuan tekno-

logi informasi dan keterbukaan pasar, perusahaan harus 

secara serius dan terbuka memperhatikan TSP. Era glo-

balisasi cenderung masyarakat lebih pintar dalam memilih 

produk, yang diproduksi oleh perusahaan yang peduli 

terhadap lingkungan dan melaksanakan Tangungjawab 

Sosial Perusahaan, karena mudahnya akses informasi mela-

lui internet. Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan 

dengan pelaksanan Tanggungjawab Sosial Perusahan, 

antara lain produk semakin dissukai oleh konsumen dan 

perusahaan diminati investor.  

Dengan uraian di atas, nampak bahwa Pengung-

kapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan dapat dipakai  

sebagai alat marketing dan strategy  bagi perusahaan bila 

hal itu dilaksanakan konsiten dan berkelanjutan. Untuk 

melaksanakan TSP berarti perusahaan akan mengeluarkan 

sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban 

yang mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit peru-

sahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan 

Tanggungjawab Sosial Perusahan, citra perusahaan akan 

semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. 

Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu 

yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin 

membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan Pengung-

kapan Tanggungjawan Sosial Perusahaan (PTSP), diharap-

kan tingkat penerimaan perusahaan juga meningkat.  

Pengungkapan  mencakup penyediaan informasi yang 

diwajibkan oleh pemerintah melalui Bapepam walaupun 

sebagian kecil masih ada yang sudah melaksanakan secara  

yang secara sukarela (voluntary). Dengan demikian terin-

dikasi bahwa pengungkapan informasi Tanggungjawab 

Sosial Perusahan itu  merupakan pencerminan dari 

perlunya akuntabilitas perusahaan atas pelaksanaan Tang-

gungjawab Sosial Perusahaan, sehingga stakeholders dapat 

menilai pelaksanaan kegiatan itu .  mengklaim bahwa manajer 

memiliki insentif untuk menerapkan kebijakan sosial peru-

sahaan sehingga untuk berkolusi dengan para stakeholders 

dan melindungi terhadap tindakan kuat pemilik saham. 

Namun, praktek-praktek sosial perusahaan dapat dibenar-

kan dengan alasan yang beragam. Dalam konteks penelitian 

ini akan dipakai  variabel kontingen TSP untuk melihat 

pengaruhnya terhadap hubungan antara kinerja keuangan 

dengan nilai perusahaan. Tanggungjawab Sosial Perusahan 

merupakan strategi yang dipakai  oleh perusahaan 

sebagai akibat dari desakan lingkungan di sekitar perusa-

haan.  

Dalam UU No. 40, 2007, dinyatakan bahwa perusa-

haan yang aktifitasnya dalam sektor atau yang berhubu-

ngan dengan sumber daya alam harus menerapkan Tang-

gungjawab Sosial Perusahan. Tuntutan dari para stakehol-

der dan lingkungan telah ‗memaksa‘ perusahaan agar kebe-

radaan perusahaan diapresiasi secara positif oleh stakehol-

der sehingga tercapai tingginya Nilai Perusahaan. Dengan 

alasan memperkuat hubungan Kinerja Keungan dan Nilai 

Perusahaan, maka Tanggungjawab Sosial Perusahaan sema-

kin mendapat perhatian dalam praktek bisnis global dan 

menjadi salah satu kriteria dalam menilai tanggung jawab 

sosial suatu perusahaan. Para pemimpin perusahaan-peru-

sahaan dunia semakin menyada